42

4K 358 47
                                    

Brak

"KENAPA KALIAN LENGAH HAH! APA GAJI KALIAN TIDAK CUKUP SELAMA INI, HINGGA TIDAK SADAR WANITA ITU MASUK," teriak Ali menggebu-gebu pada para pelayan yang menunduk ketakutan atas kemarahan Ali.

Dirinya benar-benar marah saat Nadya beraninya memasuki Rumahnya tanpa ada yang melihatnya, kemana mereka perginya? Benar-benar membuat kesabarannya habis.

"M---maaf Tuan, pada saat itu kami sedang berada dikebun belakang karena kondisi disana sangatlah berantakkan. Di Rumah ini hanya ada Bu Amalia serta Mbak Jihan, Tuan," ujar ketua pelayan yang ketakutan.

Brak

Ali menendang lagi kursi yang berada disampingnya. "Panggil Ibu serta Jihan?" perintah Ali, pelayan itu mengangguk lalu berangsur untuk memanggil Amalia serta Jihan.

Tangannya mengepal, wanita itu sudah membuatnya marah. Dan membuat Kayleen harus pergi meninggalkan dunia ini, Ali menatap nyalang pada Jihan yang datang dengan kepala yang menunduk. Sedangkan Amalia, dia hanya menampilkan wajah biasa-biasa saja. Karena Ali tau, Amalia tidak bersalah.

"Coba jelaskan, Jihan!"

Jihan menatap Ali dengan penuh ketakutan, semua orang diruangan ini ketakutan akan kemarahan Ali yang tentunya sangatlah seram. Jihan menggigit bibirnya, apa Ali tau ia menukarkan obat Prilly?

"JAWAB!" sentak Ali.

"A---ku tidak salah apa-apa, i---itu hanya salahfaham. Mas," jawab Jihan membuat emosi Ali semakin meningkat.

Ali melemparkan foto ke muka Jihan, tentunya Jihan kaget melihat fotonya yang sedang menukarkan obat Prilly disana. Tangannya gemetar, rencananya terbongkar. Jihan takut Ali akan memulangkannya ke kampung, tentunya Jihan akan malu saat pulang.

"Kenapa harus Mas Ali tau," batin Jihan.

Tanpa diminta, Jihan terduduk dilantai dengan kepala yang menunduk ketakutan pada Ali. Jihan benar-benar tak ingin Ali mengusirnya dari Rumah ini, Jihan sudah terlanjur janji untuk menikah.

"I---tu bukan aku Mas, itu cuman editan. Hiks. kenapa aku difitnah Mas, hiks. padahal aku tidak melakukan apapun, atau, Prilly yang melakukan ini semua agar aku bisa pergi dari Rumah ini," dusta Jihan.

Ali menggelengkan kepalanya, dasar wanita licik. Beraninya dia menuduh Prilly yang tidak-tidak, Ali menatap salahsatu pelayan yang menunduk ketakutan. "Bereskan semua barang-barang dia," perintah Ali.

"Baik Tuan."

Jihan beringsut untuk menyentuh tangan Ali, namun Ali menepisnya secara kasar membuat Amalia tersenyum kemenangan melihat Jihan akan segera terusir dari Rumah ini.

"Maafin aku Mas, hiks. aku mohon jangan usir aku hiks. aku melakukan ini semua karena aku cinta sama Mas hiks. Mas harus tanggung jawab karena aku sudah mencintai Mas, hiks." Kata Jihan.

Cih, apa katanya? Tanggung jawab.

"Pergi!"

Ali melemparkan uang 10 juta untuk mengobatan Jihan, Jihan memegang uang ini. Harus bagaimana sekarang? Jika Jihan tidak menerima uang ini, penyakit ginjalnya akan semakin parah. Jihan menatap Ali saat pelayan itu kembali dengan koper miliknya.

"Kau sekarang pergi, atau saya akan memenjarakan kamu!"

Buru-buru Jihan mengambil kopernya, Jihan tak ingin masuk kedalam penjara. Satu wanita sudah selesai, kini Nadya yang harus Ali urus. Tangannya mengibas, menyuruh agar para pelayan pergi. Kecuali Amalia.

"Bu, jelaskan, mengapa Kayleen Ibu tinggalkan?"

"Jadi gini ceritanya, waktu itu Ibu ke Toilet. Terus, Ibu kekunci didalam. Ibu kaget denger suara tangisan Kayleen serta suara tembakan, i---bu."

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang