jangan lupa tinggalin jejak yess! 😻
siapin lagu sesedih mungkin yaa. thank uu!
——
Di depan kelasnya Omar melempar topi abu-abu yang biasa digunakan untuk upacara lalu dia tangkap dan dipakai terbalik ke atas kepalanya. Bagian yang seharusnya di depan dia putar ke belakang.
Zelin datang lalu berhenti di depan Omar seraya tersenyum senang, "Mar, gue ada cerita baru. Mau denger gak?"
"Yaudah cerita," ucap Omar meski terkesan cuek tapi dia masih perhatian ingin mendengarkan Zelin.
"Gue dapet nilai 98 di pelajaran Biologi loh, gue seneng banget. Gak sia-sia gue belajar dari semalem. Tapi sayangnya temen gue yang gak belajar justru dapet nilai 100," keluh Zelin sambil cemberut.
"Bersyukur Zel, cuma beda dua doang."
"Tapi masalahnya dia gak belajar!"
"Lo mau dapet nilai berapa? 120? 200? Gak usah bikin orang jadi males sama lo Zel. Banyak yang dapet dibawah 60 tapi mereka bersyukur," ucap Omar menahan kesal karena Zelin terus merasa kurang akan hasil belajarnya.
"Kok lo gitu sih? Lo gak seneng ya gue dapet nilai bagus?"
Omar menghela napasnya kasar, "Awalnya gua seneng sama lo Zel, tapi makin kesini gua malah males. Gua mau dengerin cerita lo yang setiap harinya bahas nilai. Gua ngobrol sama orang atau rapot?"
"Sumpah, kok lo ngomong begitu sama gue?" tanya Zelin bingung.
"Gua minta lo bersyukur Zel," ujar Omar lalu pergi meninggalkan Zelin sendirian.
"Omar! Lo janji gak bakal ninggalin gue!" teriak Zelin tapi tidak Omar hiraukan.
Omar turun ke lantai bawah, namun begitu melihat balkonnya, dia teringat Adara. Perempuan itu sudah tidak pernah lagi muncul di hadapannya bahkan memanggil namanya pun tidak lagi.
"Bro!" panggil Jeka dari sudut kantin yang duduk bersama William.
"Sini lah! Biar gak bosen!" seru William.
Omar menghampiri mereka lalu duduk. Namun perhatiannya terpanggil saat seseorang berteriak. Omar hafal suaranya.
"BU! AYAM GEPREK SATU YAAA!"
Siapa lagi jika bukan Adara?
Omar memandangi Adara dari kejauhan tanpa mengedipkan matanya. 'Dia udah lupa sama gua?' Pertanyaan itu hendak menempel di kepala Omar.
Hingga Adara pergi pun Omar masih memperhatikannya sampai tidak terlihat lagi dalam pandangannya.
"Woy! Udah kali liatinnya," senggol Jeka ke lengan Omar.
Lamunan Omar langsung hancur begitu saja. Dia mengernyitkan alisnya melihat kedua temannya yang memasang wajah meledek.
"Ngapain dah lo berdua? Udah gila lo pada," cetus Omar lalu berdiri dan membeli sebotol air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Roman pour AdolescentsMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...