Tidak semua kata maaf pantas untuk dimaafkan. Karena tidak semua kata maaf tulus diucapkan.
-Samuel Arsatya-🌳🌳🌳
Setelah menghembuskan nafas panjang, Viona berjalan mendekati tiga orang yang sedang asik menyantap cemilan sambil bersenda gurau di kelas 11 IPA 2, tepatnya kelas di sebelah kelasnya.
Tiga orang itu begitu asik dengan dunia mereka sampai tidak menyadari keberadaan Viona di sana.
Salah dua dari antara mereka sedang tertawa terbahak-bahak sambil sesekali melemparkan pukulan pelan satu sama lain, sedangkan yang satunya lagi hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala karena tingkah dua orang itu.
"Permisi, maaf ganggu."
Dua orang itu masih asik tertawa, sehingga hanya satu dari mereka yang menatap ke arah Viona.
Dia meletakkan cemilan di atas meja, lantas menatap Viona dengan tatapan yang seolah bertanya tentang apa alasan Viona menghampiri mereka.
"Boleh kita bicara?"
Sebagai orang kedua yang menyadari keberadaan Viona seketika langsung menghentikan tawanya, lalu menampol kepala Kalvin agar segera tenang.
"Sama gue?" Ivano menunjuk dirinya sendiri.
Viona mengangguk.
"Di sini aja," kata Ivano.
Viona menatap dua orang yang sedang bersama Ivano saat ini.
"Tenang aja, Kak. Kita mojok di sana." Tania tersenyum lebar, lantas menarik tangan Kalvin untuk pergi menjauh ke pojok belakang kelas.
"Gue mau minta tolong sama lo. Bisa?"
"Ya, bisa," sahutnya datar. Sikap Ivano memang seperti itu. Entah apa yang membuatnya bisa terpilih sebagai ketua OSIS, padahal sikapnya begitu cuek dan dingin. Mungkin salah satu alasannya adalah Ivano itu siswa yang pintar dan tampan.
"Gue minta tolong sama lo buat ngelaporin kejadian kemarin. Nanti gue cerita gimana kejadiannya."
"Kenapa gue?" Tatapan datar dan sahutan singkat membuat Viona sebenarnya tidak betah menjadikan Ivano sebagai lawan bicaranya. Akan tetapi, Viona sangat membutuhkan bantuan Ivano saat ini.
"Lo terlibat, 'kan? Lagian lo ketua OSIS."
"Gue gak terlibat secara langsung. Gue cuma ketemu sama cewek itu di jalan, dan dia minta tolong buat anterin dia ke RS. Udah, gitu aja."
"Tapi, lo ketua OSIS."
"Kejadiannya di luar sekolah," balas Ivano.
"Tapi, kita masih pakai seragam."
"Kenapa gak lo aja yang laporin? Lo, kan, terlibat secara langsung."
"Lo sebenarnya ketua OSIS yang bertanggung jawab atau gak, sih?!" Viona tidak tahan lagi. Tidak biasanya Viona membentak seperti ini. Namun, sekarang situasinya berbeda. Kejadian yang menimpa Samuel membuat Viona rasanya ingin melampiaskan emosinya kepada siapapun, termasuk orang yang tidak tahu apa-apa soal kejadian kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Samudera
Teen Fiction[SELESAI] #kisahseries1 Hatimu boleh pergi ke mana ia mau. Hatimu boleh mencari siapa yang ingin ia temui. Hatimu juga boleh berbohong tentang siapa yang sebenarnya ia cintai. Namun pada akhirnya, hatimu pasti akan kembali kepada orang yang tepat. D...