Manusia itu banyak yang palsu.
Tidak sedikit juga yang menggunakan topeng. Intinya, banyak manusia yang malu menjadi diri sendiri.
-Cia Story-🌳🌳🌳
Jakarta, minggu ketiga bulan Mei 2018—Satu minggu sebelum UAS SMA Cemerlang Jakarta.
Fokus Aldera teralihkan ketika pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Aldera sudah tahu siapa orang yang akan mengganggunya saat ini. Siapa lagi kalau bukan Samuel Arsatya?
Aldera begitu yakin karena Richard sudah berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis, sedangkan Bibi baru saja berpamitan untuk pergi berbelanja keperluan dapur.
"Serius amat belajarnya." Benar dugaannya. Kini cowok itu bersandar di pintu sambil menyantap cemilan yang ada di tangannya. "Usaha keras, ya, Al?"
Aldera tidak menyahut. Dia kembali fokus mengerjakan soal latihan yang menyita waktunya beberapa hari ini.
Sebenarnya bukan Aldera saja yang berusaha keras, Samuel juga. Bahkan sejak beberapa hari yang lalu Samuel sudah mengurangi waktunya untuk bersantai hanya untuk memfokuskan diri.
"Ke rumah Viona, yuk. Dia ngajak buat makan-makan di rumah bokapnya, soalnya bokapnya lagi gak ada di rumah."
Aldera mendongak. "Bertiga?"
"Berempat."
Gadis itu menghela nafas berat. "Sama Aldo? Gak, ah!"
"Gak, lah! Maksud aku berempat, ya, sama asisten rumah tangganya."
"Oh."
"Just 'oh'?" Samuel mengangkat sebelah alisnya. "Ikut, 'kan? Ikut, dong!"
"Tujuan aku ikut buat apa, sih?" tanya Aldera seraya menutup bukunya. Percuma dia memaksakan diri untuk belajar jika Samuel terus-menerus mengajaknya bicara. "Masa aku nemenin kamu pacaran terus. Kayak emak yang jagain anaknya buat main aja."
"Aldera Olivia, biar Samuel Arsatya perjelas, oke? So first, aku sama Viona gak—eh, belum pacaran. Second, tujuan kamu ikut bukan untuk nemenin aku, tapi aku dan Viona yang nemenin kamu. Ya, secara, kan, kamu sendiri. And third, kita ke sana buat have fun sebelum benar-benar fokus ujian. Ngerti, 'kan, Pinter?"
Aldera mengerti. Tapi, Aldera tidak mau pergi. Dia lebih nyaman berada di kamar daripada di luar. Di luar kadang terlihat menyenangkan, namun tersimpan hal yang menakutkan. Dan sebagai manusia, kita hanya bisa melihat hal menyenangkannya.
"Kayaknya gak, deh." Aldera memasang wajah tidak enak karena menolak ajakan Samuel.
"Ayolah, Al! Kamu bisa botak kalau belajar terus. Have fun sebentar gak masalah, 'kan?"
"Bukan masalah have fun-nya, tapi masalah waktu. Aku gak mau waste my time untuk hal-hal kayak gitu," kata Aldera, tetap bersikeras untuk tidak pergi.
"Al, fokus, sih, fine-fine aja. Tapi, jangan kelebihan juga. Otak butuh waktu untuk istirahat. Coba, deh, untuk gak memikirkan sesuatu dari satu sisi aja. Lihat juga sisi yang lain." Samuel berjalan mendekati Aldera yang masih duduk di kursi belajarnya. "Otak kamu bisik-bisik ke aku."
"Bisik apa?"
"Katanya dia capek diperas terus. Terus katanya dia bukan susu yang bisa diperas seenaknya," jawab Samuel asal. Namun meski begitu, ucapannya barusan berhasil memancing tawa Aldera.
"Dia bilang gitu?"
Samuel memasang tampang baby face, lantas mengangguk perlahan. Aldera jadi gemas melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Samudera
Fiksi Remaja[SELESAI] #kisahseries1 Hatimu boleh pergi ke mana ia mau. Hatimu boleh mencari siapa yang ingin ia temui. Hatimu juga boleh berbohong tentang siapa yang sebenarnya ia cintai. Namun pada akhirnya, hatimu pasti akan kembali kepada orang yang tepat. D...