26. PULANG

3.8K 236 60
                                    

Omar bersama William dan Jeka pergi dengan jarak jauh menaiki motor mereka masing-masing. Saat berhenti di pinggir untuk istirahat sebentar, banyak yang menggoda mereka, cari perhatian, dan ada juga yang menyolek mereka. Mereka risih, mereka memasang wajah galaknya agar tidak di ganggu. Dan berhasil.

“Ngakak anjeng! Tadi ada yang nyebut nama lo Memar! Wakakakak!” celetuk William tidak bisa berhenti tertawa karena nama Omar di ubah oleh orang asing yang melihat nama di jaket yang Omar pakai.

“Anjing lo kriwil!” Omar juga sebetulnya tidak mengerti dengan mata orang yang mengubah namanya. Bisa-bisanya.

“Batu banget emang si William,” sahut Jeka. “Belum aja Darin di ambil Deon.”

“Dosa lo numpuk Jek ngomong begitu. Darin setia sama gua soalnya. Godaan Deon juga gak bakal mempan,” ujar William merasa bangga bisa memiliki perasaan terhadap Darin.

“Pede bener!” kata Omar. Dia tahu bahwa Jeka menyindirnya. “Lanjut lagi ayo, biar gak makan waktu disini.” Kemudian menyalakan motornya kembali hingga terdengar suara deruman.

“Siap!” seru William.

Lapak di belakang mereka kosong setelah sekian lama. Mereka belum juga punya pasangan walau banyak yang ingin dengan mereka. Cogan mah bebas.

Setelah berjam-jam mereka pergi berkumpul dengan angkatan atas atau alumni sekolahnya, mereka bubar kembali ke rumahnya.

“Langsung balik?” tanya Omar sambil naik ke atas motornya.

“Gua langsung balik. Adek gua minta di anterin beli krayon, ribet dah. Tapi sayang,” ucap Jeka yang sebenarnya masih ingin kumpul.

“Gak nanya gua, Bro?” tanya William seraya membuka kaca helmnya.

Omar melihat William. “Lo balik?”

“Balik lah gua mah, anak baik-baik gak boleh pulang telat. Nanti.. Gak.” William tidak melanjutkan ucapannya karena dia ingin bilang ‘Nanti dicariin Mama gua’ namun takut Omar tersinggung. Padahal Omar biasa saja jika mendengar itu. Karena William pernah menceletukkannya sekali. Omar anaknya memang buat orang segan padahal sahabatnya sendiri.

“Gak guna gua nanya lo Will, asli. Biasa juga balik malem.” Lalu Omar memakai helm dan menutup kacanya. Mereka saling klakson dengan yang lain kemudian pisah arah.

Omar melewati toko buku dimana dia menemani Adara kala itu. Senyum Adara terbayang di kepalanya lagi. Namun sekarang tidak sama, Adara jarang menunjukkan senyumnya lagi di depan Omar.

——

Siang hari Adara mendapat telepon dari Zelin untuk menemaninya pergi dengan alasan beli gaun untuk acara ulang tahunnya yang sudah dekat. Ingin menolak tapi tidak enak.

“Gimana Ra? Mau gak? Nanti gue jajanin starbucks deh!”

“Aduh gimana ya Zel? Gue bingung.”

“Kenapa masih bingung? Lo kan temen gue sekarang. Jadi mau yaaa temenin gue?”

Bukan masalah di belikan starbucks, beli marimas atau teh jus saja sudah surga dunia rasanya. Karena Zelin memohon, jadi ya Adara menerima ajakannya.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang