2

7K 490 7
                                    

Prilly membersihkan meja yang memang kotor, Prilly melihat pelanggannya yang seorang Ibu dan Anak. Kapan dirinya juga bisa bersenda gurau dengan Ibunya?

Tak ingin berlarut memikirkan hal itu, ia membawa sejumlah piring dan gelas kotor. Namun, ada seorang anak kecil berlarian kesana-kemari membuat Prilly harus berhati-hati membawa sejumlah piring kotor ini.

PRANG

Semua bawaannya jatuh berserakan.
Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Manager nya datang dengan wajah marahnya.

"Ya ampun, lagi-lagi kamu yang bikin saya rugi terus. Emangnya kamu bisa bayar dengan apa? Uang gajimu takkan cukup mengganti ini semua." Sentak Erika, manager cafe.

Tangan Prilly bergemetar. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Uang gajinya takkan cukup membayar sejumlah piring serta gelas yang ia jatuhkan.

"Kamu saya pecat!!!"

DEG

Ya Tuhan.
Rasanya lututnya tak kuat lagi menahan semua ini, Prilly menangis sambil berusaha memegang tangan Erika. Namun Erika menepisnya.

"Mbak saya mohon jangan pecat saya, saya rela enggak digaji dalam sebulan. Asal jangan pecat saya." Pinta Prilly memohon pada Erika.

"SATPAM!"

Erika memanggil satpam agar mengusir Prilly yang tetap memohon padanya, percuma saja ia menangis meraung-raung. Erika tampak tak memerdulikannya.

"Hiks.."

Harus bagaimana ia sekarang?
Pulang ke kontrakan, pasti Ibu akan menanyakan kenapa ia pulang.

Prilly bingung harus kemana, ke rumah Sarah. Pastinya Sarah kuliah, Prilly meraba perutnya yang lapar. Dipecat tanpa pesangon membuat hidupnya nelangsa.

Terkadang dunia sekeras ini untuk orang biasa sepertinya, Prilly bingung harus mencari pekerjaan kemana lagi. Ijasah SMA pun Prilly tidak punya, ia hanya berbekal ijasah SMP.

Daripada Prilly mati kebingungan, Prilly memilih pulang. Tak apalah mendengar lagi amarah serta omelan dari Ibunya.

***

"Assalamualaikum? Ibuuu.."

Prilly mengetuk pintu kontrakannya, siang-siang begini. Pasti Ibunya ada didalam rumah.

"Hmm.."

Akhirnya pintu terbuka, baru saja Prilly akan menyalimi Amalia. Amalia malah masuk lagi kedalam rumah, Prilly hanya bisa menghela nafasnya sabar.

"Kenapa kau pulang?"

"I---illy dipecat Bu."

"APA?"

Amalia melotot marah kearah Prilly, Amalia mendekati Prilly kemudian mencubit pinggang Prilly.

"Dasar bodoh, kau pasti berbuat ulah. Mana uang pesangonnya?"

"I---illy enggak dikasih Bu, uangnya cuman dipake ganti rugi Bu."

Amalia membanting kursi kayu disebelahnya, lantas Amalia kekamarnya daripada harus memarahi Prilly yang membuatnya selalu repot. Anak itu memang tak bisa membuatnya bahagia.

Sebentar lagi Prilly akan berangkat bekerja sambil bertanya pada orang-orang, dimana ada lowongan pekerjaan. Terserah mau pekerjaan apa, yang terpenting ia bisa menghasilkan uang untuk bayar hutang ibunya.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang