Omar menunggu Adara di atap sekolah ketika istirahat. Dia menolehkan kepalanya ke pintu yang sekarang terbuka dan yang dia tunggu pun menghampirinya.
“Sini,” ajak Omar lalu menggeser duduknya untuk Adara.
“Kenapa?” Adara masih merasa bersalah.
“Muka lo gak usah begitu, gua gak keberatan buat yang kemarin,” ujar Omar.
Adara duduk di samping Omar dengan jarak tiga jengkal. Omar menghela napas pelan sambil menarik tangan Adara hingga duduk di dekatnya.
“Jangan jauh kayak tadi Ra,” ucap Omar merasa kurang nyaman.
“Kenapa? Terlalu deket juga gak bagus bukannya?” Adara bingung.
Omar melihat wajah polos Adara. “Gua lebih merasa nyaman kalo duduk deketan sama lo kayak gini. Ada sensasi tenangnya.”
“Masih merasa bersalah karena menjauh beberapa waktu lalu?” tanya Omar. “Lo gak salah. Gua maklumin karena lo gak mau suka sama gua lagi kan Ra?”
“Tapi gue bodoh, Omar. Lo udah nolongin gue dari orang kayak Deon. Sampe jidat lo kena kaca dan berdarah tapi gue gak ngobatin. Maaf.” Adara menatap kembali hingga mereka saling pandang.
“Lo gak bodoh, tuh brengsek yang bodoh. Udah tau lo punya gua, masih kekeh pengen milikin lo.”
Adara memberi sorotan penuh tanya pada matanya. “Sejak kapan gue milik lo?”
“Mulai sekarang,” jawab Omar tanpa ragu.
“Tapi lo gak pernah minta gue buat jadi pacar lo. Berarti kita gak pacaran,” tutur Adara kurang yakin akan anggapan Omar.
“Kalo anggapan doang kayaknya kurang tepat kalo belum ditanya langsung ke orangnya,” imbuh Omar. Dia berdiri ke depan Adara lalu membungkukkan tubuhnya dengan tangan bertumpu pada lututnya.
“Maksudnya?”
Omar merusak pagar dalam hati Adara. Kini dia menatap Adara serius. “Lo mau jadi pacar gua?”
Adara mematung sambil membelalakkan matanya. Terkejut bukan main. “Gue..”
“Gua cuma nanya sekali. Gak ada pengulangan.”
“Kenapa lo minta gue buat jadi pacar lo? Bukannya lo gak suka sama gue ya?”
“Karena gua sayang. Artinya gue udah lebih dari sekedar suka,” jelas Omar. “Yaudah buat lo gua ulang deh. Adara, lo mau jadi pacar gua gak?”
Jantung Adara berdebar kencang. Dia membalas tatapan Omar serta melihat wajah laki-laki yang begitu serius menunggu jawaban.
“Gue mau kok,” jawab Adara sambil tersenyum kecil.
“Oke. Lo milik gua sepenuhnya sekarang.” Omar menghela napasnya dan menegakkan tubuhnya.
“Ini beneran kan ya? Lo gak bercanda?” tanya Adara membuat Omar tertawa.
“Gak lah, asli. Adara punya gua. Gak ada satupun orang yang boleh ganggu lo. Karena lo udah ada yang punya,” ungkap Omar sambil duduk di sebelah Adara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAROMAR
Fiksi RemajaMenginjak tahun ketiga di SMA Djuanda, perempuan bernama Adara Lashita bertemu dengan ketua angkatannya, Omar Dasaad. Adara menjahili Omar karena sikap galak dan cuek yang dimiliki laki-laki itu, hingga suatu saat perasaan Adara tumbuh tanpa disadar...