Epiloque

159 11 4
                                    

Kita adalah dua hati yang pernah saling mencintai, tapi tak bisa saling memiliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita adalah dua hati yang pernah saling mencintai, tapi tak bisa saling memiliki.
-Samuel & Aldera-

🌳🌳🌳

Ini merupakan pertama kali mereka berempat duduk makan di satu meja yang sama sebagai anggota keluarga.

Harapan Samuel dan Aldera untuk bisa makan bersama dengan keluarga yang lengkap di meja makan yang sama akhirnya terwujud. Meskipun ada yang berbeda karena kini dua keluarga itu bersatu menjadi satu keluarga yang utuh.

Apalagi yang spesial pagi ini adalah semua masakan yang terhidang di atas meja dimasak oleh Richard dan Liandra.

"Papa sudah beli tiket untuk liburan ke London. Kita berempat." Richard tersenyum lebar saat memberitahukan itu kepada istri dan kedua anaknya.

"Wah, kapan berangkatnya?" Liandra menyambutnya dengan bahagia, sementara Samuel dan Aldera hanya tersenyum tipis sebagai respon, lalu mereka lanjut menyantap makanan masing-masing.

"Lusa."

Samuel meneguk segelas susunya, sementara Aldera mengunyah makanannya dengan lambat. Mereka seperti tidak tertarik dengan liburan keluarga yang sudah disiapkan oleh Richard itu.

Richard dan Liandra sama-sama kebingungan melihat respon anak-anak mereka yang sepertinya tidak bersemangat untuk liburan bersama. Namun, mereka berdua berusaha memahami bahwa Samuel dan Aldera tetap butuh waktu untuk beradaptasi dengan status baru keduanya sekarang.

"Kalau gitu, Samuel mau siapin semuanya." Samuel tersenyum kecil, lalu beranjak meninggalkan meja makan untuk menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Aldera. Dulunya kamar itu adalah kamar Richard.

"Aldera juga pamit ke kamar dulu, ya." Aldera kemudian beranjak menuju kamarnya.

Richard dan Liandra saling melemparkan tatapan.

"Mereka butuh waktu ... seperti kita."

"Iya, Mas. Aku mengerti."

Richard tersenyum sambil mengusap rambut Liandra dengan lembut.

***

Sambil mencucurkan air mata dan dengan tangan yang sedikit gemetar, Samuel membalikkan halaman buku itu.

Tiga hari yang lalu, tepatnya saat launching novel yang ditulis oleh Aldera, Samuel menerima novel yang berkisah tentang dirinya dan Aldera itu langsung dari sahabatnya—tidak, adiknya itu.

Siang dan malam selama tiga hari terakhir Samuel habiskan untuk membaca novel yang berisi 337 halaman itu.

Air matanya semakin deras bercucuran sampai-sampai bahunya bergetar hebat saat membaca tulisan di bagian atas halaman tersebut.

Epilog.

Untukmu, Sam ....

Kisah ini belum berakhir.
Karena awal baru dari kisah kita akan dimulai.
Apa pun yang terjadi, kita tetap harus mempersiapkan diri, bukan?

Sesuai janji kita,
mari mengakhirinya bersama.

Kamu dan aku.

Kita berdua,
bersama sampai akhir.

***

Aldera tahu Samuel sedang membaca novel yang ditulisnya. Novel yang mengisahkan tentang mereka berdua.

Sama seperti Samuel yang tidak sanggup membaca bagian akhir novel itu, sebelumnya Aldera juga merasakan hal yang sama. Saat menulis kata 'epilog', Aldera merasa semuanya benar-benar sudah berakhir.

Waktu berputar sangat cepat. Tapi setidaknya, perpisahan datang di saat keduanya sudah benar-benar siap dengan perpisahan.

Sampai jumpa di kisah selanjutnya, Sam. Aldera tersenyum sambil meneteskan air mata.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Samuel. Cowok itu berlari ke arahnya, lalu memeluknya. "Maaf karena telah menjadi sahabatmu, Aldera."

"Terima kasih karena telah menjadi sahabatku, Samuel." Aldera menyambut pelukan itu sambil terisak.

Mereka sama-sama tidak tahu berapa lama agar mereka berdua bisa terbiasa dengan status baru ini. Mereka bukan lagi dua orang yang sangat memahami satu sama lain. Mereka sudah seperti dua orang yang baru saja dipertemukan untuk memulai kisah yang baru.

Samuel dan Aldera akan terus bersama sampai akhir yang benar-benar berakhir suatu saat nanti.

Begitulah kisah mereka. Kisah Samuel dan Aldera. Selamanya kisah mereka akan abadi.

— S E L E S A I —

Finally kita sampai di sini!
Setelah tiga bulan lebih Samuel dan Aldera selalu mendominasi pikiran, akhirnya aku harus melepaskan mereka karena sudah ada tokoh-tokoh baru yang akan menempati pikiran ini, hehe :')

17 April awal aku mempublikasikan Kisah Samudera adalah hari ulang tahun Samuel.

Dan 21 Juli akhir aku mempublikasikan Kisah Samudera adalah hari ulang tahun Aldera sekaligus hari persahabatan mereka.

Sangat senang rasanya cerita ini tamat sesuai deadline yang aku buat. Terima kasih untuk dukungannya!

Aku sangat-sangat bersyukur :)

Cerita ini open ending. Terserah kalian akan menganggap ini happy ending atau sad ending. Yang jelas, aku sebagai penulis sangat puas dengan endingnya, karena ending cerita ini memang sudah aku rencanakan dari awal aku membuat outline.

Oh, ya ....
Jangan lupa baca “PERNAH”, oke?


Thank you!

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang