MSD 28❤

193K 10.9K 2.8K
                                    

Liona sudah pulang. Kini, hanya Aina dan Radit saja di rumah.

Bahkan saat ini Aina masih saja menangis. Bagaimana tidak? Aina melihat suaminya lebih percaya kepada wanita lain selain dirinya. Semakin Aina bertahan semakin Aina menderita.

Tadi Radit menolak tidur bersamanya. Radit lebih memilih tidur di kamar tamu daripada di kamarnya. Aina tak berhenti terisak melihat keadaan rumah tangganya yang seperti ini.

Jam sudah menunjukan pukul 1 malam, namun, Aina masih belum bisa memejamkan matanya. Aina masih terus memikirkan cara agara Radit bisa mengingatnya.

"Apa aku harus pergi?"

"Tapi, kalo aku pergi aku kalah. Gak. Aku gak akan biarin dia menang."

Dari tadi Aina hanya bermonolog, berusaha menguatkan hatinya yang mulai hancur.

Aina bangkit dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering akibat menangis ber jam-jam.

Namun saat Aina bangun, perutnya terasa keram dan sakit. Aina meremas perutnya dan meringis.

"Awh. Pe-perut aku sa-sa-sakit." ucap Aina terbata dan kesakitan.

Dengan sekuat tenaga Aina berjalan menuju kamar Radit, hanya ia yang dapat menolongnya saat ini.

Tok tok tok

Aina mengetuk pintu Radit secara brutal, seperti orang yang hendak menagih hutang.

"Mas, awh." ucap Aina menahan rasa sakit di perutnya.

Ceklek.

Pintu kanar Radit terbuka, menampilkan Radit yang menahan kantuknya.

"Ada apa sih?" tanya Radit tak suka.

"Tolong aku. Perut aku sakit." ucap Aina membuat Radit langsung membuka matanya.

Ada sedikit kekhawatiran dari raut wajah Radit. Dengan segera Radit menggendong tubuh Aina yang menahan sakit di perutnya.

Setelah mendudukan Aina di kursi samping pengemudi, Radit segera menyalaka mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ada rasa senang di hati Aina. Radit memiliki keperdulian padanya, Radit tidak sejahat yang Aina kira.

"Awh, sakit hiks." Aina mulai meringis saat kontraksi pada perutnya semakin menjadi-jadi.

"Tahan, sebentar lagi kita sampai." ucap Radit.

Aina menatap wajah Radit sebentar lalu tersenyum. Aina mengusap perutnya, semoga saja kontraksi nya mereda.

Mobil Radit berhenti disebuah rumah sakit. Radit membuka pintu mobilnya dan berlari memutari mobil untuk membuka pintu Aina.

Dengan segera Radit menggendong Aina ala bridal style membuat Aina sedikit terkejut. Dalam keadaan panik saja Radit terlihat sangat tampan. Aina sampai bingung dengan dirinya, satu sisi perutnya terasa sakit, disisi lain hatinya merasa sangat bahagia.

"Suster." panggil Radit kepada suster yang berjaga malam.

Suster itu peka, dengan segera suster itu mengambil kursi roda. Radit mendudukan Aina di kursi roda.

Aina kaget saat melihat darah mengalir di kakinya. Aina menyesal telah mengabaikan kehamilannya, malah memikirkan hal lain yang membuat Aina setres.

Aina dibawa ke ruang khusus ibu hamil. Di sana Aina bertemu lagi dengan dokter yang pernah memeriksanya.

Dokter itu tersenyum melihat Aina. Dengan segera dokter memeriksa keadaan Aina yang meringis kesakitan. Dokter itu takut sebenarnya, apapun yang dihadapinya seorang dokter tak boleh panik di depan pasien.

My sweet doctor [Sudah Di Serieskan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang