Chapter 16

81 10 2
                                    

Sebelum mencintai orang lain,
cobalah untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
-Cia Story-

🌳🌳🌳

Aldera terus melangkah tanpa tahu ke mana dia harus pergi. Pikirannya kalut. Untuk pertama kalinya, Aldera tidak bisa berpikir jernih dalam hal menyelesaikan masalah.

Jika Aldera menceritakan masalah ini kepada orang lain, mungkin orang akan berpendapat bahwa Aldera adalah gadis lemah karena tidak bisa mengatasi masalah sekecil ini.

Bagi Aldera, ini bukan masalah kecil. Ini adalah tantangan pertama yang harus dilewati oleh Samuel dan dirinya bersama.

Ya, bersama.

Seharusnya mereka bisa melangkah beriringan untuk melewati setiap tatangan. Namun, mereka memilih untuk melangkah di jalan yang berbeda.

Sulit bagi Aldera untuk mendeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini.

Gadis itu berhenti sejenak, bukan karena kakinya tidak sanggup untuk berjalan lagi, tapi karena air mata yang menetes tidak ingin seirama dengan kaki yang ingin melangkah lebih jauh.

Tangan kiri Aldera bertumpu pada tiang lampu jalan. Gadis itu sedikit membungkuk, seolah beban yang dipikulnya terus mendesaknya untuk jatuh dan menyerah.

Beberapa saat kemudian, Aldera bisa merasakan ada tangan yang merangkul pundaknya. Matanya terus memandang tangan yang kini memegang erat lengan kiri bagian atas.

"Ayo, saya bantu."

Saat mendengar suara itu, Aldera langsung melepaskan tangan yang merangkulnya. Dia menatap pemilik tangan itu dengan sorot mata yang tidak enak dilihat.

"Setelah kamu membuat semuanya kacau, kamu masih menawarkan bantuan? Sebenarnya kamu masih ada hati atau gak, sih?!"

Awalnya Raka enggan menatap sorot mata itu, namun saat melihat mata itu penuh dengan genangan air mata, Raka memilih untuk menatap mata itu lekat-lekat. Tatapannya bukan menantang, melainkan bermaksud untuk menenangkan. Namun sayang, Aldera tidak bisa mengerti arti dari tatapan itu.

"Jadi menurut kamu, semuanya salah saya?" Raka bertanya dengan suara pelan.

"Iya, kamu!"

"Saya yang membuat kamu menangis?"

Tidak, sesungguhnya bukan itu alasan utama Aldera menangis. Alasan sebenarnya adalah karena Samuel lebih memilih untuk kembali ke kafe itu, dan tidak mengejarnya. Samuel bahkan tidak menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

Padahal sebelumnya Samuel akan selalu mengantar Aldera apapun yang terjadi, bahkan ketika Aldera marah kepadanya sekalipun. Samuel tidak akan membiarkan Aldera sendiri, apalagi malam-malam seperti ini.

Bukan cuma itu, Aldera sakit hati karena merasa posisinya akan benar-benar tergantikan perlahan demi perlahan. Itu alasan utama Aldera menangis.

"Oke, saya minta maaf. Saya berharap, saya bisa melindungi kamu. Tapi nyatanya, kehadiran saya justru membuat kamu merasa tidak nyaman. Saya minta maaf." Pikiran Raka terus memaksanya untuk bertahan, tapi apa daya, hatinya menginginkan Raka untuk melepaskan bahkan sebelum memiliki.

Raka memilih untuk mengikuti kata hati. Karena terkadang, logika salah dalam mengambil keputusan.

"Maaf, ya, Al?"

Kisah SamuderaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang