MSD 15❤

255K 13.5K 1.6K
                                    

Rintik hujan mengguyur membasahi bumi dengan tetesan-tetesan airnya.

Aina berjalan bolak-balik dari depan pintu ke ruang tamu, jam menunjukan pukul 9 malam tapi belum ada tanda-tanda Radit akan menjemputnya.

Susah payah Aina menahan kantuknya, ia sangat khawatir. Heandpone Radit tidak aktif dari tadi sore.

"Aina kamu tidur dulu aja, nanti Radit pasti jemput kamu kok."

Dari tadi Rani melihat Aina yang sedang gelisah, terlihat dari pancaran matanya bahwa ia begitu khawatir dengan Radit.

"Iya Bun, nanti aku tidur. Aku mau nunggu mas Radit dulu sebentar lagi."

Aina duduk di kursi ruang keluarga, matanya tak kuat menahan kantuk. Tidak seperti biasanya Radit tak mengabari Aina.
Aina sudah terlelap, jam menunjukan pukul 12 malam Kevin terbangun karena haus. Matanya yang masih sayu menatap Aina dengan buram.

"Ni bocah kenapa tidur disini kek anak tiri." guamam Kevin menatap adiknya yang tertidur.

Kevin mengangkat tubuh mungil Aina. Berjalan menaiki tangga satu persatu, Kevin sedikit heran kenapa Radit belum menjemput Aina.

Kevin meletakan Aina dikamarnya. Kevin menatap Aina lama, lumayan lama ia tak bisa meluangkan waktu berdua.

Kevin menyadari bahwa Aina kini sudah bukan tanggung jawabnya lagi. Cukup berat bagi Kevin untuk menyerahkan adik satu-satunya itu kepada orang lain.

Kevin menutup pintu kamarnya perlahan agar Aina tak terusik. Kevin kembali ke kamarnya.

Saat Kevin hendak menutup pintu kamarnya ia mendengar ketukan dipintu depan. Dengan segera Kevin langsung turun kebawah dan berjalan membuka pintu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, tumben Dit pulangnya malem banget." tanya Kevin sambil memberikan jalan untuk Radit masuk.

"Tadi ada korban mutilasi, karena yang tadi tugas cuma saya sama para perawat terpaksa harus mengurus jenazah."

Ucapan Radit membuat Kevin bergidik ngeri membayangkan tubuh yang terpotong-potong.

"Lo gak ngeri?"

"Ngeri juga, tapi ya gimana sudah jadi tugas para dokter." ucap Radit sambil duduk dikursi tamu.

"Udah ada berapa kasus kayak gini?"

"Setau saya baru dua."

"Pembunuhan?"

"Para polisi sedang mencari dalang dari kasus ini, yang sepertinya seorang psikopat."

Kevin jadi ngeri, menurutnya lebih seram seorang psikopat daripada hantu. Mengapa ada orang yang senang ketika melihat daging manusia di cincang-cincang.

"Oh iya Aina mana?" tanya Radit.

"Tadi dia ketiduran disini nunggu lo, baru aja gue pindahin ke kamar." jawab Kevin.

"Yaudah saya ke atas dulu, selamat malam." ucap Radit sambil meninggalkan Kevin.

Radit berjalan ke kamar Aina, membuka pintunya perlahan supaya Aina tak terbangun.

Radit tersenyum melihat Aina yang tidur dengan kaki yang menjuntai kebawah. Radit membenarkan posisi tidur istrinya agar saat bangun badannya tak sakit.

Radit membuka jas dokternya, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini ia sangat lelah, berangkat pukul 7 pagi pulang jam 12 malam.

Radit membuka tas kerjanya, menatap dua lembar tiket miliknya. Radit tersenyum, esok ia akan menunjukan tiket itu pada istrinya.

Radit ikut merebahkan dirinya bersama Aina, menatap lekat wajah cantik Aina.

My sweet doctor [Sudah Di Serieskan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang