Chapter 13

78 7 0
                                    

Mau tahu air apa yang paling saya takutkan di dunia?

Air matamu.
-Raka Federicho-

🌳🌳🌳

"Emangnya kenapa?" Raka menatap Andro lekat-lekat. "Salah lagi kalau gue ngobrol sama cewek itu? Mau lo apa, sih, Ndro? Lo mau gue cuma berinteraksi sama kalian selama hidup di dunia ini?"

Andro membasahi bibir bawahnya sambil memegang sebelah pundak Raka.

"Karena lo satu kelas sama tuh cewek, gue mau lo lakuin sesuatu buat gue."

Raka menatap Andro penuh tanya.

"Deketin dia. Ngerti?"

Tanpa lo suruh, gue udah lakuin itu.

"Buat apa?"

"Gue kasih lo pilihan." Andro melipat tangannya di depan dada. "Lo yang deketin dia, atau gue yang deketin dia?"

"Kenapa harus libatin orang yang gak tahu apa-apa?" Raka balas bertanya.

"Dia itu kelemahannya Samuel. Ngerti lo?"

Raka menghela nafas berat. Untuk saat ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ini sudah berkaitan dengan Aldera, maka Raka tidak bisa tinggal diam.

"Biar gue yang deketin dia."

"Tapi ingat, jangan sampai lo jatuh cinta sama dia. Ngerti?"

Dengan terpaksa, Raka mengangguk. Perasaannya saat ini biarlah menjadi rahasianya sendiri. Karena jika Andro tahu tentang perasaannya kepada Aldera, itu sama saja Raka membawa Aldera jatuh ke lubang yang dalam dan penuh duri.

Raka sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah melukai Aldera. Alasannya sederhana ...

... Aldera harus bahagia.

***

Sebenarnya rooftop bukan tempat yang sering Aldera datangi. Bisa dihitung dengan jari berapa kali Aldera menginjakkan kaki di tempat ini—mungkin hanya dua atau tiga kali.

Perasaannya yang hancur sejak pagi yang mengarahkan kakinya untuk menuju tempat ini. Saat Aldera menatap ke sekitar, tidak sedikit puntung rokok dan minuman kaleng yang berserakan di mana-mana.

Hembusan angin yang menerpa wajahnya membuatnya memejamkan mata. Namun, sesuatu yang sangat Aldera hindari akhirnya harus dia hadapi.

Setetes air mata keluar dari matanya, mengalir membasahi pipinya, dan akhirnya jatuh ke bawah. Hal itu adalah salah satu hal yang selalu Aldera hindari.

Dia akan membenci dirinya sendiri jika air mata itu sampai lolos dari kelopak matanya. Aldera benci menangis. Aldera benci dirinya terlihat lemah seperti ini. Aldera benci segala sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan.

Dan satu lagi, Aldera benci dirinya sendiri.

"Mau tahu air apa yang paling saya takutkan di dunia?"

Suara itu? Sepertinya suara itu tidak asing di telinga Aldera. Sudahlah, mungkin Aldera hanya berhalusinasi. Gadis itu tetap memejamkan mata, berusaha menikmati saat yang paling dia benci dalam hidupnya. Siapa tahu suatu hari nanti, dia akan merindukan saat ini karena terlalu bahagia menjalani hidup.

"Air matamu."

Ternyata Aldera tidak berhalusinasi. Mana mungkin Aldera bisa merasakan sentuhan di bahunya, padahal dia hanya berhalusinasi?

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang