Chapter 45

117 11 1
                                    

Ketika harapan tidak sesuai kenyataan,
belajarlah untuk menyadari bahwa harapan manusia tidak selalu bisa terwujud.
-Cia Story-

🌳🌳🌳

Akhirnya pagi ini Aldera berhasil mengajak Samuel keluar rumah untuk lari pagi bersama.

Rencananya dia ingin mengembalikan mood Samuel yang sempat hilang sebelum memberitahukan rencananya untuk membuat ayahnya dan Liandra menikah.

Setelah lari pagi, Aldera mengajak Samuel untuk ke rumah Pak Cakra. Dia menawarkan untuk membuatkan nasi goreng untuk Samuel dan Pak Cakra. Jawaban yang dia dapatkan dari Samuel adalah, "Terserah kamu aja."

Dia mencoba untuk mengerti dan tidak ambil hati atas jawaban Samuel. Karena dia tahu, Samuel masih belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan bahwa dia sudah kehilangan ayahnya.

Ketika Aldera sedang menceplok telur, dia mendengar Pak Cakra berusaha mengajak Samuel untuk mengobrol seperti biasanya. Namun sayangnya, jawaban Samuel atas setiap pertanyaan Pak Cakra begitu singkat. Bahkan saat Pak Cakra berusaha untuk membuat Samuel tertawa, Samuel hanya tersenyum untuk menghargai usaha Pak Cakra.

Aldera menaruh telur ceplok ke atas nasi goreng di setiap piring, lalu menghidangkannya di meja makan.

"Yuk, sarapan dulu!" seru Aldera pada Samuel dan Pak Cakra yang masih duduk di ruang tamu.

Saat mendengar Aldera memanggil untuk sarapan bersama, mereka segera berpindah tempat ke meja makan.

"Dari aromanya, sepertinya enak," kata Pak Cakra memuji masakan Aldera bahkan sebelum dicicipi. "Benar tidak, Sam?"

"Iya," jawab yang ditanya dengan singkat.

"Sam, semangat dong makannya. Aku capek-capek masak buat dimakan, bukan cuma diliatin kayak gitu." Aldera berujar dengan nada kecewa.

"Maaf, gak nafsu."

Aldera dan Pak Cakra saling melemparkan tatapan, sebelum Aldera memutuskan untuk menyuapi Samuel. "Bayi besar, sarapan dulu, yuk. Biar kuat menjalani hari."

Samuel menjauhkan wajahnya dari sendok yang disodorkan Aldera. "Aku bisa sendiri, Al."

Sepertinya Aldera menyerah. Sudah cukup lama dia berusaha mengembalikan mood Samuel sejak sepeninggal Lukman, tapi sampai sekarang usahanya tidak juga berhasil. Samuel masih saja cuek, malas makan, dan lebih suka mengurung diri.

"Sampai kapan, Sam? Sampai kapan harus berlarut dalam kesedihan seperti ini? Apa dengan kamu kayak gini semuanya akan membaik?" Aldera melontarkan banyak pertanyaan kepada Samuel.

"Kamu gak ngerti."

"Gak ngerti kamu bilang? Sejak kapan aku gak mengerti kamu? Beberapa minggu terakhir aku coba ngertiin kamu. Tapi, kamu gak bisa menghargai aku."

"Sudah, sudah. Ayo kita makan." Pak Cakra menengahi pembicaraan mereka agar tidak terjadi perdebatan yang lebih hebat lagi.

"Memangnya kamu menghargai perasaan aku?" balas Samuel.

"Kenapa bahas itu lagi, Sam? Bukannya semuanya udah selesai? Kita udah bicarakan masalah itu baik-baik sebelumnya."

Samuel meletakkan sendok dan garpu yang dipegangnya di atas meja dengan kasar. "Kalau gitu, gak usah sok menghargai perasaan aku."

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang