"Tetaplah bersamaku, apapun yang akan terjadi."
Prilly mengangguk, kemudian membalikkan badannya dengan air mata yang sudah berlinang dipelupuk matanya. Walau Ali tampak terdiam tanpa tersenyum, namun Prilly bersyukur tatapannya teduh tak lagi tajam. Prilly membalas pelukan Ali.
"Tapi, jika Kakak menginginkan aku pergi? Aku bisa apa Kak, aku akan pergi jika itu maunya Kakak. Karena aku bertahan disini demi Kakak, Kakak yang a----aku c--intai."
Deg
Walau kaget, Ali tampak tenang. Prilly melihat mata Ali yang tampak kembali tak tenang, sebenarnya ada apa dengan Ali? Prilly melepaskan pelukannya, lalu mengusap ingusnya yang meleleh. Prilly beranjak dari duduknya, kemudian membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
"Kakak hari ini kerja?" Ali menggelengkan kepalanya, Ali takkan berani mengambil tindakan yang membahayakan lagi untuk Prilly.
Biarlah pekerjaannya nanti saja setelah Prilly membaik, Ali memeluk Prilly dari belakang. Prilly tersenyum, biarlah waktu yang menentukan semua teka-teki ini. Biarlah dirinya terhanyut dalam teka-teki rumit ini, Prilly memejamkan matanya seiring kesadarannya lenyap.
"Kak Ali kemana?"
Prilly bangun dari tidurnya, dirinya tak menemukan Ali disampingnya. Prilly membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakkan, lalu memakai sandalnya. Prilly membuka pintu kamarnya, rasanya sunyi menyeruak seketika. Prilly berjalan-jalan sendirian dirumah ini, Prilly melihat beberapa pelayan sedang bekerja.
Lalu matanya menatap keatas, mungkinkah Ali berada dilantai 4 atau 3. Prilly memutuskan untuk kelantai dasar saja, mungkin Ali sedang makan atau apapun itu. Prilly melihat ada bekas makanan disana, sepertinya ada tamu disini.
Tapi siapa?
Prilly melihat juga ada tas berwarna putih disana, mungkinkah Ali mempunyai tamu seorang perempuan? Lalu kemana dia sekarang, Prilly merasakan kepalanya kembali pusing. Prilly harus memastikan ini semua, namun saat dirinya akan melangkah. Prilly mendengar sebuah detingan piano dilantai 3. Mungkin mereka ada disana.
Prilly bergegas pergi kesana, Prilly semakin penasaran. Lantai 3 ini ruang musik serta ruang gym Ali, Prilly mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru. Tubuhnya tegang seketika, melihat seorang wanita duduk dipangkuan Ali, serta Ali menatap wanita itu mesra.
Dia.. Nadya.
Prilly berusaha tetap bertahan pada posisinya, Prilly merasakan hatinya kembali sakit. Prilly melihat mereka seperti seorang yang saling mencintai, Ali tampak tak menyadari keberadaannya. Karena Ali fokus memainkan piano serta menatap mesra Nadya.
Hati Prilly teriris seketika, hatinya bagai tercabik-cabik begitu saja. Pertahankannya runtuh seketika, Prilly mendekap mulutnya agar tidak terdengar suara isakannya. Namun, nyatanya isakannya terdengar oleh Ali maupun Nadya.
Ali tersenyum meremehkan, kemudian berjalan mendekati Prilly dengan Nadya yang juga tersenyum meremehkan. Prilly menatap keduanya dengan tatapan yang menyedihkan, sungguh hatinya sangatlah sakit.
"Bagus kau melihat semua ini, Nadya lah orang yang aku cintai selamanya. Benar kata Mama, kau benar-benar benalu. Lebih baik aku ceraikan kau."
Lututnya terasa lemas seketika, Prilly terduduk dilantai yang dingin. Ali tersenyum meremehkan, kemudian berjongkok menyamai tubuhnya dengan Prilly.
"Mana janji Kak Ali buat pertahanin pernikahan ini, ternyata Kakak pembohong hiks.."
"Denger ya, suamiku cuman kasihan padamu. Orang miskin yang mengemis meminta kekayaan, emang enak menjadi budak dari orang kaya." Sahut Nadya meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR [PROSES PENERBITAN]
RomancePrilly Adryna tak pernah menyangka di dalam hidupnya akan dipaksa menikah dengan pengusaha bernama Ali Khalif Atmajaya, hanya karena uang dan paksaan ibunya. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus cerita yang tertuang dalam kisah mereka.