14

5.1K 416 17
                                    

Prilly mengambil dasi milik Ali kemudian meletakkannya disisi ranjang, Ali masih berada dikamar mandi. Prilly mengusap tekuknya, matanya menatap ponsel Ali yang tergeletak disana. Haruskah ini mengambilnya dan melihat isinya, mungkinkah disana terdapat yang dirinya cari.

Namun, rasanya sungkan. Mungkin saja sebentar lagi Ali akan keluar dari kamar mandi, Prilly menatap lagi ponsel itu. Ya sudahlah, dirinya terlanjur penasaran. Prilly mengambil ponsel Ali kemudian menghidupinya, beruntungnya Ali tidak memakai pola atau kata sandi apapun. Prilly membuka galleri, matanya melebar seketika.

Banyak foto Ali bersama wanita lain.
Apakah itu Nadya? Prilly menutup mulutnya kemudian meletakkan kembali ponsel Ali, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka.

"Kak jujur sama aku, aku cuman mau kejujuran Kakak! Bukan harta Kakak, tolong Kak siapa Nadya? Kenapa aku enggak boleh menginjakkan kakiku dilantai atas, apa aku salah Kak? Ingin tau siapa istri pertama Kakak, aku berhak tau Kak!" Sentak Prilly membuat Ali terdiam.

Ali mengambil kaosnya dan memakainya, Ali mendekati Prilly kemudian menatapnya dalam. Air mata Prilly sudah luruh, Ali menatap tajam tak ada keteduhan. Tubuh Prilly melorot kelantai, sungguh keberadaannya terasa sangat tak dihargai. Untuk apa kemarin ia dipaksa-paksa untuk menerima pernikahan ini, jika Ali saja tak menghargainya sama sekali. Sebenarnya apa yang Ali inginkan selama ini?

"Hati aku sakit Kak? Sakit, tolongin biarin aku tau istri Kakak. Kenapa aku enggak berhak tau Kak! Kakak kenapa enggak ngehargain aku sebagai istri Kakak, Kakak itu emang brengsek!" Maki Prilly.

Ali berjongkok menyamai tubuhnya dengan tubuh Prilly, maniak matanya menatap tajam kearah Prilly. Tangan Ali mengapit dagu Prilly, Prilly merasakan kesakitan pada pipinya yang tertekan oleh tangan Ali. Air matanya tak kuasa menahan ini semua.

"Baiklah akanku beritahu!"

Ali menyeret lengan Prilly dengan secara paksa, Prilly merintih kesakitan pada lengannya yang tercengkram oleh Ali. Terlebih lagi, Ali tidak menggunakan Lift, membuat tenaga Prilly terkuras banyak. Rasa sakit itu menyerang kakinya yang terasa sangat kram.

"Hentikan, Kak. S--sakit!"

Dipertengahan lantai 4 dan 5, Ali berhenti. Tubuh Prilly melorot dengan isakan yang semakin terdengar, Ali benci melihat air mata. Ali berjongkok kemudian menghapus air mata Prilly. Namun, Prilly menepis tangan Ali yang menghapus air matanya.

"Jangan sentuh aku Kak, toh Kakak Ali sendiri kasar sama aku." Prilly berkata lirih.

"Ayo kelantai atas!"

Prilly menggigit bibir bawahnya, ini adalah keemasnya. Harusnya Prilly senang akan dibawa kelantai atas oleh Ali, namun rasa sakitnya membuat Prilly merasa tak ingin lagi kesana. Ali memaksa Prilly untuk melanjutkan langkahnya, Prilly hanya bisa menurut. Rasanya kakinya mulai mati rasa.

Deg

Tak ada apapun disini, hanya ada banyak lukisan seseorang disini. Prilly menatap Ali yang hanya terdiam dengan pandangan kosongnya, Prilly menatap ukiran nama yang bertuliskan Nadya. Jadi ini semua, lukisan Nadya. Prilly menyangka lantai atas ini adalah keberadaan Nadya, namun ternyata tebakannya salah.

Prilly menutup mulutnya tak percaya semua tebakannya salah, namun kenapa Ali melarangnya untuk menginjakkan kakinya disini. Padahal disini tak ada siapapun, kecuali jejeran lukisan serta gambar seorang wanita yang sangat anggun terpajang disana.

Nadya almeera

Matanya tak henti-henti menatap gambar itu, dan Ali membiarkan Prilly melakukan semua itu. Ali memalingkan wajahnya untuk tidak menatap gambar Nadya, Prilly berjalan semakin dekat dengan gambar itu. Kemudian akan menyentuhnya.

"Jangan menyentuh apapun disini!"

Tangannya melayang diudara, kenapa tidak boleh menyentuh apapun disini. Prilly mengerutkan keningnya menatap Ali yang menatapnya bak membunuh, Prilly mengurungkan dirinya untuk tidak menyentuh apapun disini. Prilly berjalan-jalan dan itu semua diperhatikan oleh Ali, Prilly menatap pintu yang tertutup rapat. Tangannya memegang knop, namun sebuah teriakan dari Ali membuat Prilly menoleh.

"JANGAN PERNAH MENYENTUH APAPUN DISINI! KITA PERGI!"

Memangnya ada apa didalam sana, Prilly sangat penasaran sebenarnya ada apa dengan Ali yang sangat melarangnya berbuat apapun. Prilly terpaksa meninggalkan lantai atas dengan perasaan yang belum terpenuhi, terlebih lagi tiba-tiba saja Ali menarik tangannya membuat Prilly limbung dan menabrak Ali.

Bruk

Ali tergelincir kebawah, Prilly menutup mulutnya. Semua itu diluar dugaan, Ali terguling bersamanya dengan kondisi memeluk dirinya. Rasanya kepalanya ingin pecah, Prilly melihat darah mengalir didahi Ali. Prilly berusaha bangkit namun rasa pusing membuat dirinya bertahan dengan posisi ini.

"Kak Ali bisa denger aku?"

Sungguh Prilly khawatir dengan keadaan Ali, gara-gara dirinya yang tak seimbang. Ali terbentur ujung tangga, Prilly berusaha mengangkat Ali. Ali memegang kepalanya kemudian berusaha melepaskan rangkulan Prilly.

"Aku bisa sendiri!!"

"Jangan egois dulu Kak! Keadaan Kakak lagi sakit, buang-buang dulu egoisnya!"

"SUDAH KU BILANG, JANGAN MEMBANTAH! GARA-GARA KAUU AKU HARUS KELANTAI INI LAGI!"

Sebenarnya ada apa dilantai penuh lukisan Nadya ini, Prilly berusaha menahan Ali agar seimbang berjalan ditangga. Namun, Ali menepisnya kasar. Mereka tiba dikamar mereka, Prilly menyusul Ali yang berbaring diranjangnya. Rasanya ingin menangis dan kembali seperti dulu.

Pernikahan ini sungguh diluar dugaan, sikap Ali lah yang membuat Prilly merasa ingin pergi. Namun, rasanya hatinya ingin selalu dirumahnya. Sejak malam itu, hatinya sudah ada nama Ali. Prilly baru menyadari rasa yang menurutnya singkat saat munculnya.

"Kak Ali?"

"Hm."

"Jadi Nadya itu istri Kakak?"

"Iya."

Prilly meremas dadanya, ternyata dugaannya selama ini benar. Prilly terduduk disisi ranjang, lalu kemana Nadya sekarang? Apakah Nadya berada dikamar itu? Tapi, rasanya Prilly tidak menemukan suara apapun disana. Prilly mengusap tekuknya.

"Alasan Kakak menikahi karena apa?"

Tiba-tiba saja Ali bangkit, kemudian menatap Prilly lekat. Sungguh pertanyaan itu yang paling Ali benci, kenapa Prilly tidak menikmati saja pernikahan ini. Bukannya bertanya ini-itu membuatnya selalu marah saja pada Prilly.

"Kau akan tau, tapi bukan sekarang!"

Ada yang kesel sama Ali?

Ada apa dikamar itu?

Yahh tebakan kalian salah

Senin, 4 mei 2020
Ini tuh mendadak ngetik, dari jam 21.48  sampai 22.25 mendadak banget karena kaii gak mauu double up buat besok hihihih.. jadi hargai usaha kaii yaa dengan vote terus komennya.



TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang