Chapter 32

74 8 1
                                    

Mencintai tidak akan pernah lepas
dari rasa sakit.
-Cia Story-

🌳🌳🌳

"Ada yang ketinggalan ... Pak?" Samuel segera beranjak dari tempat tidur. Untung saja Viona dengan sigap menahan piring yang sempat disenggol oleh Samuel. Karena kalau tidak, mungkin saja piring itu sudah jatuh.

Tanpa pikir panjang dan tanpa basa-basi, Samuel memeluk orang yang baru saja membuka pintu kamarnya itu di depan Viona.

Meskipun tidak tampak, tapi di dalam hati Viona bisa merasakan perih yang luar biasa. Perih yang sering dirasakannya, dan juga perih yang sering disembunyikannya.

Sekuat apa pun Viona berusaha untuk bersikap baik-baik saja dan menganggap semuanya adalah hal yang wajar, tapi tidak bisa. Viona juga adalah manusia yang bisa merasa cemburu saat orang yang dicintainya memeluk orang lain.

"Sam—" Aldera memegang kedua bahu Samuel. Dia berniat untuk melepaskan pelukan Samuel karena tidak enak hati pada Viona.

"Aku pikir, kita gak akan ketemu lagi."

Saat merasakan getaran di bahu Samuel, Aldera mengurungkan niatnya untuk melepaskan pelukan itu. Dia menjatuhkan tangannya begitu saja, tanpa berniat untuk membalas pelukan itu.

Mungkin Samuel sudah lupa, tapi Aldera masih ingat tentang ucapannya bahwa Samuel tidak bisa bebas memeluknya lagi saat dia sudah resmi berpacaran dengan Viona.

Tapi sayangnya, Aldera juga sudah lupa akan janjinya pada Samuel bahwa apa pun yang terjadi Samuel bisa selalu memeluknya.

Pelukan itu begitu erat. Aldera bisa merasakannya. Untungnya Aldera sudah terlatih untuk menahan diri agar tidak menangis di depan orang lain, terutama di depan Samuel.

Pelukan itu juga tidak berlangsung sebentar seperti biasanya. Pelukan itu berlangsung cukup lama. Semua kerinduan yang dibendung terlampiaskan hanya dengan sebuah pelukan.

"Sudahlah, lupakan," kata Aldera pada akhirnya.

"Gimana aku bisa lupa saat di mana aku membuat kamu terluka? Bagaimana kalau saat itu aku berjanji untuk tidak membuatmu terluka?" Samuel mengucapkan semuanya dengan penuh penyesalan.

"Aku datang ke sini bukan untuk melihatmu menangis, Sam."

Meskipun di ruangan itu ada Viona dan Aldo, Samuel dan Aldera merasa saat ini hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu. Dunia mereka yang sempat hilang akhirnya ditemukan kembali.

"Apa aku masih pantas untuk dimaafkan?"

"Sudah aku bilang, lupakan."

"Aku gak akan bisa lupa sampai kamu maafin aku."

Setelah sekian lama, Aldera akhirnya membalas pelukan Samuel. "Ya, sudah. Aku maafkan."

Bukannya berhenti menangis setelah mendapat maaf dari Aldera, tangisan Samuel justru semakin menjadi-jadi.

"Sam ...."

"Maaf, Al ...."

"Iya, Sam. Sudah kumaafkan. Sudahlah, berhenti menangis."

Pelukan yang berlangsung cukup lama itu akhirnya terlepas secara perlahan. Bagi Samuel rasanya berat sekali melepas pelukan dengan Aldera karena sejujurnya Samuel sangat merindukan sahabatnya itu. Dia bahkan tidak bisa tidur nyenyak dan berpikir jernih setelah Raka memberitahukan hal-hal apa saja yang tidak Samuel tahu tentang Aldera.

Awalnya Samuel berusaha keras untuk tidak percaya. Tapi, ucapan Pak Cakra di rumah sakit waktu itu membuatnya mempercayai semua ucapan Raka.

"Seperti yang sering kamu lakukan, Aldera pun beberapa kali menangis dalam pelukan Bapak. Tanpa kamu tahu."

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang