Prilly terduduk didepan piano, sudah lama dirinya tak memainkan alat musik ini. Mungkin setelah kejadian itu, Prilly tidak lagi memainkan alat musik yang termasuk kedalam list kesukaannya. Prilly membuka penutup piano ini, kemudian menekan salah satunya.
Dengan lihai, Prilly memainkan dengan sangatlah lincah. Mulutnya mulai bernyanyi, seiring dengan nada piano.
Tak bisa ku terima
Kau tinggalkan ku, saatku butuh kamu
Apa kau tak rasakan,
Betapa hancur
Hidup ku tanpa kamu..Aku terlanjur, terlalu
Bergantung padamu..Jangan pergi, jangan pergi
Jangan kau pergi,
Ku tak ingin kau pergiKu tak sanggup
Ku tak sanggup...Sungguh tak sanggup
Hidup tanpa cinta mu..Kau yang buat ku tegar.
Terus bertahan, jalani hidup ini..Aku terlanjur, terlalu
Bergantung padamuAir matanya menetes, kenangan bersama Ayah tiba-tiba saja terlintas dalam otaknya. Prilly terus menyanyikan lagu yang penuh kenangan bersamanya, lagu ini dinyanyikan saat ada pensi disekolahnya. Dan itu disaksikan langsung oleh Ayah, namun ternyata hari itu adalah hari terakhirnya bersama Ayah.
Hiks.
Prilly tak kuasa menahan tangisannya, ia berhenti, kenangan itu masih melekat padanya. Prilly selalu teringat pada Ayah yang seringkali mengajarinya arti sebuah kesabaran serta kesederhanaan, Prilly rindu Ayah yang seringkali mengecup keningnya saat dirinya akan tertidur, dan selalu berkata ;
"Selamat tidur, peri kecil Ayah."
Walau usianya waktu itu sekitar 17 tahun, namun Ayah tetap memperlakukannya seperti anak-anak. Prilly tersenyum lirih, andai saja kejadian itu tidak terjadi. Mungkin Ayahnya masih berada disini, dan selalu ada untuknya saat Ibu selalu pergi meninggalkannya.
Prilly mengingat perkataan Ayahnya, dan itu sangatlah teramat jelas dibenaknya. Katanya ; "Anak gadis Ayah harus kuat bahunya seperti baja, dan hati nya seperti karang." Perkataan Ayahnya membuat Prilly menjadi sesabar ini menghadapi peliknya kehidupan.
Kejadian yang harus kehilangan Ayah yang sangatlah menyayanginya, Prilly hanya bisa berandai, karena semua itu sudah terlambat. Ayah sudah pergi meninggalkannya bersama Ibu.
"Illy kangen... hiks.. Ayah."
Menjadi anak perempuan pertama disuatu keluarga itu, tak mudah untuk Prilly. Terlebih lagi dirinya menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Ayah, sedangkan Ibu, hanya berdiam diri dirumah.
"Nyonya, sudah waktu nya makan siang? Sesuai perintah tuan agar nyonya makan tepat waktu." Ujar Pelayan yang datang menghampiri Prilly.
Prilly mengangguk singkat. Lalu Prilly menyusul pelayan itu, sudah 3 hari Ali berada di Solo untuk pekerjaannya. Kadang Prilly kesepian tak ada Ali disisinya, tapi tak apalah, semua itu tuntutan pekerjaan Ali. Prilly duduk disalah satu kursi, hanya kesunyian menjadi temannya sekarang.
Hening adalah hal dirinya benci, tetapi keheningan kini menjadi temannya. Sejak kejadian kotak berisi bangkai burung itu, Prilly dilarang untuk tidak pergi kemana-mana. Bahkan bodyguart serta security semakin banyak Ali sewa, dan semua itu demi dirinya.
Entahlah Prilly tidak bisa membaca pikiran Ali yang terlalu rumit untuk dirinya gapai. Prilly hanya membiarkan semua itu mengalir seperti arus sungai, biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR [PROSES PENERBITAN]
RomancePrilly Adryna tak pernah menyangka di dalam hidupnya akan dipaksa menikah dengan pengusaha bernama Ali Khalif Atmajaya, hanya karena uang dan paksaan ibunya. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus cerita yang tertuang dalam kisah mereka.