30

5.7K 454 49
                                    

Ali berjalan berdampingan dengan Nadya yang menginginkan hangout di Mall, walau banyak kerjaan, Ali mencoba memperhatikan Nadya dan berusaha melupakan bayang-bayang Prilly yang melekat padanya. Tentunya itu membuat Nadya bahagia, Nadya pastikan Ali akan mencintainya kembali dan melupakan Prilly yang Nadya anggap benalu.

Ali menatap datar semua orang yang melihat kearahnya, mungkin mereka terperangah melihat Nadya yang terus saja memeluk lengannya yang terbaluti oleh jas berwarna hitam.

"Aku pengen ke timezone, ini permintaan Baby Ali ya?" Pinta Nadya. Ali mengangguk tanpa berekspresi, pikirannya terlalu memikirkan bagaimana keadaan Prilly.

"Senyum dong," kata Nadya.

"Udahlah Dya!"

Nadya cemberut, lalu mengikuti langkah Ali yang tiba-tiba saja meninggalkannya. Ali duduk di kursi yang terdapat di Timezone lalu matanya sesekali menatap ponselnya, siapa tau suruhannya berhasil menemukan Prilly. Ali hanya ingin Prilly kembali ke dalam pelukannya, bukan kepada pelukan laki-laki lain.

Ali beranjak lalu berdiri di dekat pembatas yang terbuat dari kaca, matanya meneliti semua orang yang berlalu lalang di bawah, matanya terperangah melihat seseorang yang dirinya cari sedang berada di restoran seafood bersama seorang pria. Ali tak ingin menyia-nyiakan semua ini, Ali akan membuat Prilly kembali terhadapnya.

"ALI?"

Nadya melihat Ali pergi meninggalkannya, Ali tak peduli dengan teriakan Nadya yang mengundang banyak orang. Tujuannya hanya satu, memastikan wanita yang sedang hamil besar itu adalah Prilly. Ali sangat yakin dia adalah Prilly.

"Ali kenapa?" batin Nadya.

Tak peduli banyak orang yang dirinya tabrak, Ali harus memastikan ini semua. Ali berhenti, matanya menatap Prilly yang sedang memakan makanannya. Rasa rindu menyeruak seketika, Ali berjalan mendekati Prilly yang sedang fokus memakan makanannya.

"Prilly?"

Deg

Prilly mendongak, tangannya gemetar mendengar suara yang dirinya rindukan serta dirinya benci. Prilly menyesal harus kembali ke kota ini, Prilly pura-pura tak mengenali Ali dengan fokus memakan makanannya.

Sedangkan Reza merasa aneh dengan gelagat Prilly saat wanita ini dipanggil oleh pria yang menatap lekat kearah Prilly.

"Mungkin kamu kenal," ujar Reza, sambil meraih tangan Prilly.

Prilly menggelengkan kepalanya, membuat Ali tak percaya apa yang dilakukan Prilly terhadapnya. Sebegitu bencinya Prilly terhadapnya hingga pura-pura tidak mengenalnya, Ali meraih tangan Prilly. Namun, Prilly menepisnya.

"Anda siapa?"

Prilly berdiri, menatap tajam Ali dengan tatapan yang penuh kebencian. Sedangkan Ali menatap Prilly dengan penuh kerinduan, tiba-tiba saja Ali memeluknya di depan Reza. Reza berdiri melihat Prilly di peluk oleh pria lain selain dirinya.

"Aku mohon, dengarlah penjelaskanku. Semua itu salahfaham, aku merindukanmu, Prill," kata Ali, membuat Prilly membeku seketika.

Prilly mendorong Ali agar tidak memeluknya lagi, Prilly berusaha menahan tangisannya agar tidak turun. Prilly pergi meninggalkan Ali yang masih tak bergeming.

Reza menyadari jika Prilly mengenal pria ini, Reza tebak, dia adalah mantan suami Prilly. Reza membayar makanan, lalu menyusul Prilly. Ali tak ingin kehilangan Prilly lagi, dirinya  berlari menyusul Prilly.

Prilly menyeka air matanya yang sudah mendesak untuk keluar, kenapa dirinya harus bertemu lagi dengan dia. Prilly akui, dirinya masih menyimpan rasa untuk Ali. Namun, rasa kebencian terlalu besar untuknya.

"Kenapa dia harus datang lagi?" batin Prilly. Prilly memukul dadanya, kenapa rasa itu masih ada di dalam hatinya.

Tiba-tiba saja tangannya di tarik dari belakang, Prilly menoleh, ternyata Reza yang menariknya. Prilly hanya bisa menunduk, tak ingin memperlihatkan kesedihannya kepada Reza.

"Prill?"

Dia lagi.

Prilly berusaha menarik tangannya dari tangan Reza, namun Reza tersenyum sambil mengangguk pada Prilly. Prilly tak ingin menyakiti hati Reza, Reza sudah baik padanya. Bahkan mau menerima bayi yang berada di kandungannya.

Reza mengangguk, lalu membiarkan Prilly bersama Ali. Kenapa dirinya harus bertemu dengan orang yang sudah membunuh Ayahnya, Prilly terdiam. Lalu Prilly melangkahkan kakinya, namun tangan Ali mencegat tangannya membuat Prilly langsung menepis tangan Ali.

"Dengarlah penjelasanku!"

"Penjelasan apa? Semuanya udah jelas, hiks. kamu pembunuh Ayah aku. Semua udah jelas Kak, Kakak sendiri yang bilang seperti itu hiks. kenapa aku harus mencintai orang pembunuh seperti Kakak hiks. bahkan aku menyesal sudah mencintai Kakak, Kakak pembunuh. Kakak pembunuh Ayah aku!"

Prilly menangis sambil menunjuk Ali yang terdiam, tempat parkir yang cukup sepi membuat mereka bisa leluasa. "Kenapa Kakak lakuin semua ini Kak, apa salah Ayahku kak? Kenapa Kakak dengan tega membunuh dia? Apa salah keluargaku Kak? Kakak itu kejam hiks. aku enggak akan biarkan Anak aku tau siapa Ayahnya, hiks," isak Prilly.

Ali mendekati Prilly, lalu memeluknya. Prilly berusaha memberontak, namun tenaganya terkuras akibat berteriak. Ali mendekatkan bibirnya pada bibir Prilly, Prilly berusaha menjauhkan wajahnya. Namun, Ali menekan tekuknya.

Ali mencium bibir Prilly, lalu melumatnya. Prilly berusaha melepaskan ciuman ini, namun Ali semakin menekannya. Ali melepaskan pautan ini, lalu menatap Prilly dengan lekat. Prilly tak bergeming, bagai terhipnotis oleh tatapan Ali yang sangat dirinya rindukan. Ali berjongkok, menyamai tubuhnya dengan perut Prilly yang semakin membesar.

"Halo baby Papa, maaf atas kesalahan Papa. Maaf Papa enggak bisa mengabulkan semua permintaan baby, Papa sayang baby. Jagain Mama ya di saat Papa enggak ada, jangan bikin Mama kerepotan. Karena dia sudah banyak tersakiti gara-gara Papa, maafin Papa yang udah nyakitin hati Mama dan Baby. Dan doain Papa buat perjuangin Mama Baby lagi," ujar Ali seolah-olah berkata dengan buah hatinya.

Prilly memalingkan wajahnya, air matanya sudah kembali turun. Tak kuat rasanya melihat Ali berbicara dengan buah hatinya, bagaimanapun Ali adalah Papa buah hatinya. Prilly menggigit bibir bawahnya, saat Ali mencium perutnya.

"Kenapa sesakit ini?" batin Prilly.

Andai saja Ali tak membunuh Ayahnya, mungkin Prilly akan hidup bersama Ali. Walau ada keberadaan Nadya, Prilly mendorong tubuh Ali hingga terduduk. Prilly tak kuasa menahan ini semua.

"Sudahlah Kak, aku membenci Kakak yang udah bunuh Ayahku. Lebih baik Kakak perhatikan saja istri Kakak itu, biarin aku hiks. bahagia Kak. Kakak harus tau, aku sangat membenci Kakak. Rasa itu udah hilang Kak, jangan pernah ganggu aku lagi," sentak Prilly.

Ali menggelengkan kepalanya, dirinya takkan membiarkan Prilly pergi lagi dari hidupnya.

"Apa kamu lupa? Anak yang kamu kandung adalah darah dagingku, aku berhak dipanggil Papa oleh dia. Mana mungkin aku melepaskan kalian begitu saja, aku akan memperjuangkan kalian. Dan melepaskan Nadya!"

Prilly menggelengkan kepalanya, Prilly tak ingin Ali memperjuangkan dirinya. Prilly tak ingin kembali tersakiti oleh Ali.

"Apapun yang akan terjadi, aku akan memperjuangkan kalian lagi."

Dari kejauhan. Reza serta Nadya melihat Ali bersama Prilly, Reza bisa melihat kekuatan cinta mereka. Namun, Prilly tampak mengabaikan rasa itu dengan rasa kebenciannya terhadap Ali.

"Dasar benalu," gumam Nadya.

"Lepaskan Ali, dan aku juga akan melepaskan Prilly," balas Reza lalu pergi.

Saling mencintai, namun terhalang oleh kesalahfahaman serta kebencian yang berkobar.

Ada yg sudah faham dengan alur cerita ini?

A/N

Mulai besok, cerita ini gak akan seperti biasa up setiap hari. Akan terjadwalkan 3 hari setelah up ya😊

Minggu, 24 mei 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang