Chapter 35

8.9K 1.9K 198
                                    

Garda,  mempercepat langkahnya menuju ruang kantornya selepas ia menyelesaikan rapat harian. Tak perlu waktu lama untuk tungkai jenjangnya membawa Garda sampai ke depan pintu ruangannya, didorongnya gagang pintu ruangannya,  tanpa sadar Garda menelan ludah kasar.

"Oma."

Garda langsung disambut sosok Anita yang tengah duduk di sofa ruangan Garda, lelaki itu bisa melihat seulas senyum kecil yang jarang sekali Garda lihat selama ini untuknya.

"Oma kenapa nggak bilang dulu mau ke sini?" Garda langsung mendekati Anita, mencium punggung tangan sang nenek. "Apa oma habis dari tempat lain dulu tadi?"

Anita menggeleng,  "Enggak, oma memang sengaja ke sini untuk ketemu sama kamu."

Sekali lagi, Garda menelan ludahnya kasar. "Oma mau minum?"

"Boleh."

Garda beranjak ke sudut untuk membuat teh hangat,  sesekali sembari mengaduk gula dia melirik ke arah sang nenek yang terlihat memandang ke arah lain sembari memainkan cincin emas yang melingkar di jari manisnya.  Garda kembali duduk di sebelah Anita sambil menaruh pelan-pelan cangkir berisi teh hangat di hadapan oma nya itu.  "Silakan, Oma." Garda menyunggingkan senyum kecil namun masih mampu membuat lesung pipinya terlihat.

"Makasih." Anita mengangkat cangkir teh nya, menyeruput teh hangatnya sedikit sebelum meletakannya kembali. 

"Ada apa oma ngunjungin Garda ke kantor?  Kalau memang ada yang mau oma bicarakan, oma bisa minta Garda ke rumah. Nggak perlu oma repot-repot datang ke sini." sebenarnya, Garda sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan dari alasan kenapa Anita mendatanginya hari ini. Salah satunya, sudah pasti mengenai perusahaan dan jabatan Garda, Garda tidak ingin berharap lebih dengan berpikir bahwa Anita datang ke sini karena merindukannya. 

"Kemarin lusa Satya datang ke rumah." jawab Anita, "Satya bilang, dia bersedia menggantikan kamu di perusahaan."

Sejenak Garda terdiam, memproses lebih dulu jawaban dari sang nenek lalu kemudian lelaki itu tersenyum lembut. "Baguslah kalau gitu, bang Satya sudah ambil keputusan yang tepat." mata kecilnya menatap wajah sang nenek. "Garda akan segera mengurus serah terima jabatan dengan Bang Satya, oma nggak usah khawatir." Garda memberanikan diri untuk menggenggam tangan Anita, mengusapnya pelan. 

"Apa kamu nggak merasa keberatan dengan ini, Garda?"

Sebuah pertanyaan yang tak disangka-sangka oleh Garda,karena yang Garda tahu oma nya tidak akan menanyakan hal seperti itu pada Garda.

Lagi,  Garda masih mengulas senyum kecil sembari menggeleng pelan. "Enggak, Oma. Garda nggak keberatan."

"Apa kamu nggak merasa ini nggak adil buat kamu?"

Sekali lagi, Garda dibuat terkejut dengan pertanyaan yang bukan Anita sekali. 

"Garda nggak merasa keberatan, dan nggak merasa ini nggak adil buat garda, Oma." Garda menjawab. "Memang dari awal seharusnya posisi ini milik bang Satya, kalau sekarang bang Satya sudah siap dengan tanggung jawab ini Garda dengan senang hati akan menyerahkannya." senyum kecil itu tak lepas tersungging dari wajah Garda, "Garda tahu, bang Satya juga memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk memimpin perusahaan ini."

Garda tidak yakin dengan penglihatannya, namun dia seperti bisa melihat mata Anita yang berkaca-kaca menatapnya. Lalu sedetik kemudian Garda sudah ditarik ke dalam pelukan Anita. Garda tidak tahu apakah ini nyata atau tidak, kenyataan bahwa sekarang Anita tengah memeluknya dengan sangat erat membuat Garda berpikir bahwa semua ini hanya dalam imaji nya saja.

Belasan tahun mendamba momen seperti ini, Garda akhirnya bisa merasakan pelukan sang nenek yang hampir tak pernah dirasakannya.  Pelukan yang tulus dan hangat.

The Bagaskara's : Nebula ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang