49

3.6K 301 52
                                    

"Kenapa?"

Setelah 2 minggu berada di Rumah Sakit untuk pemulihan. Prilly sudah dianjurkan untuk pulang, namun, bukannya semakin sehat. Prilly malah merasakan tak enak pada badannya, selalu muntah-muntah. Bahkan Ali membolos bekerja dan itu demi dirinya.

"Mual Kak," lirih Prilly.

"Kita ke Rumah Sakit ya?"  Prilly menggelengkan kepalanya, untuk saat ini, ia muak pada Rumah Sakit tanpa sebab yang jelas. Ali memeluk Prilly yang juga memeluknya di atas ranjang.

Prilly mengendus ketiak Ali. Ali sedikit menggeliat saat hawa panas menerpa ketiaknya. "Kakak gak kerja? Mending Kakak kerja aja deh, disini juga ada Ibu kok," suruh Prilly.

Ali menggelengkan kepalanya. "Tak apa, aku akan menemanimu disini," balas Ali penuh kehangatan.

"Kenapa Kakak jadi manis gini?"

"Karena kamu manis."

"Kok jadi gaje."

"Gaje itu apa?"

"Masa Kakak gak tau apa itu gaje?"

Dengan lugunya, Ali menggelengkan kepalanya. Saking sibuknya dalam bekerja, Ali sampai tidak tau apa itu istilah gaje 'Gak jelas' Prilly melepaskan pelukan Ali lalu mendorong Ali sedikit menjauh darinya.

"Gaje itu gak jelas Kak, norak banget sih. Makanya have fun bareng temen, bukannya sama berkas-berkas mulu yang dipikirin," omel Prilly.

Ali tertawa renyah. Prilly kembali memeluk Ali, entahlah tiba-tiba ia manjat seperti ini. Prilly sangat menyukai harum Ali yang sangatlah maskulin. Ali mengelus punggung Prilly dengan lembut.

"Kak, mau mangga boleh?"

Ali mengerutkan keningnya, kenapa Prilly seperti seorang yang sedang hamil? Prilly mendongak sambil mengecup dagu Ali, Prilly tersenyum geli saat Ali malah mengecup bibirnya.

"Jangan-jangan kamu hamil?" tebak Ali membuat Prilly terdiam.

"Mana mungkin Kak."

"Kok mana mungkin?"

"Entah."

Prilly terlelap dalam lamunannya, Prilly membayangkan dirinya hamil kembali. Pasti itu sangat menyenangkan bukan. Tiba-tiba saja perutnya bergejolak, Prilly beranjak dari berbaringnya, lalu berlari memasuki kamar mandi membuat Ali keheranan dengan tingkah Prilly.

Takut Prilly kenapa-kenapa, Ali menyusul Prilly. Prilly memuntahkan cairan bening yang selalu saja membuatnya mual serta pusing. Ali dengan sigap memegang kedua pundak Prilly yang bergetar.

"Kita ke Rumah Sakit ya?"

Prilly menggelengkan kepalanya.

"Aku gak mau ke Rumah Sakit Kak, hueeeekk.." Prilly kembali memuntahkan cairan itu, ia benar-benar lemas. "Yaudah, sekarang kamu istirahat. Biar Kakak bikinin kamu teh hangat," titah Ali.

"Memangnya Kakak bisa bikin teh hangat," ujar Prilly heran pada Ali.

Ali tersenyum, lalu memapah Prilly untuk keluar dari kamar mandi. Prilly menyandarkan tubuhnya pada tubuh Ali, kenapa dengan dirinya? Padahal pada saat mengandung Kayleen, ia tak pernah seperti ini. Bahkan tak ada rasa mual.

Tok tok tok

Setelah Prilly dibaringkan, Ali beranjak untuk membukakan pintu. Entah siapa yang mengetuk pintu kamarnya itu?

"Ibu?"

Amalia tersenyum sambil menengok ke dalam, Amalia tersenyum melihat Prilly masih berbaring di atas ranjang nya. Lalu Amalia menyerahkan barang yang sudah ia beli barusan.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang