"Langit! Mau kemana?!"
Marvin, sedikit berlari mengejar Langit yang sudah lebih dulu berjalan di depan. Membelah kerumuman siswa lain yang seakan langsung memberinya jalan untuk lewat.
"Langit!" Marvin menambah kecepatannya berlari, menarik lengan temannya sekedar untuk menghentikan langkah Cowok itu. Sumpah! Harusnya si Langit jadi atlit lari saja, pikir Marvin.
"Apa?" Langit menatap kesal pada Marvin yang menghalangi jalan nya, menyentak tangan temannya yang masih mencengkram lengan baju seragam miliknya.
"Mau kemana?!" Marvin mengulang pertanyaan nya.
"Nyamperin Gama." Langit menjawab acuh, kemudian kembali melangkah tidak mempedulikan Marvin yang berusaha menahannya. Langit tidak masalah kalau orang-orang membicarakan keburukannya, atau tingkah nakalnya. Dengan catatan, apa yang mereka katakan adalah benar. Tapi Gama, apa yang dilakukannya tidak bisa Langit biarkan. Menyebarkan kebohongan kalau dia yang sudah mengadukan penyerangan Ozon hari ini. Dasar penjilat!
Langit mempercepat langkahnya, yang dia tuju adalah tempat Gama dan teman-temannya suka berkumpul. Warung bi Ncum yang letaknya terpisah dari bangunan sekolah, adanya di belakang gudang milik SMA Garuda untuk menyimpan peralatan olahraga. Warung bi Ncum memang selalu menjadi tempat nongkrong favorit anak-anak bandel yang kerap merokok, atau membolos dari sekolah. Maka tak heran saat Langit masuk ke dalam warung sederhana itu dia menemukan wajah-wajah familiar yang sudah sering dihukum bersamanya meski dengan kasus berbeda.
"Gama." kakinya berhenti di depan seorang cowok yang membelakanginya, tengah asyik bercengkrama dengan beberapa kawan sambil menghisap Batang nikotin.
Gama berbalik, tersenyum seperti seringai saat melihat Langit di hadapannya dengan tatapan yang tajam. Dia sama sekali tidak takut dengan tatapan itu, justru buatnya melihat Langit yang sekarang sedang marah besar membuatnya senang. Berarti umpannya berhasil untuk membuat Langit murka. "Wow, lihat, siapa yang datang ke sini." Gama mengedarkan pandang pada kawan-kawannya, "Langit datang nyari gue, guys." Gama bertepuk tangan senang sambil tertawa kecil. "Ada apa seorang Langit nyari gue?" senyumnya meremehkan.
Langit menahan diri untuk tidak meninju Gama saat itu juga, sementara Marvin di belakangnya sudah merapal doa agar tidak terjadi baku hantam.
"Udah puas ngehasut Christ?" Langit balik bertanya.
Gama tak menyahut, hanya kembali menyesap rokoknya. Mengepulkan asapnya ke udara.
"Lo itu emang pecundang, ya. Pantes aja Christ lebih milih gue buat masuk genknya dan ngedepak lo keluar."
"Jaga omongan lo!" Gama menunjuk pada Langit, "gue nggak pernah didepak dari Ozon!"
Kali ini, giliran Langit yang menyeringai, "kalau gitu,kenapa Christ lebih milih ngajak gue buat ikut penyerangan daripada lo? Karena dia tahu kemampuan gue jauh lebih baik dari pada pecundang dan penjilat kayak lo!"
Gama menarik kerah seragam Langit,membuat kancing atas cowok itu terkoyak. Gama menatap langit dengan tangan yang terkepal siap melayangkannya. "Gue bilang jaga omongan lo, bangsat! Gue bukan pecundang!"
"Lo pecundang, Gama. Lo pecundang yang udah dibuang Christ dari Ozon. Dan gue yang bakal gantiin posisi lo." Langit menyeringai lebih lebar, kedua mata mereka yang sama-sama memancarkan aura per musuh saling beradu.
"Banyak omong lu!" bersamaan dengan makian Gama, kepalan tangannya meluncur dengan mulus pada wajah Langit yang tak terlihat menghindar.
Tubuh Langit oleng, menabrak meja serta membuat kursi-kursi plastik berjatuhan. Beberapa anak yang ada di sana cepat-cepat menjauh, tak ingin ikut terlibat dalam perkelahian yang mungkin sebentar lagi akan terjadi antara Langit dan Gama. Langit bangun kembali, menegakan badannya sambil mengusap sudut bibirnya. Matanya tajam menatap Gama yang menunggu balasan dari Langit, cowok tujuh belas tahun itu tertawa tubuhnya langsung merangsek maju siap memberi pembalasan pada Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bagaskara's : Nebula ✔
Teen Fiction[ Lokal Fiction Series ] Seperti ada kabut yang menyelimuti keluarga BAGASKARA. Kabut yang membungkus masalah yang terjadi di dalam nya dan hanya membuat orang berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang sempurna. Tetapi, saat kabut itu perlahan...