Chapter 5

102 8 1
                                    

Hari perpisahan pasti akan tiba.
Mungkin bukan sekarang, tapi nanti.
Siap atau tidak siap.
Harus.
-Aldera Olivia-

🌳🌳🌳

"Good morning, Pak!" sapa Samuel dan Aldera bersamaan ketika keduanya baru selesai joging. Tempat mereka melepas lelah setelah olahraga pagi setiap hari Sabtu pasti di Taman Samudera.

Sebelum ke Taman Samudera, Samuel mengambil bekal nasi goreng dan susu kotak yang sengaja dibuat oleh Bibi untuk Pak Cakra. Memang dari kecil, Samuel dan Aldera usil menjodohkan asisten rumah tangga Samuel dengan Pak Cakra karena kebetulan mereka berdua berstatus sebagai janda dan duda.

"Nasi goreng dari calon istri plus susu kotak rasa vanila kesukaan Bapak." Samuel menyodorkan kotak bekal dan susu kotak rasa vanila kepada Pak Cakra.

"Dan ...," Kini giliran Aldera yang mengeluarkan sebuah amplop yang berisi sejumlah uang sebagai upah untuk Pak Cakra karena dengan setia membersihkan taman yang sangat bersejarah dan berkesan bagi mereka berdua, "upah buat Bapak dari tabungan uang jajan kita berdua selama sebulan."

Seperti janji mereka, Pak Cakra akan digaji sebulan dengan nominal yang tidak bisa ditentukan—tergantung berapa banyak yang terkumpul dari hasil tabungan mereka yang setiap harinya diisi di sebuah kotak kayu berukuran sedang.

"Wah, rezeki ganda ini, mah!" Pak Cakra tersenyum lebar. Siapa yang tidak senang mendapat sarapan plus uang tunai?

Aldera melepas earphone dari kedua telinganya, lantas mengalihkan pandangannya ke arah dua pohon yang tumbuh berdampingan. Kedua pohon itu bertumbuh menjadi besar. Masih teringat jelas bagaimana usahanya dan Samuel untuk merawat pohon itu agar tidak mati.

"Pohonnya udah gede, Al. Sama kayak kalian berdua," ucap Pak Cakra seraya duduk di kursi panjang untuk menyantap makanannya.

"Iya, Pak." Aldera tersenyum.

"Bentar lagi pohonnya ulang tahun ke-10. Enaknya dikasih hadiah apa, ya?" Samuel terkekeh. Sebenarnya yang harus diberi hadiah adalah Aldera. Pohon mana ngerti dikasih hadiah? Lagipula hari ulang tahunnya sekaligus hari persahabatan mereka dua bulan lagi. Sebenarnya masih tergolong lama.

"Kenapa gak dikasih pupuk aja, Sam? Haha!" Pak Cakra tertawa renyah.

"Udah, Bapak makan aja. Nanti tersed—"

Uhuk...uhuk!

Uhuk!

"Tuh, kan, udah ketebak, Pak." Sekarang giliran Aldera yang tertawa kecil.

"Minum susu, gih." Samuel membantu Pak Cakra dengan menusukkan sedotan pada susu kotak itu, lalu memberikannya kepada Pak Cakra.

"Sam, nanti sore temenin jemput Ayah di bandara, ya?"

"Oh, Om Richard udah mau pulang?"

"Iya," jawab Aldera, kemudian pergi menjauh dari Samuel dan Pak Cakra.

"Lanjutin sarapannya, Pak. Sam mau nyamperin Al dulu." Setelah mendapat anggukan dan ancungan jempol dari Pak Cakra, Samuel menghampiri Aldera dan berdiri tepat di samping Aldera.

Beberapa detik lamanya Samuel menatap sahabatnya itu yang sedang menatap lurus ke depan. Gadis di sampingnya itu telah menjadi alasan untuk Samuel tetap kuat sampai saat ini.

Kalau saja hari itu Aldera tidak datang menemuinya dan mengajaknya untuk bersahabat, mungkin kisah hidupnya akan berbeda. Samuel bersyukur punya Aldera, selalu.

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang