Prilly terduduk diranjang, tangannya mengelus perutnya yang semakin membuncit. Pikirannya mengingat perkataan Ali sewaktu di mall, masih melekat didalam ingatannya.
""Apapun yang akan terjadi, aku akan memperjuangkan kalian lagi."
Prilly tak ingin terjatuh kelubang yang sama lagi, Prilly sudah terlanjur sakit hati oleh Ali. Dan juga rasa bencinya membuat Prilly enggan menganggap dia adalah Ayah dari Anak yang dirinya kandung, lagi pula, Prilly tak ingin menyakiti hati Reza.
Dia orang yang sangat baik untuknya, setelah Anak ini lahir, Prilly akan menerima Reza sebagai pendamping hidupnya. Keluarganya pun sangat baik kepadanya, membuat Prilly ingin membalas kebaikan mereka. Ali adalah masa lalu kelam nya, maka dari itu Prilly akan melupakan Ali. Dan memulai kehidupan baru tanpa adanya Ali.
"Ayah, apa Ayah tenang disana?"
Bahkan Prilly tidak menyangka, selama ini ia tinggal bersama seorang pembunuh Ayahnya. Prilly tidak habis fikir dengan pola fikir Ali yang sudah membunuh Ayahnya sendiri.
Dia begitu kejam, pantaskah dia menyandang Direktur serta pemilik perusahaan no. 1 di Asia. Sungguh Ali tak pantas menyandang gelar itu, harusnya Ali berada di sel penjara. Bukannya keluyuran dan melakukan hal semena-mena.
"Aw!"
Prilly mengusap perutnya, lalu tersenyum geli. Ketika si kecil menendang perutnya, walaupun ngilu, namun Prilly sangat bahagia.
Tingtong
Prilly beranjak, tangannya memegang pinggang serta tangan satunya lagi memegang perutnya. Siapa yang bertamu? Mungkinkah Reza atau Sarah?
"Dengan rumah Prillyan Andryna?"
Prilly mengangguk, pengirim paket itu menyerahkan pulpen serta kertas untuk menandatangani. Lalu Prilly menerima paket itu. Dari siapa? Padahal Prilly tidak membeli apapun di situs online, Prilly terduduk di sofa. Lalu membuka paket ini.
"AAA!"
Prilly melemparkan paket yang berisi bangkai burung lagi, nafasnya tersengal-sengal. Kenapa peneror itu datang lagi, Prilly mencoba menghubungi Reza ataupun Sarah agar datang ke sini. Prilly benar-benar takut berdua bersama asisten rumah tangga disini.
"Halo Za, kamu bisa ke sini? Aku takut, ada yang neror aku Za,"
"Jangan lama!"
"Hat-----"
Prang
Prilly semakin ketakutan mendengar suara pecahan, Dessy selalu asisten rumah Prilly pun tergopoh-gopoh menghampiri Prilly. Dessy kaget melihat bangkai burung yang ada dilantai dengan darah yang masih mengalir.
"Non, lebih baik telepon polisi? Ini bahaya buat Non," ujar Dessy.
"Mbak bener juga, kalo gi----"
Blam
Reflek Prilly berjongkok dengan telinga yang menutupi kedua telinganya, Prilly benar-benar ketakutan sekarang. Prilly benar-benar menginginkan keberadaan Reza sekarang, Dessy pun sama seperti syok. Prilly tak berani untuk membuka matanya.
Derap langkah kaki semakin terdengar, Prilly berdoa, semoga saja itu bukan si peneror. Prilly harap dia adalah Reza, Prilly benar-benar takut orang itu akan melukainya.
"Reza, aku butuh kamu," batin Prilly.
Tap
Tap
Bug
Prilly membuka matanya, matanya melebar melihat orang bertopeng berada dihadapannya. Prilly beringsut, Prilly melihat Dessy tergeletak dilantai. Harus bagaimana Prilly, Prilly benar-benar ketakutan untuk sekarang.
"Darah harus dibayar dengan darah yang mengalir!"
"PERGI!"
Manusia bertopeng itu mendekati Prilly, Prilly berusaha menghindar. Prilly menggigit bibir bawahnya, kenapa Reza sangatlah lama sekali. Prilly berpegangan pada bahu tangga, manusia bertopeng ini semakin mendekati dirinya.
"PERGI! kamu siapa?" teriak Prilly.
Manusia bertopeng itu sudah selangkah lagi dengan Prilly, Prilly malah terduduk. "Reza, tolong aku," batin Prilly.
Bug
"BRENGSEK! Jangan sakitin dia!"
Suara itu, Prilly mendongak dengan air mata yang sudah mengalir dipelupuk matanya. Kenapa dia ada disini, sejak kapan dia tau dimana rumahnya? Apa jangan-jangan dia.
Bug
Ali menendang manusia bertopeng itu, manusia bertopeng itu menendang perut Ali hingga Ali batuk-batuk darah. Manusia bertopeng itu pergi setelah membuat Ali mengeluarkan darah.
Dengan sisa tenaganya, Ali mendekati Prilly yang terduduk dianak tangga. Prilly menatap Ali dengan tatapan yang penuh kebencian.
Plak
Ali terdiam, kenapa Prilly malah menamparnya? Prilly berdiri lalu menatap Ali dengan tatapan benci.
"Jadi ini rencana Kakak? Hahaha. aku enggak nyangka ya Kakak itu selicik ini, hiks. ternyata Kakak yang neror aku selama ini. Drama Kakak berhasil buat aku ketakutan Kak, apa dengan cara ini aku akan kembali sama Kakak? Gak akan Kak, aku enggak akan kembali sama Kakak yang udah nyakitin hati aku," teriak Prilly dihadapan Ali.
Ali menggelengkan kepalanya, bukan dirinya yang meneror Prilly. Dirinya tau rumah Prilly dari Reza. Kenapa Prilly bisa berfikir sepicik itu.
"Lebih baik Kakak pergi dari rumah ini, aku muak liat muka Kakak yang sok. Kakak peneror aku sekaligus pembunuh Ayah aku, aku benci Kakak," teriak Prilly.
Ali mencekal tangan Prilly, namun Prilly menepisnya secara kasar. Prilly benar-benar tak menyangka Ali tega melakukan hal selicik ini padanya, dia yang dengan teganya berpura-pura sebagai pelindung yang nyatanya adalah peneror.
"Aku bukan peneror Pril, tugas aku cuman jagain kamu. Aku cuman ingin melihat kamu, dan kamu lagi dalam bahaya," balas Ali.
"Udah deh Kak, Kakak itu bulshit. Jangan ganggu kehidupan aku lagi Kak, semenjak kehadiran Kakak. Hidup aku menderita Kak hiks. Lebih baik Kakak, PERGI!"
Prilly melihat Reza berada dibelakang Ali, Prilly melepaskan tangan Ali, lalu berlari dan langsung memeluk Reza. Ali hanya terdiam, melihat Prilly memeluk Reza. Reza tampak tersenyum segan pada Ali, Ali membalasnya dengan anggukan.
"Dia jahat Za, dia yang selama ini neror aku hiks. dia ingin aku mati Za. Aku benci orang itu Za, usir dia Za, usir! Aku muak Za," kata Prilly.
Reza tak tega melihat Ali sepertinya muntah darah akibat peneror itu, kenapa pula Prilly bisa berfikir Ali lah yang selama ini menerornya. Padahal Ali yang sudah menolongnya, Ali berjalan dengan tangan yang memegang perutnya yang terasa sakit.
"Usir dia Za, aku benci dia!"
"Pril, asal kamu tau, bukan aku yang neror kamu. Aku hanya menolong kamu dari dia, mana mungkin aku meneror orang yang aku cintai!"
"Aku enggak mau denger Za perkataan dia, aku mohon Za. Usir dia, dia membuat aku semakin menderita Za. Gara-gara dia, aku kehilangan Ayah aku Za. Usir dia," teriak Prilly didalam pelukan Reza.
"Lebih baik anda pergi, Prilly butuh ketenangan. Nanti saya akan menghubungi anda lagi," ujar Reza.
Ali mengangguk, sebelum pergi. Ali mengelus kepala Prilly, namun Prilly menepisnya. Membuat hati Ali terasa teriris melihat Prilly yang enggan ia sentuh, Prilly mengeratkan genggamannya pada kemeja yang digunakan Reza. Hatinya sakit, kenapa dia tega menerornya.
"Mana mungkin aku meneror orang yang aku cintai Pril, itu bukan aku yang meneror kamu."
"Pembunuh tetaplah pembunuh!"
Tebak-tebakkan lagi sama Kaii
Siapa sih sebenarnya orang yang kalian curigain sebagai peneror Prilly?
Rabu, 27 mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR [PROSES PENERBITAN]
RomancePrilly Adryna tak pernah menyangka di dalam hidupnya akan dipaksa menikah dengan pengusaha bernama Ali Khalif Atmajaya, hanya karena uang dan paksaan ibunya. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus cerita yang tertuang dalam kisah mereka.