44

4K 289 11
                                    

"Kamu, aku pilih kamu."

Nadya tersenyum miris ketika Ali memilih Prilly daripada dirinya, memang sakit ya menjadi pelampiasan seseorang bertahun-tahun. 5 tahun, bukan waktu yang sedikit. Nyatanya semua itu hanya perasaan sesaat, Ali masih mencintai cinta pertama-nya.

Tiba-tiba saja tangan Nadya terborgol, tentunya Nadya panik melihat polisi berada dikedua sisinya. Ali hanya menatap datar pada Nadya, sedangkan Prilly hanya memandang Nadya dengan pandangan yang sulit diartikan. Disatu sisi, Nadya pantas menerima hukuman atas apa yang Nadya perbuat selama ini.

Disatu sisi, Prilly juga merasa kasihan pada Nadya.

"AKU PASTIKAN KALIAN GAK AKAN BAHAGIA, AKU AKAN MEMBALAS SEMUANYA hiks. SEMUANYA ATAS KESAKITAN INII," teriak Nadya.

Ali meraih tangan Prilly lalu menggenggamnya, Prilly hanya melihat sekilas Ali dengan tatapan yang juga sulit untuk diartikan. Dira memilih melengos daripada emosi. Ali mengecup tangan Prilly dengan lembut, sedangkan Prilly hanya diam.

"Masih ingat perkataanku?"

Prilly mengangguk.

"Apapun yang terjadi, tetaplah bersamaku."

Prilly menggelengkan kepalanya. "Aku tak tau Kak skenario apa yang Tuhan kasih, kita tidak tau apa yang terjadi kedepannya. Aku hanya akan insya allah akan bersama Kakak," balas Prilly.

Ali mengangguk, lalu merangkul Prilly menuju mobilnya. Prilly tentunya bahagia, kini Nadya serta Jihan sudah pergi. Prilly akhirnya bisa bernafas dengan lega, walau Prilly tidak tau akan kedepannya akan seperti apa.

Sesampainya di Rumah Ali, Ali menggenggam tangan Prilly dengan erat. Lalu mengecupnya lagi dengan penuh kelembutan, Prilly mengusap pipi Ali yang sedikit chubby.

"Ada apa Kak?"

Ali menggelengkan kepalanya, Ali sangat suka melihat wajah Prilly yang berseri-seri. Sangatlah menggemaskan tentunya, membuat Ali tak sabar untuk membanting Prilly ke ranjang. Kejam sekali kau Ali!

"Istirahatlah!"

"Aye-aye captain."

Ali membukakan pintu untuk Prilly membuat Prilly merasa malu, Ali menggandeng lagi tangan Prilly. Ali melihat Amalia sedang melamun sendirian di Ruang Tamu, kenapa dengan Amalia?

"Ibu kenapa?"

Amalia tersentak saat tangan Prilly menyentuh pundaknya, Amalia menggelengkan kepalanya. Amalia tersenyum pada calon menantu-nya serta Prilly. "Kalian baru pulang?" Prilly mengangguk, sepertinya Amalia menyembunyikan sesuatu darinya.

Ali memilih meninggalkan Amalia serta Prilly. Prilly duduk disamping Amalia, tatapan Amalia sulit untuk Prilly cerna. Ada apa dengan Amalia? Apakah Amalia lagi-lagi menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ibu kenapa?" tanya Prilly lagi.

"Ibu enggak kenapa-kenapa, kamu harus denger ya? Gara-gara kamu, Ibu menderita!" Sentak Amalia.

Deg

Prilly menggigit bibir bawahnya, memang semua gara-garanya. Namun, Prilly tidak mengerti apa yang membuat Amalia menjadi seperti ini. Tangannya akan menghapus airmata Amalia, namun Amalia menghempaskannya.

"Maafin kata-kata Ibu barusan hiks."

Setelah berkata seperti itu, Amalia memilih pergi dari Prilly. Prilly berdiri, lalu membiarkan Amalia tenang.

***

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Dengan balutan kebaya modern berwarna putih, dengan rambut yang terkepang dengan mahkota kecil diatas kepalanya. Prilly melihat pantulannya didalam cermin, seperti bukan dirinya? Berbeda saat pernikahannya dulu. Penuh airmata.

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang