45. FRUSTASI

3K 140 72
                                    

Siapa disini yang seneng Omar sama Adara lagi?

Tapi setuju ga nih kalo Jeka sama Zelin?

——

Sudah jam enam lewat dan Omar bukan ke sekolah namun ke rumah sakit untuk menemui Ali yang syukur keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya.

Sebenarnya malas namun Adara meminta Omar untuk tetap menjenguk Ali karena kasihan ayahnya sendirian disana. Apalagi Deon sama sekali tidak ada niat untuk menemui Ali.

“Dimana Deon? Bukannya saya minta tolong kamu untuk minta Deon kesini?” tanya Ali sedikit terbawa emosi.

“Sekolah lah. Anaknya keras kepala,” ucap Omar malas.

“Kamu yang keras kepala! Untuk ajak Deon kesini saja susah!” bentak Ali.

“Kalo bapak mau Deon yang disini dan gak butuh saya? Lebih baik saya sekolah, berguna. Daripada disini sama orang yang gak tau terima kasih,” kata Omar lalu beranjak pergi.

Jahat memang. Tapi kata-kata yang keluar dari mulut Ali itu lebih kejam bagi Omar.

“Anak kandung sendiri ditelantarin, untung belum punya anak dari istri keduanya. Kalo iya? Bisa-bisa gua dibuang,” pikir Omar sambil berjalan ke parkiran.

Omar pergi ke sekolah. Karena Adara sudah meminta izin jadi Omar bisa langsung masuk namun Pak Satpam tidak percaya ketika melihat Omar berjalan hampir masuk ke dalam koridor.

“Bener ke rumah sakit? Mana buktinya? Atau mau saya laporin ke Pak Mungkas?” tanya Pak Satpam.

“Nyebat, Pak. Lain kali ikut sini,” jawab Omar santai.

“Saya lapor ke Pak Mungkas ya!”

“Bener lah, gak nyium seragam saya bau rumah sakit?”

Pak Satpam langsung menyuruh Omar segera masuk ke kelasnya daripada berdebat dengan murid seperti Omar.

——

William geleng kepala. Omar tertawa. Kedekatan Jeka dengan Zelin kini sudah terlihat karena momen mereka berangkat bareng, Jeka menjemput Zelin tadi pagi.

“Gobloknya mendarah daging!” cetus William.

“Gapapa si biar temen lo gak jomblo sendirian Will,” sahut Omar.

Sorry, Bro. Gua gak tahan lagi buat deketin Zelin. Nyimpen rasa sampe rela dua tahun jauh dari cewek yang gua suka karena gua tau dia suka sama sahabat gua sendiri,” ungkap Jeka.

“Masih gak nyangka aja si gua. Kalo lo sayang? Tembak lah,” ujar Omar. Sudah malas juga melihat perlakuan Zelin.

“Tembak sono sampe mati Jek,” celetuk William kesal sendiri jika mengingat tingkah laku Zelin yang tidak ada sabarnya.

“Nanti,” kata Jeka. Dia itu pemikir dan tahu macam-macam strategi untuk menyatakan perasaan. So sweet sih.

Tiba-tiba Adara datang bersama Darin ke meja mereka bertiga. Omar langsung memeluk perut Adara dari samping sambil melihat wajah Adara yang senyumnya tidak memudar sedikitpun.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang