46. LIKA-LIKU

2.5K 137 70
                                    

Dua hari setelah kejadian kemarin. Deon sudah tenang. Masalahnya sudah selesai dan dia sangat berterima kasih pada Ali dan juga Omar. Jika tidak ada mereka, siapa yang bisa bantu dan bagaimana keadaannya sekarang?

"Omar, maaf. Saya batal untuk kerja menetap di kota ini. Sekarang Deon saya haruskan untuk jadi adik yang baik untuk kamu. Saya harap kamu mengerti," ujar Ali begitu melihat Omar duduk di sofa sebrangnya.

Deon mengangguk. "Maafin gua, Bang."

Omar tertawa miris. "Silahkan. Saya juga gak pernah berharap Pak Ali menetap disini karena gak akan mungkin."

"Bang. Jangan gitu sama bapak sendiri," cetus Deon.

"Tau apaan lo urusan gua? Diem aja kagak usah banyak bacot," kata Omar terbawa emosi.

"Gua ngasih tau doang. Harus gimana si gua biar jadi adik yang baik?" tanya Deon serius.

"Gak usah banyak tingkah. Gak suka gua liat orang tengil. Paham kagak?"

"Paham gua."

"Ya sudah kalau kalian sudah baik-baik saja. Besok saya harus pergi ke Bandung. Tapi saya berusaha untuk menyempatkan pulang kesini," ujar Ali.

"Ngapain kesini? Ada hotel," ucap Omar.

"Saya minta maaf, Omar. Tolong tetap bersikap baik dengan orang yang lebih tua."

"Yaudah iya."

Kemudian Ali melihat Deon. "Bagaimana ayah kamu? Sudah ada kerjaan?"

"Belum, Pak. Dia selalu ditolak waktu melamar pekerjaan," ungkap Deon penuh tekanan.

Beberapa tahun yang lalu, ayah Deon pernah memohon ke Ali untuk ditawari pekerjaan namun Ali tidak ingin karena orang itu malas dan terbiasa menganggur.

Akhirnya Ali memberi uang puluhan juta kepada ayah Deon untuk membuka usaha besar. Dan akan dapat timbal balik dari usaha tersebut sesuai dengan perjanjian.

Uang itu penting. Namun Ali dengan mudahnya memberi kepada siapapun tanpa berpikir panjang. Ali itu bebas.

--

Guru di SMA DJUANDA sedang rapat pagi hingga satu sekolah free class. Jangan tanya betapa bahagianya mereka semua. Orang yang ambisius juga mendadak suka kelas seperti sekarang.

Zelin menahan tangan Omar ketika laki-laki itu hendak masuk ke dalam kelas Adara.

"Gue mau ngomong sama lo. Ini penting," ujar Zelin dengan ekspresi seriusnya.

Mengingat Zelin itu sasaran Jeka, jadi Omar santai saja lagipula beberapa hari terakhir Zelin sudah tidak pernah mengganggunya lagi.

"Cepet," ucap Omar sambil menjauhkan tangan Zelin darinya.

"Gue bodoh banget." Mata Zelin berkaca-kaca. "Gue minta maaf ya sama lo, udah buat lo kena masalah karena obsesi gue ke lo. Harusnya gue berhenti ngejar lo karena lo udah punya Adara di hati lo."

Yang sebelumnya Omar tidak ingin melihat Zelin, sekarang dia memperhatikan wajah Zelin yang sudah menyesali semua perbuatannya.

"Apa lo mau maafin gue? Kalo gak, gue harus gimana? Gue belum tenang kalo orang yang udah gue ganggu belum kasih maaf."

"Udah gua maafin. Lo inget Zel, jangan keliatan murah. Tapi gua menghargai maaf lo," ucap Omar.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang