41

4.1K 359 67
                                    

Tap

Tap

Tap

Amalia memasang wajah seriusnya, ia  benar-benar kecewa dengan gadis yang dari dulu ia anggap sebagai Putri-nya. Bahkan melebihi kasih sayangnya pada Prilly, Amalia membuka pintu Rumah ini. Lalu memasukinya.

"Mau apa kau kesini?"

Plak

Tamparan keras Thalia terima dari Amalia, Thalia mengepalkan tangannya. Dirinya benar-benar benci pada wanita tua yang sudah membuatnya seperti ini, Thalia menatap tajam kearah Amalia.

"Dia tidak ada urusannya dengan masalah ini Thalia, dia tidak mempunyai salah apapun padamu. Dan berhenti membuat dia menderita seperti ini, gara-gara kamu, dia harus kehilangan Anaknya!"

"Hahahah. Ternyata tanpa aku rencanakan, dia berhasil menderita, padahal aku sendiri tidak melakukan apapun. Hahahah. Sepertinya takdir berpihak padaku!" Balas Thalia yang membuat Amalia tidak mengerti.

"Apa yang kamu maksud, Thalia?" Amalia benar-benar tak mengerti apa yang dikatakan Thalia.

"Mantan Ibu harus dengar ini, Thalia anak dari keluarga yang keluargamu sudah bunuh ini tidak melakukan apapun. Bagus dong, jadi aku tidak harus turun tangan untuk menghabisi putri tersayang-mu itu."

"Sekarang, anda bisa pergi," usir Thalia.

Amalia mendengus lalu pergi meninggalkan Rumah Thalia, Amalia memasuki mobilnya. Lalu pergi meninggalkan Rumah ini, sesampainya di Rumah Ali. Amalia segera memasuki Rumah sementaranya ini.

"Loh, mantu baru mau berangkat?" Tanya Amalia ketika melihat Ali baru saja turun dari kamarnya.

"Iya, Bu."

"Tidak bertemu dengan Prilly dulu?"

Ali tersenyum, sudah Ali lakukan. Namun, pintu kamar Prilly terkunci membuat Ali hanya pasrah saja melihat psikis Prilly semakin hari semakin memburuk. Jihan menghampiri Ali lalu memberikan bekal yang dirinya buat.

"Buat Mas Ali, takutnya Mas entar lapar. Aku masakin makanan khas kampung loh Mas," ujar Jihan.

Namun, Ali sama sekali tidak menyentuh bekal itu. Amalia mendengus lalu menghampiri Jihan yang sudah seenaknya mendekati calon menantu nya ini, dia tidak tau jika dirinya sangatlah berani melawan pelakor kampung.

"Jaga sikapmu, Jihan!"

"Untuk apa aku jaga sikap, sikapku hanya biasa-biasa saja ingin menawarkan bekal untuk Mas Ali. Harusnya Tante yang jaga sikap di Rumah Mas Ali, Tante kan cuman numpang disini," celetuk Jihan.

"Heh kamu, saya ini calon mertua nya. Kamu jangan keganjenan, atau saya akan beri kamu pelajaran," ancam Amalia membuat Jihan ketakutan.

"Sudah-sudah, saya berangkat," pamit Ali lalu menyalimi Amalia setelah itu pergi meninggalkan keduanya.

***

"Cih, Mama tidak setuju ya kamu menikah lagi dengan benalu itu!"

Ali memakan makanannya dengan perasaan yang tak nafsu, Mama dan Papa nya kini sedang makan malam di Rumahnya. Alhasil Amalia serta Dira selalu saja cekcok setiap bertemu, membuat Rumah ini semakin panas.

"Ma, plis. Biarin aku bahagia."

"Lebihbaik Mama cariin kamu wanita yang lebihbaik dari benalu itu, udah miskin, gila lagi!" Sentak Dira.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang