36. LULUH

3.1K 158 137
                                    

Siang ini Adara membantu Suma bersih-bersih rumah, ya sebagai anak satu-satunya siapa lagi yang bisa bantu? Suma sengaja tidak memanggil pembantu karena ada anaknya.

“Mah, sekarang aku gak sekolah ya?” tanya Adara sambil menyapu lantai ruang tamu pada Suma di dapur, jaraknya tidak jauh.

Suma mengetuk teflon memakai spatulanya. “Ya emang enggak anakku cantik! Kan sekarang minggu! Mama sama kamu sekarang pinteran Mama ya!”

Adara tertawa. “Hahahaha sengaja mau ngecek Mama pikun atau enggak!”

“Songong!”

“Maaf!”

“Iya anak Suma yang cantik! Maksudnya Mama yang cantik!”

“Iya deh! Habis ini aku izin pergi ya mau jalan-jalan sama pacar!” teriak Adara lalu menaruh sapu ke tempatnya.

“Gak usah teriak! Kayak punya pacar aja!” balas Suma teriak juga. Anak sama Mama memang suka begitu, miringnya sama. Meski Suma sedikit terlihat lebih diam dari anaknya.

Secepatnya Adara memunculkan kepalanya ke pinggir lemari es mengageti Suma. “Punya dong! Makanya mau izin!”

“Kalo baik boleh pergi, kalo gak bener jangan. Kamu cuma boleh sama satu laki-laki ya Ra, mama gak mau kamu ganti-ganti. Jangan asal terima orang,” ucap Suma sembari menyalakan kompor. Dia lupa menyalakannya makanya nasi goreng belum matang juga.

“Nahkan lupa.” Adara berdiri sepenuhnya menunjukkan dirinya. “Ya Mah? Boleh ya?”

“Iya boleh. Tapi inget kata-kata Mama ya, harus sama orang yang baik!” ingat Suma menunjuk Adara dengan spatula.

“Iya. Yaudah aku mau mandi dulu,” ujar Adara kemudian naik ke atas untuk mandi di toiletnya.

Selesai mandi, Adara memilih pakaiannya sampai sepuluh menit karena jalan dengan pacar harus rapih kan?

Akhirnya Adara memutuskan untuk memakai baju polos putih di baluti cardigan berwarna hitam serta celana denim dan sneakers hitam. Adara senyum melihat dirinya sendiri di cermin.

“Cantik banget sih,” ucap Adara lalu menguncir kuda rambutnya namun sedikit di kendurkan.

Ada pesan dari Omar. Dia sudah tiba di depan gerbang Adara. Langsung Adara turun ke bawah menemui Suma untuk pamit.

“Mah, mau pamit. Pacarku udah dateng,” kata Adara lalu salim. “Tangan Mama bau asep.”

“Iya lah namanya di dapur. Yaudah kamu hati-hati, titip salam buat pacar kamu ya. Inget harus jaga anak Mama baik-baik, jangan sampe rusak!” tegas Suma.

“Iya, Mah. Yaudah aku pergi yaa, lain kali dia aku ajak masuk kesini kok.”

Suma mengangguk. Adara keluar gerbang dan menutupnya kemudian melihat Omar yang setia duduk di atas motornya.

“Mau kemana kita?” tanya Adara tanpa ragu.

“Lo mau kemana emang?” Omar bertanya kembali sambil tangannya bertumpu ke stang motor.

“Lupa ya? Aku mau kita makan terus jalan-jalan seru gitu deh. Tempatnya kan udah aku kasih tau semalam. Gimana, mau?” Adara mengangkat kedua alisnya membuat Omar tertawa pelan.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang