Chapter 7

92 8 5
                                    

Kita wajib mencintai diri sendiri.
Tapi, wajib juga sadar diri.
Mungkin kita tidak pantas untuk dicintai.
-Aldera Olivia-

🌳🌳🌳

Setelah Aldera turun dari motornya, Samuel mengacak gemas rambut sahabatnya itu. "Jangan ngambek-ngambek lagi, ya. Rindu emang berat, tapi dingambekin jauh lebih berat."

Aldera yang mendengar hal itu langsung mengembungkan pipi, sehingga membuat Samuel ingin sekali mencubit pipi Aldera sampai merah seperti biasanya jika dia benar-benar gemas terhadap sahabatnya itu.

"Pulang sana!" Aldera memukul pelan pundak Samuel.

"Nanti malam temenin aku ngerjain tugas, ya."

"Iya."

"Bye, Cantik!"

Sekeras apapun usaha Samuel mengatakan bahwa dirinya 'cantik', masih lebih keras lagi hati Aldera untuk tidak membenarkan ucapan Samuel itu.

Ya, memang benar Aldera cantik. Karena dia perempuan.

Saat ini saja di bagian hidungnya sudah muncul jerawat. Samuel tidak pernah mengatakannya, meskipun Aldera tahu bahwa perubahan kecil dalam diri Aldera pasti Samuel tahu. Tapi, kenapa Samuel tidak pernah membahas soal jerawat? Itu hanya untuk menjaga perasaan Aldera.

Aldera tahu bahwa dirinya tidak sempurna. Dan ... dirinya tidak pantas untuk dicintai.

"Oy, kok, ngelamun?"

Aldera membenarkan tas yang dipikulnya. "Dah!" Setelah itu, gadis itu memasuki gerbang rumahnya.

Aku sahabat kamu, Al. Tapi, kenapa banyak hal kamu sembunyiin dari aku?

Samuel menghembuskan nafas berat sambil terus memandang Aldera yang berjalan pelan dengan kepala sedikit tertunduk.

Ketika melihat Aldera sudah memasuki rumah, Samuel mendorong motornya sampai ke garasi rumahnya. Namun, saat Samuel hendak memasuki rumah, suara orang tuanya yang sedang bertengkar berhasil menghentikan langkahnya.

"Ini cuma masalah kecil, Mas! Kamu selalu saja cari masalah bahkan untuk masalah sepele ini!"

Samuel memejamkan matanya. "Kenapa lagi, sih?" gumamnya.

"Kamu bilang cuma masalah sepele?!"

"Iya! Emang apa salahnya ngobrol—"

"Halah, omong kosong!"

Bruk!

Suara gebrakan terdengar dengan jelas di telinga Samuel.

"Kalau ada hubungan sama dia, ya, bilang aja!"

"Aku tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu! Buat apa?!"

Tanpa pikir dua kali, Samuel melemparkan helm yang dipegangnya asal. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah Aldera daripada harus mengotori telinganya dengan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

Tanpa harus mengetok pintu, Samuel sudah terbiasa dari kecil untuk masuk ke rumah Aldera. Dia cukup mengucapkan salam. Karena baginya, rumah Aldera sudah seperti rumahnya sendiri. Richard bahkan tidak keberatan saat melihat Samuel sudah membuka kulkas tanpa izin terlebih dahulu.

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang