Chapter 20

81 10 4
                                    

Saya senang bisa ada di saat kamu
butuh, meskipun akan dicampakkan lagi setelah itu.
-Raka Federicho-

🌳🌳🌳

Aldera terus mempercepat langkahnya menyusuri trotoar jalan, sementara Samuel menjalankan mobilnya perlahan mengikuti Aldera sambil terus meneriakkan nama Aldera.

Samuel sadar bahwa saat ini Aldera sedang tidak ngambek, tapi marah dan kecewa. Samuel tentu bisa membedakannya.

Hanya saja, Samuel merasa aneh. Harusnya Samuel yang menunjukkan kekecewaannya kepada Aldera, tapi kenapa justru gadis itu yang turun dari mobil dan memilih untuk jalan kaki entah mau ke mana.

Samuel menghentikan mobil secara tiba-tiba saat Aldera menyeberang. Dia menurunkan kaca mobilnya, lalu meneriakkan nama Aldera. Namun, itu tidak membuat Aldera berhenti.

Dengan jelas Samuel bisa melihat sahabatnya itu menghampiri seseorang yang baru saja menghentikan motornya di pinggir jalan. Samuel mengernyit. Dia bertanya-tanya siapa orang yang dihampiri oleh Aldera itu.

Sepersekian detik kemudian, Samuel kembali menjalankan mobilnya ketika melihat Aldera sudah dibawa pergi oleh seseorang yang entah siapanya Aldera. Aneh sekali Aldera meninggalkannya untuk pergi bersama orang lain.

"Sial!" Samuel terus menekan klakson karena mobil di depannya berjalan lambat. Dia tidak bisa menyalip kendaraan lain karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. Samuel sudah kehilangan jejak. Dia tidak tahu ke mana mereka pergi.

"Sial, sial, sial!" Untuk melampiaskan kekesalannya, Samuel memukul-mukul setir mobil, lantas menekan klakson berkali-kali.

"Eh, Dek! Bisa sopan, 'kan?" tegur pengendara mobil lain karena merasa terganggu dengan ulah Samuel.

Cowok itu kembali menaikkan kaca mobilnya, lantas mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Aldera. Tiga kali, empat kali, lima kali, tapi tetap saja tidak diangkat.

Samuel : Hei, kamu ke mana dan sama siapa?

Samuel : Aldera, pulang sekarang!

Samuel : Aldera, balas chat dari aku! Kamu ini kenapa sih?

Saat tidak juga mendapat balasan dari Aldera, Samuel mengacak rambutnya frustasi, lantas memejamkan mata erat-erat.

***

Raka melirik gadis yang untuk pertama kalinya duduk di atas jok motornya itu melalu kaca spion. Raka tidak tahu apa yang membuat Aldera tiba-tiba meneleponnya untuk memintanya menjemput gadis itu di lokasi yang dia kirim via WhatsApp.

Tapi dari raut wajah dan gerak-gerik Aldera, tampak gadis itu sedang mengalami masalah.

"Kita mau—"

"Bawa aku ke mana aja, terserah kamu."

Raka kembali memfokuskan diri untuk mengendarai motornya. Sepertinya Aldera tidak ingin diganggu untuk saat ini.

Setelah hampir dua minggu Raka memutuskan untuk tidak mengganggu Aldera lagi—cukup menjaganya dari jauh—tiba-tiba saja Aldera menghubunginya. Tentu saja itu membuat Raka merasa sangat bahagia.

Sekitar lima belas menit mereka berdua di atas motor tanpa tahu harus ke mana, Raka menengadah setelah memelankan laju motornya ketika merasakan bulir-bulir air hujan jatuh di punggung tangannya.

"Hujan, Al ...."

Gadis yang ada di bonjengannya itu tidak merespon apa-apa. Dia seakan tidak peduli dengan hujan, bahkan badai sekalipun.

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang