13

5.1K 409 20
                                    

Prilly termenung dipinggir ranjang, Prilly tidak tau harus berbuat apa sekarang. Semua pekerjaan sudah diserahkan seluruhnya pada pelayan-pelayan dirumah ini, sungguh otaknya sekarang tidak bisa berfungsi. Prilly menatap ponselnya, disini hanya ada nomor Ali. Tak ada nomor lagi, apakah Prilly harus menelpon Ali?

"Lantai atas?"

Tiba-tiba pikirannya tertuju pada lantai atas, ingin rasanya menampakkan kakinya disana. Namun, Prilly tak ingin membuat Ali marah lagi padanya. Prilly mengusap tekuknya, Prilly sangat penasaran apa yang Ali sembunyikan selama ini darinya. Prilly berdiri kemudian keluar kamarnya, ia harus cari tau semua ini. Prilly tidak ingin mati penasaran seperti ini.

Prilly terdiam didepan pintu kamarnya, tiba-tiba pikirannya tertuju pada ruangan kerja Ali. Mungkinkah disana sesuatu yang dapat bisa memecahkan teka-teki ini, Prilly kembali memasuki kamarnya. Ia segera berjalan kearah ruangan kerja Ali, Prilly membuka pintu ruang ini. Ternyata tidak terkunci.

Semerbak harum maskulin tercium oleh Prilly, ruangan kerja Ali sangatlah rapi dan banyak buku-buku yang tertata rapi dirak. Prilly memegang salahsatu penghargaan Ali, ternyata dia sangatlah berbakat didunia bisnis. Prilly mengingat rencana awalnya untuk mencari tau tentang semua ini.

Prilly membuka laci, tangannya mengobrak-abrik semua yang ada didalam laci. Namun, tak ada yang mencurigakan. Prilly kembali membuka laci lagi, hanya ada dokumen-dokumen milik Ali yang tertata rapi disana. Prilly mengusap kepalanya, sungguh teka-teki ini membuatnya pusing.

Matanya menatap laci yang sedikit terbuka, matanya memicing. Disana terdapat sebuah gambar, Prilly berjongkok kemudian mengambil poto itu. Prilly mendesah kecewa, gambarnya buram serta posisinya membelakangi. Namun, Prilly yakin. Ali lah yang mendekap wanita itu.

Siapa dia?

Prilly merasa sangat asing pada wanita ini, kulitnya putih. Serta rambutnya berwarna coklat, dandanannya sangatlah feminim. Apakah dia Nadya? Prilly menggelengkan kepalanya, tapi mana mungkin.

Drrtt

Tanpa sengaja Prilly menjatuhkan poto itu dan mengangkat telpon, poto itu terjatuh dibawah meja. Prilly berjalan keluar dari ruangan kerja Ali, kemudian berjalan kearah balkon.

"Aku cuman mau tau siapa istri pertama Kak Ali, itu aja!"

"Terserah Kakak deh, Kakak itu egois! Aku cuman mau tau, siapa istri Kakak? Rasanya Kakak enggak ngehargai aku sebagai istri Kakak!"

Tut

Prilly memutuskan panggilan sepihaknya, sungguh emosinya sangatlah mudah datang. Prilly mendengus, kemudian melangkahkan kakinya. Kenapa juga Ali bisa tau jika dirinya memasuki ruangan kerjanya, darimana dia bisa tau aktivitasnya. Prilly memijit pelipisnya, Prilly mengedarkan pandangannya keatas. Kemudian menatap atas pintu ruangan kerja Ali. Ternyata disana ada CCTV, pantas saja.

"Argg.."

Sungguh Prilly sangatlah penasaran, Prilly merasa tak dihargai oleh Ali. Dirinya juga istrinya, kenapa Ali tak mau membiarkan dirinya tau siapa istri pertamanya? Prilly benar-benar tak dihargai, keberadaannya dirumah ini bagaikan pajangan saja. Prilly benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir Ali.

Tubuhnya luruh ke lantai yang dingin, Prilly mengusap rambutnya. Sungguh Prilly sangat ingin tau, siapa istri pertama Ali. Dirinya berhak tau, Prilly juga istrinya bukan budak hawa nafsunya.

***

Prilly menyisir rambut panjangnya, ini sudah jam 10 malam. Namun, Ali belum pulang-pulang. Prilly merasa khawatir dengan Ali, Prilly berjalan kemudian membuka lemari Ali. Dirinya mengambil pakaian tidur untuk Ali, bagaimanapun keadaannya. Ali adalah suaminya, Prilly mencoba mengikhlaskannya. Biarlah Ali yang menjawab semuanya dengan sendirinya, Prilly lelah terus-terusan bertanya pada Ali.

"PRILLY! BUKA, PRILLY!"

Letak kamarnya berada dilantai dua, namun Prilly bisa mendengar Ali berteriak. Kemana para pelayan disini? Kenapa tidak membukakan pintu, apa mereka tidak berani. Prilly membuka pintu utama, tiba-tiba saja tubuh Ali terhuyung kedepan. Prilly menangkap tubuh Ali dan memeluknya.

"Kak Ali kenapa bisa kayak gini?"

Prilly mencium bau alkohol dari kemeja Ali, dengan sekuat tenaga Prilly menyeret tubuh Ali. Sungguh tubuh Ali sangatlah berat, Prilly meringis ketika Ali malah mencium lehernya. Ini bukan waktunya untuk membangkitkan gairah, Prilly berusaha menyeret Ali dianak tangga.

"Nadyaaa.. Nadya!"

Deg

Nadya lagi, Prilly hanya mampu diam. Dirinya berhasil membawa Ali kekamar mereka berdua, Prilly menghempaskan tubuh Ali diranjang. Maniak matanya berkaca-kaca, tangannya membuka kancing kemeja Ali dengan pelan-pelan. Ali masih saja meracaukan nama Nadya. Prilly membuka sepatu yang Ali kenakan, air matanya luruh. Sekuat tenaga, Prilly menahan tangisan ini.

Sepatu yang Ali kenakan sudah Prilly lepas, Prilly meletakkan sepatu itu dipinggir ranjang. Prilly menatap Ali yang terus memanggil Nadya, hatinya berjerit. Baru saja 1 hari menikah dengan Ali, rasanya hatinya sudah patah berkali-kali. Ingin pergi, namun hatinya malah menolak berkali-kali. Semuanya belum terpecahkan.

Prilly menghapus air matanya, kemudian menghampiri Ali dan berusaha membuka kaos oblong yang Ali pakai. Walau sedikit kesulitan karena Ali terus menerus bergerak, Prilly menggigit bibir bawahnya agar bersabar menghadapi Ali. Kaosnya sudah terlepas, Prilly menatap celana panjang Ali. Prilly harus melepaskannya, jika tidak. Sprei yang baru ia ganti akan kotor kembali oleh pakaian kotor berbau alkohol itu.

Celana itu terlepas, hanya tinggal boxer hitam. Prilly akan beranjak, namun tiba-tiba saja tangan kekar Ali menariknya kedalam pelukannya. Prilly hanya terdiam, tak bisa berbuat apa-apa. Ali merambak mencium lehernya, Prilly berusaha melepaskan Ali. Namun, tenaganya terasa melemah seketika.

"Nadyaaa.."

Tangisannya pecah seketika, Prilly mendorong Ali yang akan menindihnya. Ali masih saja terpejam dengan memanggil nama Nadya, Prilly mengusap tanda kemilikan Ali dilehernya. Prilly bangkit kemudian menatap Ali yang sudah terdiam, mungkin Ali sudah tertidur.

"Hueekk.."

Tiba-tiba saja Ali bangun kemudian memuntahkan seluruh isi dalam lambungnya, Prilly hanya terdiam. Dirinya segera turun kedapur, mengambil air hangat dan juga alat pel untuk membersihkan muntahan Ali.

Tanpa rasa jijik, Prilly membersihkan muntahan Ali hingga sudah tak ada lagi bekasnya. Prilly mengambil air hangat kemudian berusaha agar Ali meminumnya. Sekuat tenaga, Prilly menahan isakan tangisannya. Ternyata tak mudah mengikhlaskan semua ini, Prilly menyeka air matanya. Prilly benar-benar hanya ingin tau siapa Nadya.

"Semoga Kak Ali segera mengatakan semuanya padaku."

Ada yang netes?

Uhh geregett ya?

Ali bener-bener egois?

Ada yg tau siapa Nadya?

Minghu, 3 Mei 2020


TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang