40. PENIPU DAN MANTAN

2.6K 141 69
                                    

Jam tujuh pagi, Omar baru datang ke sekolah. Matanya bengkak karena tidak tidur, wajahnya tidak ada ekspresi bahkan seakan malas untuk pergi.

Omar melempar tasnya ke atas meja lalu duduk. William dan Jeka bingung atas sikap temannya hari ini, berbeda dari biasanya.

“Cewek gua baik-baik aja kan kemarin?” tanya Omar melihat William dan Jeka bergantian sambil menyandarkan punggungnya ke tembok.

Jeka mendecak. “Goblok.”

“Pura-pura baik iya,” jawab William. Kemudian menunjuk Omar. “Lo kemana aja si? Cewek lo kemarin balik sama Deon.”

Sebelum pulang kemarin, William sempat melihat Adara naik ke atas motor Deon.

“Gak ngabarin gua sama William gak masalah, Bro. Gak kasian sama cewek lo? Dia khawatir,” kata Jeka sambil mengerutkan alisnya.

Omar menghela napas kasar. “Anjing mana yang mau ganggu cewek gua lagi? Gak ada kapoknya.”

“Lo yang anjing. Ngilang seharian gak mikirin perasaan ceweknya sendiri,” cetus Jeka. Dia memang peduli dengan Adara.

“Udah si Jek,” sahut William menjadi serius. Kesal memang, namun persahabatan mereka tidak boleh hancur hanya karena masalah ini.

Omar semakin menyesal karena tidak menemani Adara kemarin. Apalagi terus mengingat kejadian di ruang musik bersama Zelin. Omar merasa sudah menjadi manusia paling bodoh karena membiarkan perempuan yang sudah mengusik Adara itu bertingkah sebebasnya untuk memenuhi perasaan gilanya.

“Gua emang anjing,” ujar Omar lalu menyandarkan kepalanya ke tembok, mengakui kesalahan terbesarnya.

Lima menit sebelum bel istirahat, Omar keluar dari kelasnya untuk menemui Adara. Dia lari saking khawatirnya, takut Adara mengatakan sesuatu yang tidak Omar inginkan.

Tahu kan apa maksudnya?

Omar menghampiri Adara ke tempat duduknya, membuat seisi kelas ternganga.

“Ra, ikut gua.” Omar menggenggam erat tangan Adara.

“Apaan sih!” Adara menepis tangan Omar kasar.

“Gua mau lo nurut sekarang,” ujar Omar lalu menarik Adara keluar. 

Terpaksa Adara mengiyakan karena cengkeraman Omar begitu kuat hingga tangan Adara tidak bisa bergerak.

“Lepasin!” Adara mendorong tangan Omar dengan satu tangan yang lain.

Omar menatap serius mata Adara. “Lo marah gua gak masuk kemarin?”

Adara mendesis saking marahnya. Tidak habis pikir dengan pertanyaan Omar itu. “Lo pikir sendiri! Lo itu punya pacar! Bahkan sahabat lo aja gak lo kasih tau! Lo itu gila! Lo juga penipu!”

“Penipu?” Omar mengerutkan alisnya bingung.

“Iya! Penipu penuh janji yang diingkar! Lo janji untuk setia sama gue tapi lo malah berduaan sama Zelin di ruang musik! Hati gue sakit! Bahkan lo gak mikirin perasaan gue kan di saat lo lagi seneng itu?!” bentak Adara. Hampir saja dia menangis.

Ternyata Adara tahu. Omar menghela napasnya kasar. “Gua..”

“Lo masih sayang sama Zelin? Sana balik lagi! Putusin gue sekarang!” geram Adara membuat Omar semakin khawatir.

Omar tidak ingin putus dari Adara. Tangan dia memegang kedua pundak Adara dan menatap matanya lebih dalam. “Gua sama Zelin cuma salah paham.”

“Salah paham apa? Gue gak bodoh! Gue liat sendiri buktinya dari foto! Lebih jelas dari penjelasan lo!!”

“Gua sama sekali gak nyentuh bibir Zelin, gua berani serius bilang itu.” Omar sudah tidak dapat menemukan ketenangan dalam dirinya sendiri. “Siapa yang kasih foto ke lo? Jawab gua!”

“Lo gak perlu tau! Gue kecewa sama lo!!!!!” Adara mendorong dada Omar saking tidak kuatnya menahan sakit dalam hatinya.

Secepatnya Omar menarik Adara ke pelukannya. “Sekecil apapun jaraknya, gua tetep gak pernah nyentuh Ra. Gua gak sayang sama dia. Cara foto orang itu yang sengaja supaya keliatan yang gak bener. Gua gak bercanda, lo mau gua gimana biar kita tetep baik-baik aja?”

“Kenapa lo biarin dia bertingkah seenaknya sama lo yang udah punya gue?! Lo bilang Zelin gak akan lo izinin untuk ada di deket lo lagi! Mana?! Gue gak percaya lagi!!” Adara berusaha keras lepas dari pelukan Omar tapi nihil.

“Gua tau perasaan lo sekarang Ra, gua minta maaf. Gua lakuin semua keinginan lo asal kita tetep sama-sama. Gua janji.”

Ketika tangan Omar meciptakan jarak, Adara menjauhkan dirinya dari Omar.

“Janji? Kita jadian belum lama! Habis itu lo mau buat janji lagi dan ngulangin kesalahan yang sama? Cukup!” ketus Adara.

“Gua salah Ra, gua akuin. Untuk masalah kemarin, gua nyesel. Maaf gua gak ada di samping lo sampe lo harus pulang sama Deon,” ungkap Omar.

“Ternyata lo sama Deon gak ada bedanya!”  desis Adara.

“Iya gua terima semua ucapan lo, tapi gua gak mau lo minta putus. Gua sayang sama lo, gua gak bisa lepas dari lo. Lo bebas bilang gua cowok lemah saat sama lo. Karena nyatanya gua emang gak bisa tanpa lo Ra. Gua butuh lo ada di sebelah gua,” ucap Omar benar dari dalam hatinya.

Omar memegang tangan Adara. “Ketenangan itu hadir saat gua lagi sama lo, Ra.”

Sedikit lagi, Adara luluh dengan perkataan yang keluar dari mulut Omar. Jujur, Adara sendiri juga masih menyayangi Omar meski laki-laki itu sudah melakukan kesalahan besar.

“Jangan putus,” kata Omar.

Adara menghembuskan napasnya pelan. “Terserah lo! Yang jelas gue gak bisa ada di deket lo sampe lo pilih antara gue atau Zelin! Gue gak bisa jadi salah satunya!” balas Adara kemudian meninggalkan Omar sendirian.

Hanya Adara yang tersimpan dalam lubuk hati Omar. Bahkan hanya perempuan itu yang dia izinkan masuk ke dalam kehidupannya. Bukan yang lain.

——

Sambil menenteng asal tasnya, Omar masuk ke dalam kelas Deon. Lalu menarik kerah seragam Deon tanpa ampun.

“Puas lo anjing! Mau gua matiin lo sekarang? Gua udah ingetin jangan pernah brengsek kayak lo ganggu cewek gua lagi!” berang Omar menarik paksa Deon hingga berdiri.

Deon tertawa miring. “Gimana rasa bibir orang bekasan gua? Enak?”

“Ternyata lo yang ambil foto gua sama Zelin di ruang musik? Bener-bener gak ada otak!” Omar langsung menghantam wajah Deon tanpa rasa kasihan sedikitpun.

Deon sudah tidak waras. “Mantan gua enak?”

“Gak harusnya Zelin pernah jadi pacar orang brengsek macam lo! Gua ngelarang keras lo jadiin Adara cewek lo! Emang gak ada otak, lo gak bisa cerna ucapan gua!” geram Omar kemudian mendorong Deon hingga menubruk meja guru.

“Wajibnya lo mati! Stres sampe lo gak ngerasa ada yang bisa banggain! Gua dendam sama lo anjing!” Deon menonjok pelipis Omar kencang.

Omar mendecak emosi. “Perlu gua bilang kalo gua udah lindungin orang gila kayak lo dari pukulan Pak Ali? Lo dapet perhatian penuh dari tuh orang! Lo udah kelewat batas!”

Tanpa mengizinkan Deon berucap, Omar menonjok perut Deon kemudian menonjok  rahangnya hingga tersungkur ke lantai.

Omar menunjuk wajah Deon dengan berapi-api. “Lo tuh brengsek! Sini tukeran sama gua! Orang bernyali kecil macam lo gak akan kuat!”

Lalu Omar pergi masih dengan emosi yang tidak kunjung mereda. Semua perlakuan Deon sudah keterlaluan. Adik tiri sepertinya tidak perlu ampun lagi.

——

Apa yang kalian baru pahamin sekarang?

ADAROMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang