Chapter 12

83 7 0
                                    

Aku siap menjadi sandaran
saat kau letih untuk menjalani hidup yang berat ini.
-Viona Aninditha-

🌳🌳🌳

Aldera : Vi, Samuel lagi ada masalah. Aku harap, kamu akan ada di sampingnya.

Aldera mematikan ponselnya, lalu memasukkannya ke dalam tas setelah mengirim pesan itu kepada Viona. Mungkin untuk saat ini, bukan hanya kehadiran Aldera yang Samuel butuhkan, tetapi juga kehadiran orang yang Samuel cintai.

Kontak di ponsel Aldera bertambah satu lagi. Dia memutuskan untuk menyimpan nomor Viona tanpa sepengetahuan Samuel, karena Aldera tahu Samuel pasti akan keberatan jika melibatkan Viona dalam masalahnya.

"Aldera, sarapan dulu, yuk!" Suara Richard membuat Aldera bergegas memikul tasnya, lantas keluar dari kamar dan segera menuju ke meja makan. Di sana sudah ada Richard, Liandra, dan Samuel yang sudah menunggunya.

Hari ini Samuel tidak pergi ke sekolah karena sekolahnya diliburkan, namun Samuel sudah berjanji untuk tetap mengantar-jemput Aldera.

Aldera duduk di samping Samuel sambil mengukir senyum. Rasanya bahagia sekali duduk makan bersama seperti ini. Aldera bisa merasakan kehadiran ibunya yang meninggal setelah melahirkannya dan saudara kembarnya yang diberi nama Alvaro. Tapi sayangnya, Alvaro meninggal sehari setelah kematian ibunya.

Keberadaan Aldera di dunia ini merupakan hal yang sangat disyukuri oleh Richard. Tanggal 21 Juli 2001 merupakan hari yang sangat menyedihkan, sekaligus membahagiakan untuk Richard secara pribadi.

Dan sekarang—di meja makan—Richard dan Aldera seolah bisa merasakan kehadiran Dinda—istrinya—dan Alvaro.

"Ayo, silakan dimakan." Richard tersenyum. Semua masakan yang terhidang di atas meja adalah masakannya.

Senyuman di wajah Liandra memudar saat matanya menangkap sosok Lukman. Awalnya dia mengira kalau sosok itu hanya halusinasi, namun ketika Liandra mengerjapkan matanya, sosok itu nyata.

"Kenapa gak dimakan, Ma?" tanya Samuel. Melihat tidak ada respon dari ibunya, Samuel pun mengikuti arah pandang Liandra.

Seketika kebahagiaan yang dirasakan Samuel lenyap saat melihat sosok yang membuatnya tidak bisa tidur sepanjang malam.

"Ngapain?" tanya Samuel datar.

Richard dan Aldera sama terkejutnya dengan mereka. Aldera memegang pundak Samuel, bermaksud untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Papa mau minta maaf."

"Kalau gak tulus, buat apa minta maaf?Saya gak butuh permintaan maaf tanpa ketulusan," sergah Samuel.

"Lukman, ayo sarapan bersama." Richard mengajak Lukman. Hal itu membuat Samuel melemparkan tatapan bingung ke arahnya.

"Saya datang ke sini hanya untuk minta maaf. Sungguh, saya tidak sengaja menampar Liandra. Saya emosi melihat Liandra tampak bahagia saat mengobrol dengan pria lain. Saya rasa, itu wajar dirasakan oleh seorang suami." Lukman berujar santai. Tidak ada satupun dari mereka bisa memastikan apakah ucapan Lukman itu benar dan bisa dipercaya atau tidak.

"Bener, Ma?" Samuel beralih menatap ibunya. Dan mendapat anggukan dari Liandra. "Siapa?"

Liandra menatap ke arah Richard.

Merasa ada sesuatu yang aneh, Aldera berdiri dari tempat duduknya, lalu menarik tangan Richard untuk ikut dengannya.

"Pa ...."

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang