Chapter 15

78 9 0
                                    

Hidup manusia tidak bisa mulus-mulus saja. Harus ada tantangannya agar bisa mengerti arti perjuangan.
-Aldera Olivia-

🌳🌳🌳

Ada kalanya seorang Aldera Olivia harus patuh pada Samuel. Tidak selamanya Aldera harus bersikap dewasa terhadap orang yang lebih tua darinya.

Malam ini, Aldera cukup sadar untuk memberikan kesempatan kepada Samuel untuk menjadi leader-nya. Setidaknya dengan ini Samuel akan mempercayainya, lagi.

Namun meskipun begitu, Aldera tidak dapat mengatasi sikap skeptisnya yang sudah melekat pada dirinya sejak MOS di SMP sampai sekarang.

Kejadian kurang lebih empat tahun lalu masih menjadi rahasianya yang hanya dia dan Tuhan yang tahu. Rahasia yang membuatnya selalu menganggap diri rendah dan tidak pantas untuk dicintai, sekaligus rahasia yang membuatnya takut untuk menjatuhkan hati pada seseorang lagi.

"Hai, Kak!" sapa Aldera yang saat itu rambutnya diikat dua dengan pita merah putih.

Cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu lengkap itu—seniornya—menatap risih ke arahnya. "Apa?"

"Kenalin, namaku Aldera. Apa kita boleh jadi teman?" Dia menampilkan sederet gigi putihnya.

Ya, Aldera yang dulu adalah Aldera yang ingin memperluas dunianya, bukan mempersempit dunianya seperti sekarang. Aldera yang dulu adalah Aldera yang percaya diri, bukan Aldera yang selalu merasa rendah seperti sekarang.

"Teman? Bilang aja kalau lo suka sama gue!" ketus cowok itu.

Aldera menunjukkan kepolosannya. Bukannya mengelak, gadis itu justru mengangguk. "Iya. Soalnya Kakak ganteng," ungkapnya diikuti senyum malu-malu.

"Eh, cewek jelek kayak lo gak mau gue jadiin teman. Dan satu lagi, berhenti suka sama gue. Gue gak mau disukai cewek aneh kayak lo!"

Sejak saat itu, dunia Aldera berubah. Dia selalu menatap wajahnya di cermin sambil bertanya pada dirinya sendiri, "Kenapa, sih, kamu jelek?"

Masa-masa SMP-nya tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Gadis itu selalu menghabiskan waktu sendiri di kelas saat Samuel bermain dengan teman-temannya yang lain.

Gadis itu juga mulai menutup diri. Takut jika dirinya akan mengusik kehidupan teman-temannya yang lain dengan kejelekannya sesuai ucapan cowok yang pernah dia sukai.

Aldera takut sakit hati.

Aldera takut kejelekan dan keanehannya mengganggu ketenangan orang-orang yang nyaris sempurna.

Aldera menyimpan semuanya sendiri. Samuel tidak pernah tahu, dan jangan sampai Samuel tahu.

"Aku bawa mobil. Kita jemput Viona dulu, ya?"

Aldera mengangguk pasrah, lantas mengikuti langkah Samuel untuk keluar dari halaman rumahnya.

Gadis itu memegang handle pintu mobil Samuel, ketika tiba-tiba Richard memanggil nama mereka.

"Samuel, Aldera, sebentar!" Richard terlihat berjalan cepat untuk menghampiri mereka yang hendak memasuki mobil.

"Iya, Pa?" Aldera menarap ayahnya dengan alis yang berkerut.

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang