Adara menaruh kotak bekal berisi kue cokelat bertabur keju yang di buat dengan penuh harapan ke atas meja lalu mengucir rambutnya. Darin yang melihat langsung menarik kotak itu ke mejanya.
"Apa nih? Gue mau donggg!" pinta Darin begitu membukanya lalu hampir menyentuh kue nya tapi tidak jadi.
"Nanti aja Rin kalo lo ke rumah gue bebas deh mau buat apa, tapi jangan yang ini yaaa hehehe." Adara merampas kembali kotaknya sambil cengengesan.
"Loh kenapa? Emang buat siapa sih? Lo makan sebanyak itu Ra? Aje gile lo!"
"Bukan gue yang makan."
"Terus siapa?"
"Gue mau kasih ke Omar," jawab Adara yakin.
Darin membelalakkan matanya, "Hah? Serius? Emang lo gak takut kalo dia gak terima pemberian lo? Nanti lo sakit hati aja nangis deh lo."
"Siapa tau dia suka kan? Gue buat sendiri loh Rin," ungkap Adara sembari tersenyum.
"Eh beneran? Keren juga lo, patut di apresiasi nih orang kayak lo mendadak buat sendiri. Semoga dia terima yaa, semangat my friend!" Darin memberi tangan semangat tepat di depan wajah Adara.
"Haha iya deh, makasih Darin!"
"Sama-sama zheyenk! Tapi maaf ya gue gak bisa temenin soalnya mau ke ruang guru dipanggil Bu Hema soalnya dia bingung kenapa nilai gue bisa bagus anjir."
"Iya gapapa Rin."
Saat bel bunyi Adara tersenyum senang ingin memberi kue nya pada Omar. Dengan harapan orang itu akan menerimanya dan ingin mencicipnya. Beberapa saat kemudian Adara keluar kelas sembari mengkebelakangkan kotaknya seakan memberi kejutan.
Adara berdiri di tengah jalan depan kelasnya begitu mendengar suara yang menyebut nama Omar dan Zelin dari belakang.
"Zel, lo sama Omar cocok loh. Lo pinter banget, dia juga ketua angkatan kita. Sama-sama cantik dan ganteng."
"Gue pernah denger rumor Omar punya pacar namanya Adara, ternyata bohongan ya? Adara ngada-ngada kali ya? Cocokan juga sama lo Zel."
"Gue juga lebih percaya lo Zel."
Zelin tertawa, "Haha bisa aja kalian. Btw makasih ya atas pujian kalian. Gue juga seneng kok."
Namun Adara mematung saat melihat Omar yang baru turun dari lantai tiga sendirian dan Zelin menghampirinya dengan wajah bahagia. Mereka turun bersama tanpa penolakan dari Omar, tidak seperti responnya pada Adara.
"Gimana? Bener kan lo suka sama Omar? Sadar diri! Lo siapa? Dia gak bakal suka balik sama lo!" ucap seorang perempuan dari belakang Adara.
Adara menoleh ke belakang, "Farah?" tanya Adara bingung.
"Iya gue, siniin deh kotak itu. Lo mau kasih apa sih?" Farah merampas kotak dari tangan Adara yang masih lemas. "Oh hahaha, mau kasih kue? Gak usah berharap di terima deh. Suka sama lo aja enggak, apalagi sama pemberian lo. Ngaca!" Kemudian menjatuhkan kotaknya dengan sengaja sampai kue nya hancur dan berserakan di lantai.
"Bersihin dong!" Farah menunjuk lantai.
Adara melihat Farah sangat sinis, "Maksud lo apa sih? Lo gak perlu ikut campur! Tingkah lo gak beda sama orang yang gak tau sopan santun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Teen FictionMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...