24. MELINDUNGI

4.5K 225 45
                                    

“Sorry ya Ra, gue bilang ke William kalo sebenernya lo tersiksa sama perasaan lo ke Omar. Gue gak mau liat lo tertekan gara-gara dia,” tutur Darin begitu duduk di samping Adara di dalam kelasnya.

“Kenapa lo gak bilang dulu sama gue Rin? Gue tau niat lo baik tapi lo jangan terbiasa kayak gitu Rin,” ucap Adara sedikit marah.

“Maafin gue ya? Gue lakuin ini demi lo tenang Ra. Biar Omar tau perasaan lo yang sebenernya supaya lo juga bisa tau respon dia kayak gimana ke lo,” jelas Darin masih merasa bersalah.

Adara menghela napasnya berat. “Mau gimana lagi? Dia udah tau. Gak bisa ditarik atau dibuat lupa. Yaudahlah gapapa Rin.”

“Beneran? Gue masih gak enak sama lo Ra.”

“Gak usah merasa bersalah gitu ah, gue percaya kok sama lo. Sahabat gue dari SD,” ujar Adara meyakinkan Darin bahwa masalah ini tidak perlu di perpanjang.

Darin mengelus dadanya tenang. “Akhirnya gue lega, makasih Ra!”

“Iya sama-sama.”

Darin tahu tentang pertengkaran antara Omar dan Deon. Sebelumnya juga dia tidak mengerti apa tujuan Omar menolong Adara sampai segitunya padahal dulu dia meminta Adara untuk jauh darinya. Sungguh aneh. Darin tertawa terbahak-bahak saat tahu Zelin ternyata bukan pacar Omar. Perempuan itu hanya mengaku-ngaku saja.

Farah terus sinis melihat Adara sembari memakai lipstick merahnya. Dia tidak terima Adara baik-baik saja.

“Mata lo mau gue donasiin Far? Liatinnya biasa aja kali!” tegur Darin melihat Farah lebih sinis.

“Sok asik lo!” balas Farah lalu keluar kelas membawa pouch make up nya.

Farah turun lewat tangga laki-laki, disana dia bertemu dengan Omar, William, dan Jeka. Mereka menggoda Farah kecuali Omar hanya tertawa saja.

“Mau kemana? Cantik benerrrr!” celetuk Jeka pada Farah.

“Sikaaatttt!” seru William seraya memukul paha Omar yang duduk di satu tangga atasnya.

Omar melihat pakaian Farah yang begitu ketat mengingatkan dirinya pada Adara yang tidak bawa seragam olahraga dua hari lalu.

“Baju juga bisa di pensilin? Baru tau gua,” ujar Omar berhenti memandang Farah.

“Apaan sih!” kesal Farah masa bodoh melewati mereka.

Mereka bertiga tertawa lagi saling tunjuk untuk siapa perempuan itu. Kemudian William menyikut lutut Omar.

“Deon masih ganggu Adara?” tanya William penasaran.

“Gak tau gua. Gak ada kapoknya tuh brengsek,” jawab Omar malas mendengar nama Deon.

“Perihal apa nih lo sampe rela di tonjok sama Deon cuma gara-gara Adara?” Jeka menimbrung.

“Gak suka gua liatnya Jek,” cetus Omar wajahnya berubah datar.

“Kalo sama Adara suka kagak?” Jeka menaik turunkan kedua alisnya sesekali melihat William yang juga menunggu jawaban temannya.

Omar langsung bangun. “Balik kelas sekarang dah. Ngeri gurunya dateng mampus dah di catet ke buku siswa.”

Jeka bingung ikut berdiri. “Ngapa mendadak?”

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang