Menaruh harap pada manusia hanya akan berujung kecewa.
-Cia Story-🌳🌳🌳
"Akhirnyaaa ...." Samuel mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menghembuskan nafas lega. Setelah beberapa minggu terakhir dia memfokuskan diri untuk belajar belum lagi masalah-masalah yang dihadapi dengan Aldera, akhirnya mereka berdua bisa olahraga sore bersama lagi.
Aldera ikut tersenyum melihat wajah Samuel yang berseri karena baru saja menyelesaikan ujiannya, seakan beban hidup Samuel sudah berkurang.
Memang tidak sedikit pelajar yang menganggap ujian sebagai beban hidup. Padahal jika orang-orang menganggap bahwa ujian adalah permainan yang harus dimainkan dengan baik agar bisa menang atau naik level, mungkin semuanya akan terasa lebih ringan dan menyenangkan. Semuanya tergantung perspektif orang-orang dalam menilai sesuatu.
"Liburan nanti kita mau ke mana, nih? Luar kota atau luar negeri sekalian?" tanya Samuel bersemangat.
"Gak ke mana-mana. Di sini aja."
"Ya, kamu!" Samuel memanyunkan bibirnya. Sudah menjadi kebiasaannya memanyunkan bibir apabila ingin bersikap manja kepada Aldera. Jadi, jangan salahkan Aldera jika Aldera suka menyebutnya bayi besar.
"Aku lagi malas ke mana-mana, Sam," kata Aldera memberi pengertian.
"Kamu, mah, emang mager!" celetuk Samuel kesal. "Selama kita sahabatan, baru sekali, loh, kita liburan bareng. Itupun cuma di vila Kakek aku. Nginapnya cuma semalam pula."
"Di sini aja, Sam. Lebih nyaman."
Samuel memutar bola mata malas sambil mencebikkan bibir kesal. Mengajak Aldera ke suatu tempat yang ramai memang susah, apalagi kalau dia mengajak Aldera ke luar daerah. Pasti ditolak mentah-mentah. Padahal, kan, Samuel ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Aldera setelah semua yang terjadi di antara mereka akhir-akhir ini.
"Gak bosan kamu di rumah terus?"
"Gak, tuh," jawab Aldera sambil menaiki sepeda. "Ke taman, yuk. Udah lama gak ke sana."
Dengan malas, Samuel pun menaiki sepedanya, lalu menyusul Aldera yang sudah pergi duluan menuju taman.
Aldera yang lebih dulu sampai di taman segera mengarahkan sepedanya untuk mendekati Pak Cakra yang sedang berdiri sambil menatap ke arah dua pohon besar yang ditanamnya bersama Samuel.
"Dulu, tuh, di sini masih banyak yang main." Pak Cakra yang sudah menyadari kedatangan Aldera tanpa melihatnya langsung angkat bicara. "Setiap pagi dan sore, taman ini ramai sekali. Tapi, lama-kelamaan makin sepi. Sudah banyak anak-anak yang bertumbuh dewasa, dan tidak sedikit juga yang sudah pindah dari kompleks perumahan ini."
"Sejak awal Bapak udah tinggal di kompleks perumahan ini?"
"Iya, soalnya yang punya teman Bapak. Bapak ditawari tinggal gratis, tapi harus membersihkan taman ini setiap hari."
Baru saja Aldera hendak membuka mulut, keusilan Samuel yang sengaja hampir menabraknya membuatnya memelototi sahabatnya itu.
Tawa Samuel pecah saat melihat wajah Aldera yang terkejut bercampur kesal. Sudah lama rasanya dia tidak membuat Aldera kesal. Jadi, saat ini Samuel merasa puas.
"Sam, jangan usil seperti itu. Kalau kamu tidak bisa mengendalikan sepeda kamu dan akhirnya menabrak Aldera, gimana? Nanti kamu juga yang nangis, bukan Aldera."
Kini giliran Aldera yang tertawa saat mendengar ucapan Pak Cakra barusan, karena ucapan Pak Cakra mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat Samuel mengerjai Aldera dengan cara melemparkan kecoa sampai Aldera lari ketakutan dan akhirnya terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Samudera
Teen Fiction[SELESAI] #kisahseries1 Hatimu boleh pergi ke mana ia mau. Hatimu boleh mencari siapa yang ingin ia temui. Hatimu juga boleh berbohong tentang siapa yang sebenarnya ia cintai. Namun pada akhirnya, hatimu pasti akan kembali kepada orang yang tepat. D...