11

5.8K 432 20
                                    

"Ya. Nadya?"

Keningnya mengerut, siapa Nadya?
Prilly menatap heran pada Ali yang tampak tenang-tenang saja seperti tidak mempunyai masalah, Ali menatap kearah depan tanpa melihatnya. Wajah Ali memang terlihat selalu santai dalam segala hal.

"Siapa yang Kak Ali maksud?"

Ali menoleh pada Prilly, kemudian menatapnya. Ali menatap Prilly dalam, setelah itu mengelus rambut Prilly. Tanpa berkata apapun, Ali pergi begitu saja meninggalkan Prilly yang termenung. Kenapa dengan Ali? Kenapa dia semakin menjadi pendiam. Bahkan Ali suka mengalihkan pembicaraan, dan seakan-akan menghindar untuk menjawab. Sungguh sangat aneh sekali!

"Kau tak pantas untuk putraku!"

Baru saja Prilly keluar kamar bersama Ali yang berada disampingnya, Dira bersidekap dada sambil menatap Prilly sinis. Prilly hanya bisa menunduk, tatapan Dira sangatlah menusuk. Membuat Prilly sedikit ketakutan, sedangkan Ali hanya diam tanpa berekspresi.

"Mama mau apa?"

"Mama cuman mau bilang, dia enggak pantes buat kamu!"

Setelah berkata seperti itu, Dira pergi meninggalkan Prilly bersama Ali didepan kamar tamu. Ali melenggang pergi juga tanpa mengajak Prilly, Prilly menunduk sedih. Inilah yang akan ia rasakan, kepedihan baru harus Prilly rasakan selama menjadi istri kedua Ali. Ternyata pedih mendapat cemoohan dari Mama Ali.

"Kamu harus kuat, Illy!" Prilly berusaha menguatkan dirinya.

Prilly memasuki kamarnya, ia bisa melihat Ali sedang menyisir rambutnya didepan cermin. Lagi-lagi mulut Prilly terasa sangat gatal ingin menanyakan siapakah Nadya, jiwa penasarannya sangatlah besar. Rasanya Prilly ingin mendengar siapa itu Nadya yang Ali maksud.

"Kak Ali?"

Prilly cukup memberanikan diri untuk bertanya pada Ali, walaupun pandangannya menunduk tanpa melihat kearah Ali. Prilly masih penasaran siapakah Nadya?

"Ya?"

"Siapa Nadya yang Kak Ali maksud? Apakah Nadya itu istri pertama Kak Ali? Tolong jawab pertanyaanku Kak."

Ali tampak termenung kemudian membalikkan badannya menghadap Prilly, Ali tersenyum tipis kemudian melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Prilly. Prilly mencoba tidak memandang Ali, Ali berdiri tepat didepannya. Ali memegang kedua bahunya dan mengangkatnya agar tidak menunduk.

"Sudah makan?"

Lagi-lagi Ali mengalihkan pembicaraan, membuat Prilly mendesah kecewa. Prilly menyingkirkan tangan Ali yang berada dipundaknya, kemudian menggelengkan kepalanya. Bertanda ia belum makan, rasanya tak lapar.

"Kenapa?"

"Bukan urusan Kakak kan?"

Prilly memalingkan wajahnya, sungguh Prilly sangat kecewa pada Ali yang seringkali mengalihkan pembicaraan. Padahal jawaban itu sangatlah penting baginya, rasanya Prilly berdosa pada istri pertama Ali karena sudah menjadi istri kedua Ali.

"Itu urusanku!"

Memang benar, ini urusannya juga. Namun, rasanya enggan untuk makan. Prilly masih belum menyangka dirinya menjadi istri kedua Ali beberapa jam lalu, Ali menyentuh dagu Prilly dan mengangkatnya agar melihatnya.

"Makan!"

"Iya."

Ali menurunkan lagi dagu Prilly, kemudian membalikkan badannya untuk mengambil sesuatu didalam laci. Prilly hanya bisa memerhatikan Ali, Ali datang kembali dengan paper bag ditangannya.

"Ambilah?"

"Ini apa Kak?"

Tanpa menyuruhnya membukanya, Ali pergi keluar kamar membuat Prilly kesal setengah mati pada Ali. Sungguh tingkah dinginnya membuat Prilly meradang seketika, Prilly membuka paperbag ini. Tangannya bergetar melihat isi paperbag ini, ternyata sebuah handphone bermerek iphone terlihat ada apel gigit dilabelnya.

"Makasih Kak."

Walau dirinya dulu sangat menolak pernikahan ini, namun Prilly mencoba berserah diri. Karena ini takdirnya, takdirnya untuk menjadi yang kedua. Prilly menyalakan ponsel ini, rasanya tak sabar untuk menjumpai Sarah. Ahhh.. Prilly jadi rindu Sarah.

***

Malam yang sangat indah, dihotel berbintang 5. Ali mengadakan resepsi yang sangatlah tertutup, tak ada awak media disini. Semuanya total menutupi pernikahan keduanya dari seorang milyader serta pengusaha muda no. 1 ini. Ali tampak sangat tampan menggunakan tuxedo hitamnya, disampingnya Prilly yang memakai gaun panjang sampai setengah lutut. Dan menampilkan leher jenjang yang sangatlah putih.

Gaun yang Prilly gunakan memang tanpa lengan, rambutnya dibentuk sangatlah indah berjuntai. Serta mahkota uraian bunga mengingai kepalanya, Prilly bagai ratu malam ini. Namun, tidak dengan hatinya. Prilly hanya bisa menampilkan senyuman palsunya ketika penjabat-penjabat tinggi atau kerabat Ali menyapanya.

Prilly tidak tau ia harus berperan apa sekarang, pernikahan ini memang bukan keinginannya. Namun, Prilly berusaha menerima ini dengan lapang dada dan hati ikhlas. Rasanya kaki Prilly pegal berdiri dengan higheels 5cm walau tidak terlalu tinggi. Namun rasanya, kakinya ingin patah berlama-lama memakai ini.

"Duduklah!"

Prilly mengkedipkan matanya menatap Ali, Ali hanya tersenyum sangatlah tipis. Kemudian mengangguk menyuruh Prilly agar duduk.

"Eh. Kenapa sih lo nikah sama orang miskin kayak dia? Dia cuman mau morotin harta lo! Lo enggak sayang lagi sama dia!" Sentak Ameera. Sepupu jauh Ali yang sangat terpaksa menghadiri pernikahan kakak sepupunya.

"Ini bukan urusanmu, anak kecil."

Lagi-lagi semua keluarga Ali tak menyukainya, semuanya tak menyukai keberadaannya. Ini memang bukan kehendaknya, semua ini kemauan Ali bukan dirinya. Namun, kenapa mereka seakan-akan dirinyalah yang salah.

Hanya satu orang dari keluarga Ali yang sangat menerimanya dengan baik, dia Karina. Waktu kepelaminan, Karina memeluknya sambil menangis. Kata Karina juga, Karina kesal pada Ali yang sudah menyakiti banyak. Karina tak habis pikir dengan pola pikir Ali.

Ketika jam 23.00. Acara ini sudah selesai, Prilly memasuki mobilnya bersama Ali yang akan menuju rumahnya bukan rumah Ibunya. Rasanya gugup, mungkinkah dirumah itu. Prilly akan mendapat jawaban dari semua pertanyaannya.

"Kak Ali, tolong jawab pertanyaanku. Siapakah Nadya? Istri Kak Ali?"

Baru saja sampai kerumah Ali yang sangat besar melebihi rumah Ibunya, Prilly sudah menanyakan kembali siapakah istri Ali? Rasanya keingintauannya sangatlah besar.

Langkah Ali terhenti, kemudian membalikkan wajahnya. Prilly bisa melihat wajah lelah Ali yang sangat terlihat, Ali mendekatinya. Kemudian melepaskan tuxedo nya dan melampirkannya dibahu Prilly agar tidak kedinginan, Ali tau udara tidak baik untuk Prilly yang memakai gaun tanpa lengan ini.

"Istirahatlah, kamu harus istirahat! Jangan banyak bertanya. Kamu akan tau semua jawabannya, tapi bukan sekarang!"

Aku-kamu rasanya sangatlah manis, Prilly menyusul Ali. Karena dirinya tak tau tata letak rumah Ali yang menurutnya sangat besar, bisa dibilang mungkinkah ini masion?

"Kau boleh kemanapun dirumah ini, asal jangan pernah menampakkan kakimu ke lantai paling atas!"

Ada apa dilantai paling atas?

Gereget gak sama tingkah Ali?

Teka-teki lagi?

Jumat, 1 mei 2020



TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang