10

5.8K 437 27
                                    

Prilly menatap pantulannya dalam cermin rias besar dihadapannya, impiannya untuk menikah dengan orang yang dirinya cintai pudar seketika oleh ego Ibunya. Setitik air mata lolos dari matanya, Prilly tak menyangka semua ini akan terjadi pada dirinya sendiri. Bahkan Prilly tidak tau siapa istri pertama Pria yang akan menikahinya, sungguh ini adalah masalah terberat untuknya.

Bahkan Prilly belum sanggup untuk mendengar cemoohan orang-orang tentangnya, satu masalah belum selesai. Kini datang kembali masalah yang semakin rumit, Prilly menatap kembali pantulannya didalam cermin. Ini make up mahal yang sering artis-artis papan atas gunakan, WO nya pun bukan WO biasa. Mereka adalah make up artis yang handal.

Kebaya yang sangat sederhana, rambutnya sengaja disanggul menampilkan leher jenjang yang sangat putih. Kebaya ini berwarna putih dengan mutiara-mutiara kecil yang bertebaran namun menyusun secara rapi, dirinya hanya didalam kamar. Menunggu Ali mengucapkan ijab qobul, walaupun dirinya tidak mempunyai ayah karena meninggal. Ada paman dari pihak ayahnya yang datang dari bandung.

"Aku enggak sanggup lagi hiks..."

Tak peduli make up nya hancur, Prilly tak sanggup lagi membangun pernikahan ini. Pernikahan yang tak pernah ia impian selama ini, bahkan menjadi istri keduapun tak pernah Prilly pikirkan selama ini. Terdengar pintu berdecit menampilkan pegawai WO yang bertugas me make up Prilly datang dengan mencak-mencak sendiri.

"Ampuunnn sistt.. jangan nangis napaa, ntarr aja nangisnya pas Pak Ali ngucapin ijab qobul. Sinii-sinii sayaa perbaiki lagi."

Ada mahkota kecil bertengger dikepala Prilly, Prilly bahkan seperti ratu saja. Katanya, nanti malam adalah resepsi secara tertutup hanya ada sahabat dan sanak keluarga yang datang.

"SAH?"

"SAH?"

"Barakallah."

Detik ini, Prilly resmi menjadi istrinya. Prilly tak menyangka dirinya menjadi istri kedua, pintu terbuka menampilkan Amalia serta Dira yang datang dengan wajah yang tentunya pura-pura bahagia. Prilly dituntun oleh kedua wanita itu, rasanya Prilly ingin pergi dari pernikahan ini.

Yang datangpun hanya sedikit, sanak keluarga Ali sebagian berada diluar negeri. Sedangkan yang berada didalam negeri terpaksa menghadiri acara sakral ini, Prilly duduk disamping Ali yang menatapnya datar.

"Cobaa jangan tatap-tatapan dulu, ntarr ajaa dehh malam tatap-tatapannya. Coba istri manisnya ambil tangan suaminya terus cium yaa, awass tapii jangan dibibir hahah.."

Dasar penghulu ganjen.

Dengan ragu-ragu Prilly mengambil tangan Ali kemudian menciumnya, setelah itu Prilly merasakan ada yang lembab menyentuh keningnya. Ternyata Ali, semua bertepuk tangan.

Setelah itu, satu-persatu tamu menyalami keduanya. Tak ada raut bahagia dari kedua mempelai, setelah selesai Prilly memilih untuk segera kekamar. Dirinya lelah untuk terus bersandiwara didepan mereka, Prilly mengusap air matanya. Bagaimanapun dirinya ia menolaknya, pernikahan ini tetap terlaksanakan.

Kini, hidupnya berputar 90 derajat. Statusnya berubah menjadi istri sah dimata hukum dan agama, walaupun statusnya istri kedua baginya. Prilly menangis meraung-meraung, kenapa hidupnya menjadi seperti ini? Harus bagaimana dirinya menghadapi Ali? Baik-baik atau menolak kehadirannya.

"Untuk apa kau menangis?"

Prilly mendongak menatap Ali yang menatapnya datar, bahunya bergetar. Ali berjongkok untuk menatap Prilly, Prilly tampak kacau dengan pernikahan ini. Terlihat dari matanya yang penuh luka.

"Setelah ini, ikut denganku kerumahku."

"Beritahu aku siapa istri Kak Ali? Aku ingin minta maaf padanya hiks.. beritahu aku Kak siapa hiks.. aku sangat bersalah padanya Kak hiks... beritahu akuu semua alasan Kakak menikahiku Kak.."

Tak ada formalitas lagi, Prilly benar-benar kacau sekarang. Ali membawanya kedalam pelukannya, melihat kondisi Prilly yang kacau. Mungkinkah resepsi itu harus ditiadakan? Daripada melihat Prilly kembali drop dan kerumah sakit lagi, namun keinginannya ingin sekali resepsi.

"Semuanya tak harus kau tau, cukup ikuti semua perkataanku. Kau akan tau semuanya!"

"T---tapi?"

Cup

Ali mencium Prilly dengan penuh kelembutan, Prilly memejamkan matanya dengan airmata yang mengalir dari sudut matanya. Rasanya sakit hati itu semakin bertambah, Ali melumat bibirnya. Hembusan nafasnya semakin terengah-engah namun Prilly menikmati hal itu. Ali melepaskan pautannya, kemudian menatap Prilly.

"Ku mohon jadilah istri yang baik untukku." Pinta Ali.

Bagaimana Prilly bisa menolak, jika beberapa jam yang lalu dirinya sudah dipersunting oleh laki-laki yang sudah beristri. Prilly mengangguk, Prilly berusaha menerima takdir yang membawanya kesini. Membawanya pada sebuah jalan yang rumit, dan Prilly akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Ali karena itu adalah takdirnya.

"Istirahatlah, malam nanti resepsi kita." Titah Ali, Prilly mengangguk.

Sebelum istirahat, Prilly membersihkan make up nya serta mengembalikan kembali posisi rambutnya yang disanggul. Walau hati dan logikanya tak menerima ini semua, Prilly berusaha ikhlas dengan takdir.

Prilly membersihkan tubuhnya dulu, Prilly merutuki kebodohannya karena tidak membawa pakaian kedalam kamar mandi. Prilly mengintip apakah kamarnya masih ada Ali? Ternyata tidak ada, membuat Prilly merasa lega. Prilly berjalan dengan tangan yang memegang erat handuknya takut melorot.

Dek

Prilly menoleh ketika mendengar suara pintu tertutup, Ali datang dengan handuk yang berada dibawahnya. Mungkin Ali baru saja mandi dikamar mandi sebelah.

"AAAAA.."

Handuk yang Prilly pakai melorot, membuat mata Ali melebar melihat pemandangan yang sangat menggugah hasratnya. Namun, Ali tahan. Ali tampak terdiam, Prilly dengan buru-burunya mengambil pakaiannya kemudian mengambil handuknya yang berada dibawah, dengan tingkah malunya karena sudah telanjang dihadapan Ali. Prilly berlari kedalam kamar mandi dengan menguncinya rapat-rapat.

"Dasar!"

Ali mengambil kaos hitamnya dari lemari, kemudian mengambil celana pendek berwarna cream dari lemari. Dan membawanya kekamar sebelah untuk berganti pakaian. Prilly sudah selesai, ia memulas make up naturalnya. Dan duduk disisi ranjang, Prilly masih belum siap menjadi istri keduanya Ali. Prilly masih ingin menikmati kebebasannya seperti dulu.

Mungkin sekarang rumah Ibunya sudah sepi oleh tamu-tamu, mungkin hanya ada pegawai WO yang sedang membersihkan semuanya. Prilly menggaruk tekuknya, tak tau harus berbuat apa. Ingin keluar, namun rasanya belum siap menghadapi Dira. Mama Ali, namun jika tetap dikamar. Apa kata mereka nanti?

Daripada bergelut dengan pikirannya yang kemana-mana, lebih baik Prilly memilih keluar dan mencari keberadaan Ali yang memungkinkan sedang berada dikamar sebelah.

Suasana cukup sepi, tak ada orang dilantai 3 ini. Mungkin mereka sedang berada dilantai 2, Prilly mengetuk pintu kamar disebelahnya. Namun, tak ada sahutan. Dengan amat pelan, Prilly membukanya dan melihat Ali sedang berada dibalkon.

Langkahnya pelan, Prilly membuka pintu kaca dengan pelan-pelan. Ternyata rumah ini mempunyai banyak balkon setiap kamarnya, kecuali kamar pembantu. Prilly berdiri disamping Ali yang tampak melamun.

"Kak Ali?" Panggil Prilly.

"Ya. Nadya?"

Deg

Yeayyy teka-teki lagi?

Siapakah Nadya?

Ada yang tau?

Kami, 30 April 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang