5 bulan kemudian.
Usia kandungan Aina sudah menginjak 9 bulan. Itu tandanya sebentar lagi Aina akan melahirkan.
Aina merasa takut untuk melahirkan. Tapi, ini adalah tugasnya sebagai perempuan. Perempuan mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat malaikat kecil titipan tuhan.
Jam menunjukan pukul 3 dini hari . Aina merasa gelisah dengan posisi tidurnya. Perutnya terasa tak enak, miring ke kiri sakit begitupun ke kanan.
Aina merubah posisinya menjadi duduk lalu mengusap perutnya yang besar seperi balon.
Aina merasa mulas, ia berjalan ke kamar mandi dan menguncinya. Ia kira rasa mulas di perutnya ini adalah rasa seseorang ingin membuang hajat.
Aina tersadar saat melihat cairan bening mengalir di kakinya, buru-buru Aina keluar kamar mandi dan berjalan untuk membangunkan Radit.
Sebenarnya Radit baru saja pulang jam 1 dini hari, itu berarti Radit baru memejamkan matanya 2 jam yang lalu."Mas~" ucap Aina lirih, suaranya nyaris tak terdengar.
"Mas. Perut Aina sakit." Aina mengguncangkan tubuh Radit.
Radit membuka sedikit matanya lalu melenguh ngantuk. Matanya langsung terbelak melihat Aina yang meringis kesakitan.
Radit langsung duduk dan melihat cairan yang mengalir di kaki istrinya.
"Mau lahiran ya?" tanya Radit santai.
"Iya lah. Pake nanya, kamu kan dokter masa gak tau kalo istrinya mau lahiran." ucap Aina mengomel.
"Kan aku dokter bedah bukan kandungan." ucap Radit sambil mengucek matanya.
Aina yang merasa kesal dengan Radit langsung menarik rambutnya hingga Radit meringis.
"Aduh--duh. Lepas." Aina melepaskan genggamannya dari rambut Radit.
Aina duduk di pinggir kasur sambil mengusap perutnya, dengan cepat Radit mengambil kunci mobilnya dan menggendong tubuh Aina.
Dada bidang Radit di pukul kencang oleh Aina membuat Radit menurunkan Aina.
"Kenapa?" tanya Radit panik.
"Masa kamu ke rumah sakit pake kolor gitu. Warna kuning lagi." ucap Aina mengomel.
Radit segera masuk ke kamarnya dan mengganti celanannya dengan celan bahan panjang.
Radit menghampiri Aina dan menggendong Aina. Mbak Lia yang mendengar ringisan Aina langsung keluar dari kamarnya.
"Non Aina mau melahirkan ya?" ucap Mbak Lia sambil membukakan pintu untuk mereka berdua.
"Mbak tolong telepon orang tua saya ya. Bilang Aina mau melahirkan di rumah sakit biasa." ucap Radit sebelum menancapkan gas mobilnya.
Aina tak kuat menahan rasa sakit di perutnya. Tangan Radit terulur mengusap perut Aina untuk meredakan rasa sakitnya.
"Tahan ya sayang. Anak papa jangan dulu keluar, bentar lagi kita sampai rumah sakit nih." ucap Radit membuat rasa sakit Aina berkurang meski hanya 0,1%.
Mobil terparkir di halaman rumah sakit, Radit segera memanggil para suster dan membawa Aina kedalam.
Radit menggenggam tangan Aina sepanjang jalan memasuki ruangan bersalin. Hanya Radit yang diizinkan masuk kedalam.
Dokter Alya sudah siap dengan alat-alatnya. Ia memasukan jarinya kedalam organ intim Aina untuk mengetahui Aina sudah masuk pembukaan berapa.
"Aina sudah masuk pembukaan sembilan." ucap Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet doctor [Sudah Di Serieskan]✓
Teen Fiction[HUMOR/ ROMANCE] [SERIES MY SWEET DOCTOR BISA DITONTON DI APLIKASI GENFLIX ] Aina si gadis penderita Tryphanophobia atau takut akan jarum suntik. Bagaimana kisah Aina gadis SMA yang harus menikah dengan seorang dokter muda bernama Raditya alges fern...