Adara mencari ide di luar kelas setelah diberi izin gurunya. Namun saat dia menoleh ke samping, dia lihat Omar naik tangga bersama seorang perempuan yang bernama Zelin, semua orang di sekolah pasti tahu dia. Zelin itu anak populer, pintar, cantik, dan dia dikenal sebagai orang yang baik.
"Bukannya Zelin anak IPA dan satu lantai sama gue?" tanya Adara bingung.
Adara benar-benar tidak percaya akan yang dia lihat barusan. Orang yang kemarin dia dengar suaranya adalah Zelin. Omar tidak sesinis itu saat bersamanya.
Hati Adara begitu sakit. Melihat seseorang yang selalu dia pikirkan bersama orang lain. Namun Adara langsung masuk ke kelas saat Darin memanggilnya.
"Kenapa sih muka lo? Gampang banget berubah akhir-akhir ini, kadang seneng kadang sedih. Kenapa sih cerita donggg!" Darin melihat Adara sambil menunggu ceritanya.
"Emang muka gue gini anjir, gak ada yang harus di ceritain karena emang gak ada cerita baru hahaha," bohong Adara dengan tawa palsunya.
"Bohong bangetttt!"
"Gak bohong cuy, beneran. Yaudah ah lanjutin lagi kuy gambarnya," ujar Adara mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah deh," jawab Darin lalu kembali fokus ke tugasnya.
Imajinasi Adara akan gambarannya kini tidak bisa di temukan lagi, hanya ada Omar dalam pikirannya. Untuk memikirkan gambar apa yang akan dia taruh di kertasnya pun sulit. Adara sudah berusaha tapi tetap orang itu yang datang dalam otaknya.
"Gambar apa aja lah ya," ucap Adara pelan.
Farah datang lalu bertanya pada Adara dengan ekspresi kagum. "Eh Adara, lo tau gak nama ketua angkatan kita? Omar bukan sih?"
Adara mengangguk, Darin langsung sinis melihat Farah.
"Dia ganteng banget ya? Keren juga," kata Farah lalu menghela napasnya pelan sambil mengerucutkan bibirnya, "Tapi sayangnya dia udah ada yang gandeng, cantik lagi. Yaudahlah ya." Dan duduk ke kursinya.
"Tujuan lo ngomong kayak gitu apa sih? Hah?" tegur Darin berdiri menghadap Farah yang duduk di belakang.
"Ya gue mah cuma ngomong aja, gak boleh? Lagian siapa sih yang gak boleh kenal sama dia? Lagian masuk akal dong orang ceweknya aja cantik banget, pantes lah Omar suka." Farah memicingkan bibirnya.
Darin semakin marah. "Lo tau apa sih tentang dia? Lo aja baru masuk kemarin! Gak usah sok tau Far!"
"Lah kok lo yang sewot? Lo suka ya sama Omar? Atau temen lo si Adara suka sama dia? Haha sadar diri dong! Omar tuh gak cocok sama cewek kayak lo!" sembur Farah sambil memutar bola matanya malas.
"Udah Rin, cukup." Adara meminta Darin agar kembali duduk dan supaya pertengkaran di antara mereka berhenti.
"Nyuruh orang buat sadar diri ya? Dirinya sendiri aja gak sadar tuh kalo gayanya udah kayak mau ngelenong di pertunjukan," cibir Darin sembari duduk.
Adara berusaha berpikir positif bahwa Omar tidak seperti itu. Meski respon Omar sudah bisa di artikan jika laki-laki itu memang tidak punya perasaan lebih padanya.
"Ra? Lo gapapa kan ya? Farah emang mulutnya gitu banget deh. Gedek sendiri gue," bisik Darin.
"Gapapa anjir," balas Adara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Teen FictionMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...