Bertemu denganmu bukanlah anugerah, tapi takdir. Memilikimu itu baru anugerah.
-Samuel Arsatya-🌳🌳🌳
Aldera melangkahkan kakinya secara perlahan. Kalau saja hari ini tidak ada kuis, pasti dia akan memilih untuk beristirahat di rumah. Melelahkan jika harus belajar di sekolah karena juga mata pelajaran hari ini cukup membosankan dan menguras tenaga.
Sekolah masih sepi. Tentu saja. Siapa siswa yang mau membuang waktunya datang sepagi ini di sekolah? Untung saja Aldera adalah orang yang lebih menyukai situasi sepi seperti ini. Ini adalah dunianya.
Aldera memilih untuk duduk di kelasnya, menatap kosong ke luar jendela. Matahari memamerkan cahayanya pagi ini, tidak seperti pagi kemarin yang mendung. Mungkin kemarin matahari sedang beristirahat karena lelah terus menyinari bumi yang penghuninya tidak pernah mengucapkan terima kasih apalagi bersyukur.
Saat panas, mereka meminta hujan. Saat hujan, mereka meminta panas. Apa manusia semengerikan itu? Mereka tidak pernah puas dengan apa yang ada. Mereka selalu menuntut apa yang tidak ada, dan kembali menuntut apa yang mereka mau.
Rasa puas tidak pernah ada.
Karena Aldera adalah manusia, jadi dia termasuk orang yang tidak pernah puas.
Ingin rasanya Aldera berteriak bahwa manusia itu bodoh. Namun sayangnya, itu sama saja dengan dia mempermalukan dirinya sendiri. Entah Aldera harus bersyukur atau tidak karena dia diciptakan sebagai manusia.
Lamunan Aldera buyar ketika dia mendengar sayup-sayup derap langkah kaki. Mungkin ini untuk pertama kalinya ada orang selain dirinya yang datang sepagi ini. Dia berusaha untuk tidak peduli, meskipun langkah kaki itu terdengar semakin dekat.
Haci! Uhuk ....
Aldera membuka tasnya untuk mencari tisu. Namun, tidak ada. Dia baru ingat kalau tisu itu dia tinggalkan di meja makan.
Sial! Aldera harus bagaimana? Ingusnya hampir keluar. Masa iya Aldera membuang ingus di jaket yang dia kenakan atau menggunakan tangan?
Ih, menjijikan! Aldera geli sendiri membayangkan jika benar dia akan melakukan hal itu.
Tunggu. Kenapa langkah kaki itu tidak lagi terdengar? Mungkinkah dia sudah duduk manis di kelasnya? Ah, kenapa juga Aldera jadi memikirkan hal itu? Lebih baik dia memikirkan cara agar bisa membuang ingusnya.
Aldera mendesah. Dengan tubuh yang terasa lemas dia harus menuruni anak tangga untuk membeli tisu di warung. Koperasi sekolah pasti belum dibuka.
Haci!
Aldera tertunduk sambil terus menggerutu. Langkahnya terhenti ketika seseorang menyodorkan sapu tangan ke arahnya. Dia mendongak dan seketika terkejut melihat orang itu.
"Saya di sini ... untuk menemani kamu."
Aldera mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum orang itu meraih tangan Aldera, lalu memberikan sapu tangan itu kepadanya.
"Kamu ingat siapa saya?" tanya orang itu.
Ya, kenal, lah. Kan, kita sekelas. Aldera menjawab dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Samudera
Teen Fiction[SELESAI] #kisahseries1 Hatimu boleh pergi ke mana ia mau. Hatimu boleh mencari siapa yang ingin ia temui. Hatimu juga boleh berbohong tentang siapa yang sebenarnya ia cintai. Namun pada akhirnya, hatimu pasti akan kembali kepada orang yang tepat. D...