Bagian tengah lapangan di isi oleh Omar dan kawan-kawannya. Tidak hanya William dan Jeka tapi juga anak kelas lain yang ikut main futsal di jam istirahat.
Banyak sekali siswi perempuan yang berdiri di balkon demi melihat mereka. Adara tidak tertarik untuk ikut berdiri disana, dia memilih untuk duduk di saung menemui Darin.
Ketika adara lewat pinggir lapangan, Omar membatalkan niatnya untuk menendang bola ke gawang. Dia menepuk punggung Jeka.
“Lo pada lanjut aja. Gua berhenti bentar,” ucap Omar sesekali melihat Adara yang sudah berjarak cukup jauh darinya.
“Yoi!” sahut Jeka. Mereka semua kembali main.
Omar lari menghampiri Adara. Karena Adara belum juga berhenti, terpaksa Omar memegang lengannya untuk menahan langkah Adara.
“Di balkon gak ada lo tadi,” ujar Omar membuat Adara melihatnya malas.
“Kenapa gue harus ke balkon cuma buat liat lo?” tanya Adara sambil melepas pelan tangan Omar darinya.
“Gak kangen?” Omar menyilangkan tangannya di atas perut sambil melihat Adara persis ke matanya dengan waktu yang lama.
Adara tidak bisa berlama-lama dalam situasi seperti ini, yang ada dia kesulitan untuk mengontrol perasaannya lagi.
“Gak usah sok bikin orang baper, lo gak mempan.” Adara memutuskan tatapannya dengan Omar lalu melangkah pergi.
Tapi Omar membiarkan Adara pergi. Omar menghela napasnya sambil berkacak pinggang lalu menggeleng serta tertawa kecil melihat perempuan itu.
“Lo keren Ra. Menantang. Gua gak bisa diem aja kalo lo kayak gini,” batin Omar.
Mendengar teriakan dari balkon bahwa team Omar mencetak gol kedua kalinya, Omar langsung kembali ke tengah lapangan melanjutkan mainnya.
“Mantep lo Will!” Omar menoyor kepala William yang sudah pusing daritadi karena sulit mencetak gol.
“Santuy gua mah! Diem juga jadi!” seru William. Selain ingin buat team menang, dia juga ada cari perhatian sama Darin karena ada di saung dimana orang di lapangan tetap kelihatan meski tidak terlalu dekat.
——
Kelas Omar sedang jam kosong, dia keluar untuk duduk di tangga lantai dua sendiri karena William dan Jeka tidur di kelas.
Omar tertawa melihat bayangan dirinya dengan Adara yang suka menjahilinya disana waktu itu. Dia menggelengkan kepalanya.
“Ck, ck, ck. Adara. Lo hebat banget bisa bikin orang kangen,” ucap Omar pelan tanpa menghilangkan senyum dari bibirnya.
“Brengsek banget si Deon, bisa-bisanya ganggu lo. Gua gak bakal izinin tuh orang buat nyentuh lo sedikitpun,” kata Omar lagi.
Jeda beberapa menit setelah bicara seperti itu, Adara keluar dari kelas untuk membuang sampah yang tempatnya ada di ujung dekat tangga.
Adara tidak sadar di tangga ada Omar sedang memperhatikannya. Adara membuang gumpalan kertas yang iseng dia tulis untuk Omar saat masih berusaha meluluhkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Novela JuvenilMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...