33

5K 393 62
                                    

Prilly merasakan silau menerpa matanya, Prilly menutupi sinar itu dengan tangannya sendiri. Saat akan mengangkat tangannya yang satu lagi, terasa sangatlah berat. Prilly menoleh, ternyata Amalia tertidur sambil memeluk tangannya.

"Ibu

Amalia terbangun. Akhirnya Prilly terbangun, Prilly menyentuh perutnya, dia masih ada. Amalia tersenyum lalu mengelus rambut Prilly, Amalia sedikit kesal pada Prilly yang sangatlah keras kepala.

"Kamu ya bikin Ibu khawatir terus sama kamu, kamu lagi hamil. Kalo mau kemana-mana tuh bilang, jadi semuanya kacau gara-gara kecerobohan kamu, semua orang celaka gara-gara kamu Prilly. Untung cucu Ibu enggak kenapa-kenapa, kalo kenapa-kenapa Ibu enggak akan maafin kamu," omel Amalia.

Banyak sekali perubahan Amalia padanya, selalu perhatian. Namun, tetap saja Amalia matre. Sering meminta ini-itu pada Reza, padahal Amalia mempunyai bisnisnya sendiri.

Tak apalah, yang terpenting. Amalia kini menyayanginya, tak lagi seperti dahulu yang seringkali acuh terhadap keberadaan dirinya.

"Sebenarnya siapa Thalia? Entah kenapa aku terasa enggak asing sama dia," batin Prilly.

Prilly mengingat sesuatu, matanya melebar, siapa yang tertembak? Prilly hanya bisa melihat punggung orang itu yang menghalanginya agar tidak tertembak. Prilly menoleh pada Amalia yang tengah sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Maafin Illy Bu."

Amalia mengangguk.

"Lalu siapa yang tertembak Bu? Orang itu sudah menyelamatkan Illy. Illy harus berterima-kasih pada orang itu Bu, dia sudah menyelamatkan aku dan bayi ini," ujar Prilly.

Amalia terdiam, Amalia tersenyum lalu kepada Prilly.

"Reza yang menyelamatkanmu."

Entahlah tiba-tiba Prilly teringat Ali,
buru-buru Prilly menepis pikiran. Prilly memikirkan keadaan Reza, Prilly akan berterima-kasih pada Reza yang sudah menyelamatkannya walau saat itu keadaannnya sedang kacau. Atau mungkin saja keadaan Reza lebih parah darinya.

"Bu, aku ingin bertemu dengan Reza?"

"No. Kondisi kamu belum pulih, stop bikin Ibu kesusahan gara-gara kamu. Tetap disini, biar Ibu aja yang liat Reza nanti," balas Amalia.

Prilly mengelus perutnya, entahlah sejak tadi pikirannya selalu tertuju pada Ali bukan Reza. Terlebih lagi, pikirannya masih bertanya-tanya. Siapakah Thalia? Apakah Thalia ada hubungannya dengan keluarganya?

Tapi mana mungkin, dari dulu keluarga kecilnya tak pernah mempunyai musuh. Apakah mendiang Ayahnya menyembunyikan sesuatu darinya? Prilly harus segera mencari semua jawaban itu.

"Thalia siapa Bu?"

Amalia menoleh kearah lain, masalalu kelam itu tak patut untuk Prilly tahu. Semua itu hanyalah masalalu, perlu diungkit lagi. Amalia bahkan membenci kenapa masalalu yang kelam itu harus hadir dalam keluarganya, Amalia bahkan sangat tahu. Namun, Amalia memikirkan nasib Prilly jika tau masalalu itu.

"Entahlah. Ibu juga enggak tau, yang pasti kamu harus hati-hati sama dia," balas Amalia, berusaha meyakinkan Prilly.

Prilly menatap mata Amalia, yang Prilly temukan hanyalah kebohongan Amalia. Prilly tahu pasti, Amalia berbohong padanya. Sebenarnya apa yang Amalia sembunyikan darinya, Prilly benar-benar ingin tau siapa Thalia yang sepertinya bagian dari masalalu keluarganya.

***

Setelah merasa enakkan, Prilly diperbolehkan untuk keluar dari ruangan ini. Prilly ingin sekali bertemu dengan Reza, dia yang sudah menyelamatkannya dan mempertaruhkan nyawanya untuknya. Sudah sepantasnya Prilly harus berterima-kasih pada Reza, dia malaikatnya.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang