27

5.2K 474 44
                                    

Prilly berusaha melepaskan genggaman Ali, sungguh dirinya ingin pergi. Tak ingin lagi hidup seperti ini, Prilly meringis merasakan tangannya terlalu erat digenggam oleh Ali. Ali bersikeras membawa Prilly, walau Prilly tak mau bersamanya.

"LEPASIN KAK, BIARIN AKU PERGI!"

Ali mendorong Prilly untuk masuk kedalam mobil, Prilly meringis pada pergelangan tangannya yang memerah. Prilly memegang tangan Ali agar berhenti, namun Ali tak mengindahkan perkataannya.

"Turunin aku Kak!"

"Gak akan!"

Prilly dengan tekad memegang tangan Ali yang sedang menyetir membuat mobil berjalan tak karuan.

"Kamu GILA!"

"Iya, aku gila gara-gara Kak Ali!"

Ali berusaha mengendalikan mobil takutnya membahayakan orang-orang, namun tangan Prilly membuatnya kesulitan. Ali melebarkan matanya kedepan.

Bug

Untungnya Prilly memakai sabuk pengaman, jika tidak mungkin Prilly akan terbentur. Prilly mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, lalu Prilly menangis melihat kebodohannya. Hampir saja dirinya dan Ali celaka, dan semua itu karenanya.

"Biarin aku pergi, Kaakk," lirih Prilly.

Ali menggelengkan kepalanya, Ali segera melajukan kembali mobilnya. Tanpa mengindahkan perkataan Prilly, Prilly mengatupkan tangannya dimukanya. Sungguh dirinya ingin pergi.

Ali turun kemudian membukakan pintu untuk Prilly, Prilly tak bergeming. Prilly benar-benar sangat kecewa dengan Ali, Prilly ingin pergi. Namun, seringkali Ali menahannya untuk pergi.

Kenapa Ali selalu menahannya untuk pergi, Prilly benar-benar ingin pergi dari kehidupannya. Namun, Ali selalu saja menggagalkannya untuk pergi.

Ali menarik tangan Prilly, membuat Prilly terpaksa keluar. Pakaian mereka basah-basah, Prilly menatap tak mengerti. Kenapa Ali membawanya ke sebuah rumah yang cukup mewah untuknya, walau ukurannya memang sederhana.

"Biarin aku pergi, aku capek hidup kayak gini Kak. Lepasin aku, biarin aku tenang!"

Untuk pergi pun susah, bagaimana bertahan, Prilly benar-benar kecewa pada tingkah Ali yang benar-benar menyakitinya. Ali membuka pintu rumah ini, kemudian menarik tangan Prilly untuk masuk ke dalam rumah ini.

"Ini rumahmu, aku akan berusaha adil kepada kalian. Tolonglah mengerti, keadaan ini mungkin saja akan sulit untukmu, untukku, dan untuk Nadya," kata Ali.

Prilly membeku. Prilly memberanikan diri untuk menatap lekat Ali, Prilly menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangisan ini. Tangisan yang membuatnya semakin melemah, Prilly ingin sekali pergi dari kesakitan ini. Namun, bedebah ini melarangnya.

Prilly bingung harus apa sekarang, satu sisi Prilly ingin sekali pergi sejauh mungkin agar tidak terlibat lagi dengan Ali. Namun, nyatanya semua itu sulit untuknya.

"Kak Ali hiks. biarin aku tenang Kak hiks. dengan seperti ini, aku tersiksa batin hiks. kak, kenapa Kakak selalu tega sama aku hiks. sebenarnya apa alasan Kakak menikahiku? Apa Kakak hanya ingin membuatnya tersiksa seperti ini, sebenarnya apa salah aku Kak. Kenapa Kakak begitu kejam," ucap Prilly menggebu-gebu.

"Alasannya, aku menunggumu," balas Ali lalu pergi begitu saja meninggalkan Prilly sendiri dirumah sebesar ini.

Lutut Prilly melemas seketika, apa maksud perkataan Ali. Menunggumu, kenapa selalu saja Pria itu misterius. Prilly berdiri lalu melihat-lihat rumah ini. Prilly melihat ada pembantu yang sedang bekerja disana.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang