jangan lupa tinggalin jejak yess! 😻
——
Hari Senin pagi dimana setiap sekolah melaksanakan kegiatan upacara, seluruh murid SMA DJUANDA mengeluh karena hujan yang tadinya deras mendadak berhenti ketika beberapa menit mendekati bel. Hingga mereka terpaksa harus melakukan kegiatan tersebut.
Adara yang telat datang ke sekolah menaruh tasnya di kursi dalam pos satpam sesantai mungkin tanpa terlihat wajah panik sedikitpun, dia melangkah menuju barisan kelasnya. Keadaan ramai sampai Adara sedikit sulit menemukan papan nama kelas 12 IPS 3.
Seorang perempuan berteriak sambil melambaikan tangannya ke atas diantara kerumunan membuat orang disekitarnya menoleh.
“ADARA! DISINI!”
Dia Darin Sazara, orang yang Adara anggap sebagai sahabatnya karena sering bersama serta bertukar cerita sejak mereka masih di sekolah dasar. Dia juga cukup pintar dalam memberi nasehat.
Setelah Adara masuk dalam barisan, beberapa orang diantaranya bercanda membuat Adara harus bersabar menahan rasa kesalnya. Rasanya ingin menimpuk mereka supaya diam.
45 menit berlalu dan kepala sekolah membuka sesi pengumuman setiap setelah upacara, kegiatan itulah yang paling Adara benci, lebih baik ke kelas daripada harus berlama-lama di lapangan meski katanya cahaya pagi bagus untuk kulit. Semua murid duduk dibawah agar yang bicara di depan kelihatan jelas.
“Asli! Gue mendingan balik ke kelas kalo kayak gini!” keluh Adara sambil menyentil beberapa batu kecil di bawah.
“Sabar! Karena yang sabar itu bakal sabar!” celetuk Darin.
“Rin? Gue sentil nih?” Adara menunjukkan gaya tangan menyentil dengan satu batu kecil di antara ibu jari dan telunjuknya.
Darin mengepalkan tangannya ke arah Adara. “Ayo sini! Gue tempeleng kepala lo jadi gepeng kayak teflon!”
“Gak ah malez!”
Kali ini sesi pengumumannya cukup berbeda dengan hari sebelumnya karena kepala sekolah meminta ketua angkatan kelas dua belas untuk maju ke depan membagikan informasi yang memang berhubungan dengan angka kelas tersebut.
“Selamat pagi! Kita lanjutkan kegiatan upacara dengan sesi pengumuman seperti biasanya, namun sekarang beda karena bukan saya yang menjelaskan informasi, tapi ketua angkatan kelas dua belas. Kalian sudah pada tau kan siapa ketua angkatan kalian para kelas dua belas? Sudah sekolah disini selama tiga tahun mana mungkin belum tau,” lontar kepala sekolah kemudian memanggil orang yang dimaksud.
Adara yang jongkok di dekat pohon merasa sangat bosan sampai menggambar tanah pakai ranting kecil. Tanpa dia ketahui banyak siswi yang fokus ke depan begitu laki-laki berambut natural hitam sedikit kecokelatan jalan ke depan bersama wajahnya yang bisa dibilang sangat galak alias sinis. Tapi Adara tetap saja menggunakan waktunya untuk menggambar tanah.
“Pagi, gua Omar dari 12 IPS 6. Gua mau kasih tau kalo dua hari lagi bakal ada lomba basket anak kelas dua belas, gak mendadak juga soalnya tim basket udah pada siap tanding sama sekolah lain dan bakal dilaksanain disini. Gua harap lo semua nonton, jangan pulang pas pelajaran selesai karena habis istirahat lo wajib ngedukung tim sekolah.”
“Ada yang mau nanya gak?” tanya Omar melihat banyak orang di depannya.
Tiba-tiba Darin menyolek lengan Adara yang sibuk sendiri. “Lo mau nanya gak tuh? Ganteng!”

KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Ficção AdolescenteMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...