38. PAKSAAN

2.4K 125 98
                                    

Sekarang jam setengah enam Adara sebenarnya sudah bangun namun tidur lagi, dia baru mengistirahatkan matanya jam tiga pagi saking senangnya nonton drama thailand.

“Nanon korapatttt! Manisnya sampe ngalahin gulali!!” ucap Adara setengah sadar.

“Bangun sayang, emang lo mau telat?” bisik seseorang ke telinga Adara. Bukan suara Suma, melainkan laki-laki.

“Gak! Ngan.. Tuk! Tau ngantuk gak?!” balas Adara lalu menutup telinganya dengan bantal. Mulai tidur sepenuhnya.

Dia adalah Omar. Datang subuh demi membangunkan Adara dan berangkat bareng ke sekolah, dia sudah izin sama Suma dan disuruh naik menemui Adara yang masih tidur.

“Lucu banget tidurnya,” ujar Omar terkekeh.

Omar menarik bantal Adara. “Bangun ah Ra! Udah jam enam sekarang! Mau telat lo ya?”

“Siapa sihh! Ganggu aja! Ngegas lagi!” celetuk Adara kemudian membuka matanya perlahan.

Adara terkejut setengah mampus. Dia langsung memutar tubuhnya membelakangi Omar karena malu.

“Kenapa gak bilang dulu sih?” tanya Adara tanpa melihat Omar.

“Sengaja biar bisa liat lo tidur,” jawab Omar santai.

“Tapi gue jelek kalo tidur!”

“Cantik Ra, bidadari aja kalah.”

“Bodo!”

"Dih ngambek," cetus Omar kemudian membalik tubuh Adara hingga menghadapnya. “Cepet mandi, gua tungguin.”

“Tungguin disini?” Adara mengangkat kedua alisnya bingung.

“Di kamar mandi.”

Adara melempar bantal ke wajah Omar. “Heh! Mana ada! Gak boleh lah orang belum sah!”

Omar tertawa kecil melihat ekspresi panik Adara. “Bercanda, udah sana mandi. Setengah jam lagi bel Ra.”

“Gak mau sekolah, lo aja gih sana pergi.”

“Yaudah gua juga gak sekolah.”

“Kok gitu?”

“Lo kan pacar gua.”

“Yaudah deh! Gila dasar! Gue mandi dulu, lo tunggu di ruang tamu aja.” Adara turun dari kasur lalu menarik Omar keluar dari kamarnya.

Selama Adara siap-siap, Omar berbincang dengan Suma. Selain ganteng, laki-laki itu juga sopan dengan yang lebih tua, ya lebih tepatnya karena Suma adalah orangtua Adara sih.

“Kamu kenapa mau pacaran sama anak saya?” tanya Suma.

“Dia baik, cantik. Gak ada kurangnya, Tante.” Omar tersenyum.

“Adara itu belum pernah pacaran sebelumnya, tau-tau dapet kamu. Beruntung ya dia, jaga baik-baik ya. Jangan buat dia sedih, dia anak saya satu-satunya.”

Omar mengangguk. “Iya, dia aman sama saya kok, Tante.”

Tanpa menunggu lama, Adara turun ke ruang tamu dengan seragam lengkap dan tas ranselnya.

“Mah? Mau pamit aku,” ucap Adara seraya mengulurkan tangan untuk salim.

Tapi ketika tangan Suma sudah Adara pegang malah jadi Adara yang beri salaman. Terbalik.

“Dosa kamu Ra!” kata Suma langsung berdiri.

“Hehehe maaf, Mah. Ini serius deh, aku pamit ya sama Omar.” Secepatnya Adara salim dengan benar kemudian Omar.

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang