Chapter 27

69 8 2
                                    

Semua orang pasti punya alasan saat melakukan sesuatu.
-Samuel Arsatya-

🌳🌳🌳

"Hei!"

Langkah Aldera terhenti.

"Lo mau ke mana?"

Aldera menoleh ke belakang. Suara itu sepertinya sudah tidak asing di telinganya.

***

Air muka Samuel berubah saat menyadari ada Raka di sini. "Ngapain lo di sini? Mau nyari perhatian? Kenapa baru nyari perhatian sekarang? Kenapa gak dari tadi aja? Dasar licik lo!" cecar Samuel seraya memegang perutnya yang terasa sakit.

"Keluar!" tegasnya pada Raka.

"Sam ...."

"Lo keluar dari sini!"

"Oke, oke." Raka menghembuskan nafas berat. "Gue pergi. Gue juga minta maaf buat—"

"Gak usah bacot. Pergi!"

Raka memberikan ponsel Samuel kepada Viona, lantas keluar dari ruangan yang didominasi oleh warna putih tersebut.

Namun, meskipun sudah diusir oleh Samuel, Raka tidak akan pergi begitu saja. Firasatnya kuat bahwa Aldera sedang dalam perjalanan menuju tempat ini.

Pilihannya ada dua; menunggu sampai Aldera datang atau mencari keberadaan gadis itu. Mungkin saja Aldera tersesat untuk menuju rumah sakit, atau mungkin ada sesuatu yang menghalangi Aldera dalam perjalanan.

***

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh pengendara motor tadi, Aldera pun mengamati baik-baik wajah itu.

Beberapa detik mereka berdua saling menatap, Aldera akhirnya sadar siapa orang yang hampir menabraknya tadi.

"Bisa minta tolong anterin?" tanya Aldera dengan penuh pengharapan.

Mungkin tidak apa-apa sesekali merepotkan orang lain. Karena untuk saat ini, Aldera tidak sanggup untuk berjalan lebih jauh lagi. Seluruh badannya bergetar karena kedinginan, apalagi kepalanya yang tidak bisa berkompromi dengan terus menghasilkan rasa sakit sehingga membuat Aldera ingin menghancurkannya saat ini juga.

"Ke mana?" tanya orang itu datar, seperti biasa tentunya. Sifatnya memang seperti itu dari dulu.

"RS Permata."

"Oke."

Aldera tersenyum tipis, lantas berjalan dengan lambat karena langkahnya yang terasa berat untuk mendekati orang itu.

***

Dari kejauhan, Raka bisa melihat seseorang yang sangat dikenalnya sedang berjalan pelan-pelan seperti anak yang sedang belajar jalan sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Meskipun tertutup tudung hoodie, Raka bisa melihat rambut hitam panjangnya yang lepek. Seluruh pakaian yang dikenakannya—termasuk sepatu—basah. Pun wajahnya yang sedikit tertunduk terlihat sangat pucat.

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang