22. BERHENTI BERTINGKAH SEAKAN LO SUKA

5K 271 49
                                    

Yuk play lagu Ali Gatie - It's You sambil baca part ini hehe.

——

Omar baru saja memarkirkan motornya di parkiran, dia melepas helmnya lalu membersihkan bibirnya yang ada sedikit debu mengganggu. Dia menaruh helmnya kemudian turun dari motor.

“Omar, kok tumben datengnya pagi kayak gini?” tanya Zelin yang ingin naik ke atas bersamaan.

“Gak tau gua,” jawab Omar tanpa berpikir. Lebih tepatnya dia malas ditanyakan.

“Yaudah yuk ke kelas, nanti kita pisah di lantai dua kok.” Zelin merangkul lengan Omar sambil tersenyum senang.

“Jangan gini Zel. Risih gua,” elak Omar lalu menjauhkan tangan Zelin darinya.

Zelin sempat melengos tapi dia kembali tersenyum mengiyakan permintaan Omar untuk tidak menggandengnya. Mereka jalan masuk koridor seperti pasangan paling serasi.

Orang-orang yang lewat juga memperhatikan mereka tanpa kedip. Pemandangan apa itu, begitu cocok. Begitu pikiran mereka semua.

“Adaraaaa!” panggil Darin kemudian mengejar Adara yang berjalan santai di belakang Omar dan Zelin.

Zelin langsung menoleh ke belakang dan berhenti menahan tangan Omar membuatnya ikut melihat arah mata Zelin.

“Eh ada Adara,” ujar Zelin tanpa melepas tangan Omar.

“Loh Zelin? Pagi-pagi udah berdua aja nih. So sweet banget sih kalian,” kata Adara sambil gemas melihat tangan Zelin.

“Lucu banget haha. Cocok kok kalian, langgeng ya!” ucap Darin lalu menarik Adara menjauh dari mereka berdua.

Bahkan Omar terlihat tidak mempedulikan Adara. Dia tidak tahu sebenarnya Adara cemburu. Ya jangan berharap di pedulikan.

Di depan kelas Darin tepuk tangan, “Anjir keren lo Ra, bisa banget bohongnya. Lo sakit kan sebenernya? Kamuflase njir!”

“Hahaha mau gimana lagi Rin? Emang cocok kok mereka.”

“Yeh bilang aja cemburu, gue tau lo Ra. Orangnya suka sok tegar, males gue.”

“Iya. Kan gue aku yang dulu bukanlah yang sekarang,” canda Adara.

“Tapi bisa aja kan lo jadi dulu ku di tendang sekarang ku di sayang?” tanya Darin membuat Adara mengangkat kedua alisnya bingung. “Sama yang lain maksudnya, bukan sama Omar.”

“Lagian siapa juga yang masih berharap sama dia, udah enggak gue.”

“Bagus! Lo harus lupain dia dan cari yang lebih baik lagi! Eh dia mah gak baik,” celetuk Darin sambil mengacungkan ibu jari lalu menariknya kembali.

Adara masuk ke dalam kelas, “Gibah mulu Rin, wajib puasa nih lo. Hahaha.”

“Anjir bisa lah puasa tapi gibahnya malem hahaha!”

Jujur saja, rasa Adara mulai berkurang pada Omar karena terbiasa melihatnya bersama Zelin. Terlebih lagi mereka pantas jika dilihat.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang