15

5.5K 432 51
                                    

Sebulan sudah Prilly berada dirumah ini, rumah yang sangat sepi menurutnya. Prilly seperti terkurung disini, Ali tak mengijinkannya keluar. Entah apa alasannya, yang pasti membuatnya tak nyaman. Hari ini Ali libur kerja, namun bukan Ali namanya jika tidak bekerja. Ali mengurung diri diruang kerjanya. Prilly tersenyum pada pembantu yang tersenyum hormat padanya, Prilly mengambil cangkir kemudian menyeduh kopi susu kesukaan Ali.

Sejak ia mengetahui siapa istri pertama Ali, Prilly tidak lagi bertanya pada Ali apa alasannya. Prilly jengah mendengar itu-itu saja jawabannya, membuat Prilly berhenti bertanya pada Ali. Dengan cangkir yang berada ditangannya, Prilly melangkahkan kakinya menuju Lift karena terlalu malas berjalan dipuluhan anak tangga.

Prang

Langkahnya terhenti, suara apa itu. Prilly mendongak keatas. Suara itu berasal dari lantai atas, Prilly membuka pintu kamarnya. Mungkin saja para pelayan tak sengaja menjatuhkan barang. Prilly berdiri didepan pintu ruang kerja Ali, Ali harusnya beristirahat bukannya malah bekerja lagi.

Tok tok tok

Prilly menggigit bibir bawahnya, semoga saja Ali menerima kopi susunya. Tak seperti kemarin-kemarin yang menolaknya dengan nada yang sangat menusuk.

"Masuk!"

Senyumannya terbit, Prilly membuka knop pintu kemudian tersenyum pada Ali yang menatapnya sekilas lalu fokus kembali pada kertas-kertas menyebalkan itu. Prilly meletakkan kopi susu itu didekat Ali, walaupun Ali tampak mengacuhkannya. Prilly tetap berada disisi Ali.

"Kak Ali aku buatin kopi susu kesukaan Kak Ali, diminum ya Kak?" Pinta Prilly dengan nada lirih.

Ali melirik Prilly kemudian mengangguk, membuat Prilly tersenyum bahagia. Prilly melangkahkan kakinya untuk keluar ruangan ini, namun Prilly teringat sesuatu. Prilly membalikkan badannya kemudian menatap Ali.

"Kak tadi aku denger ada suara pecahan dilantai atas?" Tanpa berkata apapun, Ali bergegas meninggalkan Prilly yang terpaku.

Dari pada Prilly terus penasaran, Prilly mengikuti Ali yang menggunakan akses Lift, sial.. lama sekali Lift ini turun. Dari pada Prilly mati penasaran, Prilly memilih memakai tangga. Jantungnya berdebar tak karuan, Prilly tiba dilantai atas dengan nafas yang tersengal-sengal. Pintu kamar itu terbuka, Prilly berjalan pelan kesana. Rasanya jantungnya berhenti, melihat pemandangan ini.

Ali memeluk seseorang yang berada diatas ranjang, rasanya ada yang jatuh dari jantungnya. Lututnya melemas seketika, melihat bagaimana Ali memeluk Nadya dengan penuh kelembutan. Tak ingin melihat yang membuat hatinya sakit, Prilly membalikkan badannya namun tanpa sengaja Prilly menyenggol vas kaca.

Prang

"PRILLY BANGUN!!"

Prilly terbangun dengan nafas tersengal-sengal, sungguh mimpi itu terasa sangatlah nyata. Dirinya melihat Ali memeluk Nadya dikamar itu, Prilly menatap Ali yang terdiam disisi ranjang. Kenapa rasanya mimpi itu terasa sangat nyata sekali, Prilly memegang kepalanya yang pusing.

"Aku pengen keluar Kak?"

"Untuk apa? Kau sudah menjadi istriku, tetaplah disini. Diluar bahaya mengintaimu!" Sentak Ali.

"Aku kesepian Kak hiks.. kenapa Kakak malah seakan-akan mengurungku disini! Aku menginginkan keluar Kak setelah sebulan ini aku ti----mfff."

Ali mencium Prilly dengan penuh gairah, Prilly berusaha membalasnya namun tetap saja tidak bisa. Prilly tidak lihai dalam hal ciuman, Ali membaringkan tubuhnya kemudian menindih tubuh Prilly. Prilly mengalungkan tangannya dileher Ali, sungguh Ali sangatlah agresif dalam bermain.

***

Prilly keluar dari kamar mandi setelah mandi besar, sungguh badannya terasa sangatlah pegal. Prilly melihat ranjang yang sudah tak ada Ali, kemana Pria itu pergi? Prilly menyisir rambut basahnya, kemudian berjalan ke meja riasnya untuk memoles sedikit pada wajahnya.

"Dibawah ada Mama."

Deg

Rasanya jantungnya akan copot, kenapa Ali tiba-tiba datang membuat dirinya terkejut. Prilly mengelus dadanya, bagaimana ini Prilly belum bertemu lagi dengan mertuanya. Namun, melihat Ali yang terus saja memandangnya. Prilly jadi segan pada mertuanya itu.

"Ayo?"

Ali menarik tangan Prilly untuk bertemu dengan Mamanya, semoga saja Mamanya mau menerima Prilly sebagai menantu keduanya. Walau Ali tau Dira pasti sangat tak menyukai Prilly, dirinya mempunyai alasan untuk menikahi Prilly dan menjadikannya istri keduanya.

Biarlah waktu yang menjawab semuanya, Ali hanya menjalani harinya seperti biasa bersama Prilly.

"Ma?"

Dira menoleh kemudian menatap Prilly dari atas ke bawah, Prilly hanya bisa menunduk. Kemudian Ali duduk diseberang Dira diikuti oleh Prilly yang tampak sekali segan dengan Dira, sungguh Dira tidak menyukai Prilly. Kenapa coba Ali harus menikah lagi dengan wanita miskin ini, jika Ali memintanya untuk mencari wanita yang sepadan dengan keluarganya. Dira akan mencarikannya.

"Ternyata lebih cantik Nadya daripada istri keduamu Li." Ujar Dira sambil melihat kukunya, Prilly hanya bisa menahan tangisannya. Dirinya harus bisa menjadi wanita kuat.

"Mau Mama apa?"

"Ceraikan dia Li, dia akan membuat keluarga kita malu. Lebih baik kamu urus Nadya, untuk apa dia Li? Nadya lebih selevel dengan kita, bukan dia yang jauh dari level kita."

"CUKUP MA!"

"Gara-gara dia kamu membentak Mama Li, Mama benar-benar enggak nyangka sama kamu."

Prilly berdiri kemudian melenggang pergi membuat Ali merasa bersalah pada Prilly, namun Ali hanya terdiam. Dira tersenyum kemenangan, dia bukan menantu yang cocok dengannya. Hanyalah Nadya yang cocok untuk bersanding dengan putranya.

"Aku gak akan cerain Prilly!"

Setelah berkata itu, Ali menyusul Prilly. Ali membuka pintu kamarnya, namun tidak menemukan Prilly. Kemana dia? Ali menoleh dan bernafas lega, ternyata Prilly sedang berada disisi lemari membuatnya tidak terlihat. Namun, kenapa Prilly seperti ingin pergi.

Prilly berjalan melewatinya, namun Ali menarik tangan Prilly agar berhenti. Prilly menunduk ketika melihat Ali menatapnya tajam.

"Mau kemana?"

"A--aku udah berusaha sabar Kak, tapi kali ini aku enggak bisa sabar. Aku pengen keluar Kak, terserah kakak mau ngijinin atau enggak. Aku pengen keluar." Prilly berkata tegas.

"Kau mulai membantah!"

"Kemarin-kemarin aku nurut apa kata Kakak, tapi sekarang aku membantah semua perkataan Kakak. Aku bukan burung Kak yang Kakak kurung, aku bukan hewan peliharaan Kakak. Kakak ngerasa enggak dihargai, Kan? Sama Kak, aku juga enggak dihargai sama Kak Ali sama sekali Kak. Aku pergi!"

Ali melepaskan Prilly begitu saja, dan membiarkan Prilly keluar rumahnya. Mungkin Ali akan sementara waktu ini membiarkan Prilly bebas, daripada melihat Prilly tertekan kembali.

Ada yg terkecoh pas diawal?

Selasa, 05 mei 2020

TAKDIR [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang